Apalagi produk farmasi kini juga mulai terganggu dengan kehadiran produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik. Mereka telah menggusur pangsa pasar nikotin non rokok.Â
Padahal, produk tembakau alternatif tersebut relatif baru muncul jika dibandingkan produk farmasi yang sudah ada sejak 1980-an.Â
Grand View Research, dalam laporannya, menyebut kini nilai pasar produk nikotin non rokok secara total sebesar US$ 44,2 miliar pada 2020, dimana 52,1% atau setara US$ 23,02 miliar dikuasai oleh rokok elektrik, bandingkan nilai pasar produk-produk farmasi ini yang cuma US$ 2,81 miliar.
Kalah akan penetrasi pasar, kini kelompok antitembakau juga turut melakukan kampanye hitam terhadap produk-produk tembakau alternatif, meskipun sejatinya, baik produk farmasi maupun tembakau alternatif punya fungsi serupa yaitu untuk mengurangi prevalensi merokok.
Produk tembakau alternatif tersebut nyatanya telah banyak digunakan sebagai alternatif yang lebih rendah risiko bagi para perokok dewasa di negara-negara maju, seperti Jepang, Inggris, dan Selandia Baru.Â
Namun produk tembakau alternatif tetap jadi sasaran serang gerakan antitembakau karena memiliki penerimaan publik yang lebih baik dibandingkan produk farmasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI