Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Emosi Bukan Solusi

16 Juni 2020   12:17 Diperbarui: 16 Juni 2020   12:19 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KETIKA SESEORANG MARAH MAKA TINDAKANNYA CENDERUNG IRRASIONAL KARENA IA KEHILANGAN SEPARUH AKAL SEHAT NYA...

Mengutip sebuah kisah klasik Tiongkok, suatu ketika seorang ksatria hebat namun temperamental. Suatu ketika ia berupaya untuk belajar menjadi orang yang bijak dan mampu mengendalikan diri dengan baik. 

Ia mendengar dari banyak orang bahwa ada seorang guru tua yang terkenal akan kehebatan dan kesabarannya. Ia pun segera menemui sang guru dan meminta nasehat bagaimana cara yang efektif dalam mengendalikan diri dan menjadi orang yang sabar.

Sang guru tuapun memberikan trik, bila ada hal atau ada masalah yang memancing emosimu segera lakukan langkah sederhana ini, mundurlah ke belakang tujuh langkah kemudian majulah tujuh langkah. Setelah itu bergeraklah ke samping kanan tujuh langkah dan ke kiri juga tujuh langkah. Baik tuan guru. Terima kasih. Saya akan menerapkannya sesuai perintah guru dan saya ingin berubah menjadi orang yang lebih sabar dan bijak.

Suatu ketika sang ksatria berpesan kepada istrinya bahwa ia akan pergi berperang dan minta agar si istri menjaga diri dan rumah mereka dengan baik. 

Sepulang dari berperang, dengan rasa bangga dan rindu pada istrinya ia ingin segera menceritakan kemenangannya dalam berperang buru-buru ia menemui si istri. 

Setibanya di rumah ketika ia akan memasuki kamar, betapa terkejutnya ia melihat istrinya berselimut tidur berdua dengan seseorang. Serta-merta si ksatria mencabut pedang dan seraya akan menghunuskan pedang tersebut ke orang yang berada di sebelah istrinya tersebut. 

Namun tiba-tiba, ia teringat nasehat gurunya agar ia melakukan langkah-langkah yang diperintahkan sang guru, yaitu mundur ke belakang tujuh langkah, mundur tujuh langkah. Ke kanan tujuh langkah dan ke kiri tujuh langkah. 

Pada hitungan terakhir ia melangkah, istrinya terbangun karena mendengar suara langkah orang yang ternyata suaminya sendiri. sambil menyibakkan selimutnya si istri memberi tahu bahwa ibunya menemani ia tidur agar tidak sepi di rumah. Si ksatria tersebutpun langung berubah sikapnya...dan bersyukur ia tidak buru-buru menebaskan pedangnya ke orang yang ada di sebelah istrinya, yaitu ibu mertuanya sendiri!

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ada banyak hal yang memicu/mentrigger emosi kita, seperti : ucapan orang lain yang kurang terkendali, bersenggolan dengan kendaraan lain ketika berkendara di jalan, ulah orang lain yang seenaknya, penyerobot antrian, kendaraan tiba2 penyok/lecet ketika ditinggal parkir, dan masih banyak lagi. 

Atau bisa juga hal-hal di dalam keluarga, hal-hal yang terjadi di lingkungan kerja, hal-hal yang ada di seputar tempat tinggal kita, bahkan dari cara berkomunikasi atau informasi-informasi di dunia maya yang dapat menyulut emosi kita.

Benar adanya kemarahan yang tidak terkendali layaknya api yang tengah berkobar, membakar dan membara yang menimbulkan efek destruktif yang merugikan dan berujung penyesalan. Untuk memadamkannya, hanya ada satu cara yaitu disiram dengan air. Segera dinginkan hati dengan berdoa, berwudhu, atau hindari berucap atau bertindak yang uncontrollable. Ingat EMOSI BUKAN SOLUSI!

Anda lah yang memegang kunci menuju ke tingkat kemarahan yang akan timbul serta berapa lama itu akan menetap di diri anda. 

Mengisi pikiran anda dengan tanya jawab positif dalam diri sendiri akan memampukan anda mengatasi keadaan dengan lebih baik, dan menurunkan tingkat kemarahan. Katakan pada diri sendiri, "Saya terkendali", atau "Saya tidak mau menjadi marah dan pemarah". 

Tempatkan kembali kejadian pada sudut pandang yang positif. Bernapaslah dalam2 juga merupakan sebuah penyembuhan. Begitu anda merasa tenang, anda akan mampu untuk memikirkan situasi tersebut dengan lebih baik, lalu mencari jalan keluarnya. Ingatlah, kemarahan hanyalah menjadi penghalang dan menghambat anda untuk mencapai keberhasilan.

Anda berhak marah tetapi marahlah sewajarnya saja... karena orang marah dikuasai emosi sehingga menjadi emosional, cara berpikir rasional nya menjadi berkurang...berpikirnya dengan emosi bukan dengan rasio. 

Ingatlah bahwa setiap masalah yang kita hadapi selalu ada jalan keluarnya, dan hindari memecahkan masalah secara emosional karena hanya akan menimbulkan dan menambah masalah baru yang berujung pada kerugian dan penyesalan. 

Semakin sering anda tersenyum, semakin berbahagia anda. Sebuah senyuman juga membuat orang lain kembali tersenyum. Usahakanlah tersenyum ketika anda sedang merasa marah. Memang kedengarannya tidak masuk akal, tetapi tersenyum memang akan mengendurkan otot2 wajah. 

Ketika anda berada dalam suasana hati yang negative dan mengalami stress, usahakanlah tersenyum. Anda akan melihat adanya perubahan yang sangat terasa dalam kerangka pikiran anda.

Kendalikan diri dengan bersabar, jangan mudah marah dan jangan mau jadi pemarah. 

Semua masalah ada solusinya dan Emosi bukan solusi. 

Tersenyumlah, bicarakan dengan baik dari hati dan pikiran yang jernih dan tenang niscaya solusipun akan terbuka, hatipun tidak ada yang terluka...... tp4848

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun