Salah satu penyakit mental yang perlu kita waspadai dan hindari adalahmental Aji Mumpung...karena akan berujung pada keserakahan dan penyesalan.
Walaupun telah diberikan berbagai kompensasi yang baik, fasilitas dan sebagainya, bila penyakit mental ini tidak dihindari maka akan dapat menjadi habit yang secara perlahan akan menular hingga berakar dan menjelma menjadi budaya dan dilakukan secara massive layaknya sel-sel kanker...
"Aji Mumpung" istilah populer di masyarakat kita yang kurang lebih maknanya selagi ada kesempatan kapan lagi...
Populer, tapi sayang konotasinya cenderung negative. Istilah tersebut telah berubah dari sekedar istilah guyonan dalam pergaulan sehari2, kini menjadi menjelma menjadi prinsip dan cara instan orang atau kelompok tertentu yang memanfaatkan peluang/mengambil manfaat dari situasi dan kondisi yang ada, dengan memanfaatkan kelemahan aturan atau kelemahan orang lain, untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Namun faktanya sebagian besar orang atau bukan tidak mungkin kita pun pernah melakukannya.
Baca juga : Dinasti Politik, Memanfaatkan Momentum atau Aji Mumpung?
"Ayo Pa...mumpung papa sedang menjabat, kapan lagi kalo kita tidak memanfaatkan kesempatan ini! ingat lho pa... kesempatan belum tentu datang lagi, tidak datang dua kali lho...jangan sampai nanti menyesal..." Demikian kutipan percakapan yang sering terjadi dan kita dengar.
Dalam bahasa Jawa, arti Aji Mumpung itu adalah memanfaatkan kesempatan/peluang yang ada atau merefleksikan arti "selagi ada kesempatan...kapan lagi...ayo lakukan" ..."ajakan/bisikan" halus yang berdampak besar. Dalam penterjemahan istilah tersebut, konotasi negative atau positif dalam tindakan sangatlah tergantung dari karakter dan pribadi seseorang. Aji Mumpung itu sendiri, ada 2 macam :
- Aji Mumpung yang positif, seperti : mumpung ada waktu/kesempatan ayo kita gunakan untuk menimba ilmu dan pengalaman sebanyak2nya, mumpung badan kita sehat ayo manfaatkan dan kita pelihara kesehatan dengan sebaik2nya karena biaya pengobatan semakin mahal, mumpung punya kemampuan ayo kita bantu orang2 yang membutuhkan,
- Sedangkan Aji Mumpung yang Negatif, contoh nya: mumpung atasan saya sedang cuti atau tidak di tempat, saya boleh terlambat & pulang cepat, main game, ngerumpi, bisa bekerja seenaknya (boleh menunda2 pekerjaan), mumpung tidak ada yang tau saya boleh mengambil apa yang bukan hak/milik saya, mumpung ada kesempatan saya boleh menggunakan peralatan/fasilitas kantor semaunya, mumpung sedang menjabat saya boleh memanfaatkan wewenang dan fasilitas yang saya miliki untuk keperluan pribadi, mumpung ada yang memberi hadiah saya boleh menerimanya..kan tidak ada yang tau dan saya tidak merugikan perusahaan, dll.
Baca juga : Keringanan Cicilan Kredit, Antara Akhlak dan Aji Mumpung
Aji Mumpung timbul karena adanya Peluang
Sekali lagi, salah satu faktor penyebab terjadinya Fraud adalah faktor Peluang. Dalam banyak kasus korupsi yang terjadi, sebagian besar disebabkan oleh terbukanya peluang, atau peluang yang sengaja dicari2 oleh orang2 yang tidak bertanggungjawab.Â
Peluang tadi dimanfaatkan oleh orang2 tersebut untuk melihat dan mencari celah apa yang dapat dimanfaatkan, dan bila ada maka si Aji Mumpung pun siap aksi.... Dari hal ini, maka prinsip, pola pikir dan pola tindak Aji Mumpung merupakan akar & pemicu terjadinya Fraud, yang harus dikikis dan dihindari.
Selain itu perlu kita waspadai pula, bahwa pola pikir Aji Mumpung ini seperti wabah penyakit yang mudah sekali menular kepada orang lain... orang yang tadinya berkarakter baik dapat terpengaruh dan terseret oleh lingkungannya yang didalamnya terdapat sekelompok orang yang menganut prinsip yang sama! karena di"kompori"/dipengaruhi, diberi angan2 hasilnya bisa segera dinikmati bersama, tidak akan ketahuan, dan kalaupun ketahuan ya ditanggung sama2..? Dan tragisnya ternyata ketahuan! semua pelakunya harus menanggung konsekuensi / akibatnya. Â
Baca juga : Jangan Jadi "AJI Mumpung"
Untuk itu istilah Aji Mumpung tadi hendaknya harus dilihat secara positif ditempatkan sesuai porsinya dan dilakukan pada timing yang tepat agar berdampak positif pada diri dan lingkungan dimana kita berada.
Artikel ini mudah2an dapat digunakan sebagai media introspeksi dan reminder untuk kita bersama agar tidak menggunakan prinsip Aji Mumpung secara negative, tetapi harus sebaliknya. Ini semua untuk mendukung upaya meminimalisir risiko operasional yang disebabkan oleh Fraud.
Prinsip, pola pikir dan pola tindak Aji Mumpung pada dasarnya akan membentuk karakter dan mentalitas negatif pula pada diri seseorang!Â
Stop & hindari prinsip Aji Mumpung! ia bisikan yang akan membuat kita "miskin papa" (miskin mental, papa = Panjang Angan2 sehingga Pendek Akal).Â
Aji mumpung membuat urusan kita tidak rampung2, masalah yang ditimbulkanpun akan semakin menggunung dan akibatnya bisnis pun tidak untung...
Mari kita lakukan segala sesuatunya yang terbaik sesuai dengan tatanan, etika, dan aturan/rules yang berlaku, JUJUR berlandaskan Akhlak Budi Pekerti dan Integritas yang kokoh. Bukan sekedar kata-kata indah, tetapi BUKTIKAN dengan tindakan nyata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H