Mohon tunggu...
Tongato
Tongato Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik dan peneliti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cakap Mendapatkan Informasi Sahih

11 Juli 2024   15:05 Diperbarui: 11 Juli 2024   18:01 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cakap Mendapatkan Informasi Sahih

Saat ini kita hidup di era informasi. Kita mendapat suguhan informasi bagai air bah. Datang silih berganti tak mengenal waktu.

Beberapa dekade lalu, Futurolog, Alvin Toffler telah mendedahkan era informasi ini. Dalam pandangannya, perjalanan manusia di bumi ini terbagi dalam tiga gelombang.

Gelombang pertama, ia menyatakan bahwa siapa yang menguasai pertanian, maka mereka akan menguasai dunia. Pertanian telah menjadi sumber eksistensi suatu bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang menguasai sektor pertanian dalam menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran.

Gelombang kedua ditandai dengan pergeseran, siapa yang menguasai industri, mereka akan menguasai dunia. Ini ditandai dengan adanya revolusi industri yang mendorong bangsa-bangsa berlomba dalam mengembangkan sektor industri untuk menopang kemajuan  bangsanya.

Dan gelombang ketiga, penguasa dunia bukan lagi mereka yang menguasai pertanian dan industri. Mereka yang mengusai dunia adalah mereka yang mengusai informasi.

Dengan menguasai informasi dan mampu mengelolanya, mereka akan menentukan peradaban dunia, termasuk nasib kita dalam kehidupan sehari-hari.

Bahkan di alam demokrasi sekarang ini, para penguasa informasi dapat mengarahkan kita semua. Demokrasi yang ada bisa dibawa kemana mereka berkehendak.

Dengan sumber daya yang mereka miliki, mereka mampu menggiring massa rakyat untuk mendukungnya melalui informasi yang mereka kuasai.

Tidaklah keliru bila kita melihat kemungkinan terjadinya otoritarian majority. Mayoritas yang otoriter bisa terjadi dengan menggunakan mekanismenya demokratis, padahal isinya pemaksaan kehendak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun