Mohon tunggu...
Tongato
Tongato Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik dan peneliti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kecanduan Sesuatu, Bagaimana Mencegahnya?

2 Juli 2024   15:24 Diperbarui: 2 Juli 2024   15:24 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Akibat Kecanduan Judi (Sumber: www.kompas.id)

Kecanduan Sesuatu, Bagaimana Mencegahnya?

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Ungkapan tersebut masih tetap relevan hingga saat ini. Bahkan mungkin akan tetap terus relevan sepanjang peradaban kita sebagai manusia.

Ya, kecanduan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kecanduan adalah kejangkitan suatu kegemaran (hinga lupa hal-hal yang lain).

Dengan demikian, kecanduan dapat dikatakan sebagai keadaan individu yang merasa terdorong untuk menggunakan atau melakukan sesuatu agar mendapatkan atau memperoleh efek menyenangkan dari hal yang dihasilkannya oleh sesuatu yang dilakukannya (https://eprints.uny.ac.id.).

Ada dua jenis kecanduan menurut Lance Dodes yaitu physical addiction dan non- physical addiction. Kecanduan physical addiction adalah jenis kecanduan terhadap hal-hal yang menyangkut fisik seperti alkohol atau narkoba. Dan kecanduan non physical addiction adalah kecanduan yang tidak menyangkut fisik secara langsung seperti kecanduan gawai, game online atau pun judi online (http://journals.umkt.ac.id)

Kecanduan jenis apapun merupakan kondisi yang tidak baik bagi kehidupan kita. Entah kecanduan terhadap judi online, kecanduan narkoba, ataupun game online.

Ada dua kondisi ketika seorang kecanduan sesuatu menurut Blinka dan Smahel yang dikutip E.S. Tyas Suci dalam tulisannya yang berjudul Online game: E-Sport atau Candu? yang dimuat dalam buku Internet, Gawai, dan Remaja yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas, 2021, yaitu rendahnya rasa percaya diri (self-esteem) dan rendahnya kemampuan diri dalam mengontrol tindakan.

Bagaimana cara mengetahui seseorang sudah terjangkit kecanduan sesuatu? Blinka da Smahel yang dikutip E.S. Tyas Suci sebagaimana dalam buku di atas dengan penyesuaian mengajukan 5 pertanyaan yang bila dijawab dengan ya, kemungkinan besar seseorang telah kecanduan terhadap sesuatu.

Berikut daftar pertanyaan yang dapat juga kita tunjukkan kepada diri kita untuk mengukur kecanduan-tidaknya kita dalam melakukan/bermain sesuatu, seperti katakanlah game online.

Pertama, apakah kita pernah mengabaikan kebutuhan dasar seperti makan dan tidur karena bermain game online?

Kedua, apakah kita merasa gelisah atau jengkel saat tidak bisa bermain game online?

Ketiga, apakah kita merasa menghabiskan waktu makin banyak untuk bermain game online?

Keempat, apakah kita pernah bertengkar dengan keluarga atau teman, karena waktunya habis untuk bermain game online?

Kelima, apakah kita pernah gagal mencoba membatasi waktu bermain game online?

Bila semua atau sebagian besar pertanyaan tersebut secara jujur kita jawab dengan ya, maka rambu peringatan bagi kita telah menyala. Ada indikasi kita telah kecanduan atau mendekati kecanduan terhadap sesuatu.

Bila demikian adanya, apa yang harus kita lakukan agar kita tidak kecanduan terhadap sesuatu? Tentunya, ada banyak cara yang dapat kita lakukan. Salah satunya adalah berusaha melakukan kegiatan yang berbeda dengan kegiatan yang menjurus pada kecanduan. Misalkan bila ada indikasi kita kecanduan game online, kita bisa mencoba kegiatan yang bersangkutan dengan kegiatan out door dan melibatkan fisik serta orang lain, seperti olah raga bersama teman-teman atau keluarga.

Selain itu, kita juga bisa mendiskusikan kegiatan yang mengindikasikan kita kecanduan dengan teman atau keluarga. Dengan diskusi ini kita akan mendapat insight baru, bahkan bisa berbeda. Sudut pandang baru terhadap sesuatu kegiatan dapat kita peroleh. Kunci dalam diskusi ini kita harus membuka diri terhadap rekan diskusi kita.

Semuanya itu, memang kembali kepada niat dan kemauan kita. Kita butuh niat dan kemauan yang kuat untuk hal-hal baik bagi kita.

Sekali lagi bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Kita percaya ungkapan ini. Namun, percaya saja belumlah cukup, perlu tindakan nyata untuk membuktikannya.

Demikian, semoga bermanfaat.**

Salam kompasiana

Tongato

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun