Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kaya Sejati

10 Juli 2020   09:00 Diperbarui: 10 Juli 2020   09:09 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel


Apakah anda sedang merasakan salah satu dari dua hal ini, merasa belum kaya dan sedang terus berusaha keras untuk menjadi kaya atau sebaliknya hidup merasa stagnan, jalan di tempat atau bahkan sulit? Belum lama ini, kita dibuat tercengang dan kagum tatkala salah satu orang terkaya di dunia memiliki kekayaan senilai USD 85 miliar atau setara Rp1.062 triliun! 

Dibandingkan dengan hal di atas, mari kita lihat betapa kayanya kita sebenarnya dengan apa yang kita miliki saat ini :

1. Sepasang mata menjadikan kita dapat melihat indahnya dunia, kita bisa menyaksikan wajah orang-orang yang kita sayangi seperti Ibu, ayah, anak2, keluarga, teman2. Apa jadinya bila mata kita buta. betapa kayanya kita, tuna netra ingin sekali dapat melihat dunia, mata kita tidak terhingga nilainya!

2. Hidung yang menjadikan kita dapat bernafas, dapat menghirup oksigen yang gratis sepuasnya, karenanya kita dapat hidup tanpa perlu alat bantu (ventilator) yang ongkos sewanya jutaan rupiah, hidung kita nilainya tidak terhingga!

3. Mulut dan lidah yang menjadikan kita fasih dalam berbicara dan berinteraksi, dapat mengecap enaknya berbagai rasa, nilainya juga tidak terhingga!

4. Sepasang telinga menjadikan kita dapat mendengarkan berbagai berita dan informasi, suara dan irama yang merdu, nilainya tidak terhingga!

5. Sepasang tangan dan kaki yang kita gunakan sehari-hari untuk beraktivitas, bekerja dan berkarya untuk mencari nafkah bagi keluarga, beribadah, beramal, nilainya tidak terhingga.

6. Dan yang paling tidak ternilai adalah ketika kita diberikan karunia akal dan iman/hati yang terkelola dengan baik, berintegritas dan jujur serta smart dalam berpikir, berucap, bersikap dan berbuat mudah menyerap dan menyampaikan kebaikan. Dan sebagai pelengkapnya adalah kebahagiaan ketika kita tidak berurusan dengan masalah hukum dan rumah sakit, memiliki keluarga dan pekerjaan serta lingkungan yang baik. 

Kekayaan kita jauh lebih besar dari Rp.1.012 Triliun! Pantaskah kita selalu mengeluh kurang ini kurang itu  dan mengatakan diri kita miskin tidak punya apa2. Kita selalu mengindentikkan rezeki selalu dalam bentuk uang ataupun materi dan kita selalu menjadikan orang lain sebagai parameter kebahagiaan hidup kita....

Ada pepatah yang dapat menjadi renungan bagi kita semua dalam memaknai kaya yang hakiki, yaitu dalam urusan dunia sering2lah kita melihat ke "bawah" agar kita merasa cukup dan selalu bersyukur, sedangkan untuk urusan pahala akhirat (ilmu dan amal ibadah) marilah kita melihat ke "atas" agar kita terus termotivasi untuk meraih pahala kebaikan dan kesuksesan.

Kaya atau miskin tidaklah berbanding lurus dengan kebahagiaan karena kebahagiaan itu ada pada hati dan persepsi. 

Kita sendiri yang dapat menciptakan suasana hati yang kaya dan bahagia. Ketika kita merasa cukup dan selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki, sebetulnya kita kaya yang sesungguhnya. Sebaliknya, ketika kita selalu merasa kurang, sebetulnya kita miskin yang sesungguhnya. 

Bermanfaat untuk orang lain, Hidup sederhana, merasa cukup, dan selalu bersyukur dengan berbagi adalah makna kaya dan bahagia yang sebenarnya...KAYA HATI, KAYA SEJATI. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun