"Ternyata tugas pemimpin itu berat dan tidak mudah ya, pa?! Oya pa, kalo begitu aku ngga salah ya ikut pemilihan ketua OSIS, kan yang menunjuk guru di sekolah? Iya nak, boleh2 saja untuk belajar kepemimpinan dan belajar berkompetisi secara sehat. Tetapi nanti dalam berkompetisi lakukanlah dengan cara2 yang proper, fair dan sportif ya.Â
Buatlah perubahan yang baik untuk teman2 dan lingkungan sekolahmu ya. Ingat, hindari terlalu banyak janji, tetapi perlihatkan komitmen, karya dan hasil nyata ya nak. "Tapi pa... bagaimana seandainya ngga terpilih?" Oh, ya ngga apa2 tho nak, hal tersebut biasa dan wajar dalam kompetisi, tentu ada yang menang dan yang kalah.Â
Terpilih atau tidak, menang atau kalah bukan itu tujuan utamanya. "Yang penting lakukanlah segala sesuatunya dengan baik dan benar, itu membentuk karakter dan jati diri kita serta akan menjadi pengalaman berharga. "Menang atau kalah, bersikaplah biasa saja.Â
Jika menang ya tidak perlu berbangga diri apalagi jumawa, demikian pula bila kalah hendaknya hendaknya tidak berkecil hati tetapi mendukung yang menang untuk mencapai hasil terbaik untuk kemajuan bersama ya. "Baik Pa. Terima kasih ya pa.Â
Percakapan antara seorang ayah dan putranya yang remaja di atas, menjadi hal menarik memaknai arti di balik menjadi seorang pemimpin yang prosesnya harus dibangun sejak dini.Â
Pada hakekatnya kita semua adalah pemimpin, setidaknya menjadi pemimpin bagi diri sendiri.Â
"Orang lain tidak akan percaya pada apa yang kita katakan. Orang lain hanya akan percaya dengan apa yang kita lakukan".Â
Sederhana dalam kata, kaya dan nyata dalam karya, ber-AKHLAK BUDI PEKERTI".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H