Mohon tunggu...
Tongato
Tongato Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik dan peneliti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mewaspadai Virus Bullying di Awal Tahun Pelajaran Baru

13 Juli 2024   15:45 Diperbarui: 13 Juli 2024   19:10 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bullying (Sumber: Kompas.com) 

Mewaspadai Virus Bullying di Awal Tahun Pelajaran Baru

Memasuki pertengahan bulan Juli ini, tahun pelajaran baru 2024/2025 akan segera dimulai. Sekolah/madrasah negeri dan swasta telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut peserta didik baru.

Orang tua/wali murid juga telah mempersiapkan berbagai kebutuhan putra/putrinya, setelah mereka berjibaku mencari sekolah/madrasah terbaik bagi putra/putrinya. Baju seragam baru, buku tulis dan perlengkapan sekolah/madrasah lainnya, tentunya juga telah mereka persiapkan dengan baik.

Ada satu hal penting selanjutnya yang harus mendapat perhatian kita semua, baik guru, orang tua/wali murid, pemerintah maupun masyarakat pada umumnya. Hal penting tersebut adalah masalah virus bullying yang dapat mengganggu kelancaran pembelajaran putra/putri kita di sekolah/madrasah barunya.

Virus Bullying Menular

Bullying merupakan virus yang mampu menyebar dan menular. Kita ketahui bahwa tiga pihak dalam peristiwa bullying, yakni pelaku, korban, dan penonton. Pelaku bisa "menyebarkan" virus bullying kepada korban dan penonton.

Pelaku bullying tidak sedikit yang pernah mengalami bullying di masa sebelumnya. Entah dari pola asuh keluarganya yang lebih banyak berkomunikasi dengan kekerasan, ataupun dari lingkungan pergaulannya. Bullying yang pernah dialaminya, baik verbal maupun fisik mengendap dalam memorinya yang suatu ketika akan muncul dalam perbuatan bullying selanjutnya bila yang bersangkutan tidak mampu mengontrolnya.

Hal ini terbukti dari penelitian penembakan di sekolah oleh United State Secret Service tahun 2000 yang mendapati bahwa dua-pertiga pelaku penembakan tersebut (baca --kekerasan) telah merasa dianiaya, dijahili, diancam, diserang, atau dilukai orang lain. Artinya, pelaku bullying sebelumnya telah menjadi korban tindakan bullying.

Di sisi lain, penonton, orang yang menyaksikan adanya tindak bullying bisa menjadi korban sekaligus bisa menjadi pelaku. Bisa menjadi korban, manakala ada tindakan bullying, ia membela korban, namun perlawanannya tidak sebanding. Suatu saat, penonton ini bisa berbalik membalas tindakan pelaku bila ada kesempatan yang memungkinnya.

Sebaliknya, bila ia tidak mampu membela pelaku, karena ada ancaman dari pelaku yang lebih dominan, maka penonton ini akan bisa menjadi bagian dari pelaku bullying. Ia terdorong ikut menjadi pelaku bullying karena keadaan yang memaksanya.

Ilustrasi Bullying di Sekolah (Sumber: kribispdr.org)
Ilustrasi Bullying di Sekolah (Sumber: kribispdr.org)

Berakibat Fatal

Kita tahu bahwa bullying di kalangan murid merupakan tindakan penggunaan kekuataan oleh seorang murid kepada murid lain  untuk membuatnya sakit atau tak berdaya. Tindakan bullying ini dalam catatan bahkan bisa berakibat fatal bagi putra/putri kita. Bukan hanya sekedar mempermalukan, menyakiti secara fisik/psikis, dan membuat trauma berkepanjangan, bullying juga bisa membawa kematian bagi korbannya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sepanjang awal 2024, ada 46 kasus anak mengakhiri hidupnya, 48 persen diantaranya terjadi di sekolah/madrasah atau anak korban sekolah/madrasah (Tempo.co., 12/3/2024).

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat ada sebanyak 16 kasus bullying di sekolah/madrasah dalam kurun Januari - Juli tahun 2023. Empat kasus diantaranya terjadi pada awal masuk tahun ajaran baru di bulan Juli 2023. Kasus bullying mayoritas terjadi di SD (25%) dan SMP (25%), lalu di SMA (18,75%) dan SMK ( 18,75%), MTs (6,25%) dan Pondok Pesantren (6,25%) (detikEdu, 4/8/2023).

FSGI juga mencatat hingga Desember 2023, terdapat 30 kasus bullying. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 21 kasus (Kompas.com, 31/12/2023).

Sementara itu, Komisioner KPAI, Aris Adi Leksono menyatakan, data pengaduan KPAI menunjukkan kekerasan anak pada awal 2024 sudah mencapai 141 kasus. Dari seluruh aduan, 35 persen diantaranya terjadi di lingkunan sekolah/madrasah (Tempo.co., 12/3/2024).

Sikap Kita

Menyikapi data-data tersebut, kita harus dapat menyikapinya dengan bijak dan serius. Virus bullying harus segera dihentikan penyebarannya. Sekolah/madrasah haruslah menjadi tempat yang aman dan nyaman dari segala tindakan bullying. Sekolah/madrasah harus zero bullying bagi semua warga sekolahnya, termasuk bagi para murid baru yang akan segera menjadi anggota baru suatu sekolah/madrasah.

Mengutip Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul Character Matters dengan penyesuaian, paling tidak ada empat langkah yang dapat kita lakukan agar sekolah/madrasah kita bebas dari segala bentuk bullying.

Pertama, awali dengan disiplin berbasis karakter. Dalam langkah ini sekolah/madrasah menerapkan disiplin berbasis karakter. Artinya, penegakan disiplin yang mempertahankan akuntabiltas para murid terhadap aturan melalui konsekuensi yang adil dan tegas. Kontrak perilaku yang sering terbukti berhasil harus diterapkan. Misalnya, sebuah kontrak perilaku yang menyatakan: "Saya tidak akan memukul atau menyakiti orang lain. Jika saya melakukannya, saya akan memanggil orang tua saya dan melaporkan apa yang saya lakukan."

Kedua, ciptakan komunitas sekolah/madrasah yang peduli. Kepala sekolah/madrasah, guru, tenaga kependidikan, murid, dan orang tua/wali murid memiliki pemahaman yang sama bahwa rasa aman dan nyaman merupakan bagian penting sekolah/madrasah. Pemahaman yang sama ini harus terus digaungkan dalam setiap kesempatan secara terus-menerus, terlebih di awal tahun pelajaran baru saat menyambut murid baru sebagai anggota komunitas sekolah/madrasah yang baru.

Ketiga, implementasi program sekolah/madrasah zero bullying. Pendekatan efektif yang bisa diterapkan adalah Olweus Bullying Prevention Program yang dirancang psikolog Norwegia, Dan Olweus. Program yang telah diimpelemtasikan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Norwegia ini telah berhasil (1) mereduksi intimidasi hingga 50 persen atau lebih, (2) mereduksi secara signifikan perilaku antisosial, seperti vandalisme, berkelahi dan mencuri, dan (3) meningkatkan iklim kelas dan kepuasan murid terhadap kehidupan sekolah/madrasah.

Dalam pelaksaannya, program ini memiliki empat komponen utama, diantaranya kesadaran dan keterlibatan orang dewasa, supervisi efektif selama waktu istirahat dan jam pelajaran, aturan kelas dan sekolah, dan pertemuan dengan pelaku dan korban bullying serta orang tua/wali murid.

Keempat, implementasi pembelajaran kooperatif berkualitas. Implementasi pembelajaran ini mengharuskan setiap murid bekerjasama dengan dua, tiga atau empat orang teman dalam suatu tugas yang memerlukan pembelajaran saling tergantung dan adanya akuntabilitas murid yang terlibat.

Dalam pelaksanaannya, guru harus menilai dan memonitor efektivitas pelaksanaan pembelajarannya. Evaluasi dilakukan dengan sejumlah daftar pernyataan yang akan memandu jalannya kerjasama, seperti kita saling membantu satu sama lain dan tidak berkelahi, kita mendukung satu sama lain dan seterusnya.

Demikian upaya yang dapat kita lakukan untuk mencegah menyebarnya virus bullying dalam kehidupan sekolah/madrasah di awal tahun pelajaran 2024/2025 ini. Kita berharap adanya kesadaran bersama semua pihak, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, para murid dan orang tua/wali murid akan pentingnya sekolah/madrasah zero bullying.

Mari waspadai dan cegah penyebaran virus bullying sebelum melukai dan membunuh putra/putri kita. Cara terbaik darinya adalah kita lakukan pencegahan sebaik mungkin.

Semoga bermanfaat. Salam Kompasiana.**

Tongato

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun