Mohon tunggu...
Thomas Sudarma
Thomas Sudarma Mohon Tunggu... -

Love to write and share my experience with others

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Berbagi Pengalaman Keberhasilan Proses Bayi Tabung aka IVF di RS Family Pluit, Jakarta

1 Februari 2015   19:52 Diperbarui: 4 April 2017   16:28 26640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita 3 bulan pengobatan alternative ini tidak berhasil dan kami memutuskan untuk langsung IVF dan akhirnya saya memutuskan untuk program IVF di RS. Family Pluit. Pdhal teman saya yang berhasil dengan Dr. Aucky, baru saja program di RS. Family ini dan tidak berhasil tapi ini tidak membuat saya untuk berubah keputusan, karena yah itu, prinsipnya sama aja karena teorinya sama. Saya akhirnya pilih RS. Family Pluit ini karena paling dekat aksesnya dari rumah saya, oh yah, saya tinggal di Modernland, Tangerang. Dan memang tentu ada pertimbangan yang menguatkan saya juga untuk akhirnya memilih RS. Family Pluit ini, salah satunya, Dr. Muchsin Djaffar adalah Dokter pertama di Indonesia yang berhasil mengembangkan bayi tabung dan beliau adalah ahli embryologist, kami pun bertambah pede dan juga pelayanan RS khusus di Fertility Centernya terutama suster2nya yang ramah dan sangat kooperatif setiap waktu.

Kami memulai program di RS. Family bulan Februari 2014, kami langsung menemui Dr. Muchsin Djaffar sebagai kepala tim IVF RS. Family dan konsultasi dengan beliau, orangnya ramah, murah senyum dan murah ketawa dan tidak pelit untuk memberikan informasi. seperti biasa, istri saya disuruh cek darah untuk periksa hormon dan juga cek sperma saya ( ini cek yang ketiga, dua kali di Taiwan), hasilnya normal. Dan hasil darah istri saya, hormone FSH terlalu tinggi dan dokter memberi kami vitamin Ovacare ( untuk wanita) dan Oligocare (untuk pria) dan juga satu vitamin untuk istri saya yaitu DHEA, DHEA ini untuk menurunkan hormon FSH yang terlalu tinggi di hasil pemeriksaan istri saya. Dan juga kadar AMH istri saya yang sangat rendah yaitu cuma 0.3, yang mana kalau kadar AMH nya rendah, produksi telurnya juga semakin menurun. Menurut dokter, ini adalah pengaruh umur, dimana semakin tua kadar AMHnya semakin rendah. Pada saat proses IVF ini, istri saya sudah berumur 38thn. Tapi kami tidak patah semangat dan dokter terus menguatkan kami dan banyak doa semoga bisa berhasil. Berbekal informasi yang diberikan dokter, proses IVF diatas umur 35thn bisa mengecilkan persentase kemungkinan untuk hamil dibanding melakukan IVF dibawah 35thn.

Jadi yang masih menunggu, saya menyarankan untuk segera ikut proses bayi tabung sebelum semuanya terlambat. Saya juga awalnya berat untuk keluarin biaya bayi tabung tapi prinsipnya uang itu bisa dicari tapi umur gak bisa di beli. Jadi berapapun biayanya dan selama saya masih mampu, saya akan all out untuk program kali ini, karena umur yang terus bertambah, tau2 sudah kepala 4. Beruntung jaman sekarang ini ada program bayi tabung, yah paling ga untuk mencapai phase embrio aja udah terima kasih banget, paling ga sperma saya dan sel telur istri saya bisa menyatu menjadi embrio. Selain masalah biaya, saya juga tipe orang yang semuanya ingin normal, seperti halnya pasangan suami istri yang mempunyai keturunan, ini adalah hal normal. Begitu juga proses mempunyai keturunan, saya inginnya yang normal, tapi ada daya setelah 10 tahun menikah kami tidak bisa mempunyai keturunan dan satu2nya jalan yah IVF ini, walaupun sudah mengeluarkan biaya besar tidak menjamin untuk bisa mempunyai keturunan tapi paling engga kita udah berusaha, yang namanya berusaha pasti ada hasilnya dan itu pasti karena saya sudah mengalaminya dalam kehidupan saya, jangan menyerah.

Balik lagi ke proses IVF di RS. Family, setelah pemeriksaan hormon dan sperma, istri saya juga di sarankan untuk periksa saluran indung telur yaitu HSG, mereka menyarankan HSG di tempat yang paling dekat dengan rumah kami dan kami putuskan untuk HSG di RS. EKA BSD. Hasilnya normal dan tidak diketemukan sumbatan. Kedatangan berikutnya salah satu tim dokter menyarankan untuk Hysteroscopy, yaitu pemeriksaan ruang dalam rahim dengan camera, jadi bisa terlihat kondisi dalam rahim, dimana proses menempelnya embrio di rahim dipengaruhi oleh lingkungan rahim yang sehat dan bersih supaya embrio bisa menempel kedalam rahim dan terjadi kehamilan. Pada saat pemeriksaan hasil Hysteroscopy, ditemukan bercak2 putih pada dinding rahim dan dokter menyarankan untuk di kuret (Curretage). Kaget juga saya, soalnya image saya mengenai kuret ini adalah cuma pada saat orang keguguran atau hamil anggur, ini kok istri saya ga pernah hamil kenapa di kuret. Tapi ini jelas pandangan saya sebagai orang awam dan kami memutuskan untuk mengikuti saran dokter. 2 hari kemudian dilakukan kuret, agak cemas juga, soalnya setelah baca2 di internet mengenai kuret, banyak efek sampingnya kalo kuretnya tidak hati2. Tapi yang kami cuma bisa pasrah dan yang pasti saran dari dokter pasti mereka juga ingin yang terbaik untuk pasien2nya.

Setelah proses pra bayi tabung selesai, bulan maret tim dokter mulai spesifikasi untuk memeriksa jumlah follicle yang ada di indung telur, karena AMH yang rendah otomatis kondisi jumlah telur sangat terbatas. Pada bulan maret ini, cuma ada 4 follicle yang terlihat dan tim dokter menyarankan untuk menunggu bulan depan dengan harapan telurnya tambah banyak dengan menyarankan istri saya untuk tetap minum vitamin yang ada dan juga pada bulan maret ini istri saya sedang flu berat, jadi saya juga setuju dengan dokter. Pada bulan april, kami kembali cek follicle dan dokter menemukan 5 follicle dan diputuskan untuk memulai program IVF dengan pemberian suntikan Gonal F. Sebelum proses, suster memberikan briefing mengenai biaya2nya, yaitu dengan program paket, paketnya sebesar 60jt (April 2014) yang termasuk Gonal F, Cetrotide dan Pergoveris dan dengan jumlah takaran tertentu, jika pemakaian diluar takaran sesuai paket maka akan ada biaya tambahan dan harus lunas sebelum OPU.

Satu hal yang saya tidak temui di Taiwan ketika proses IVF kami yang pertama kali, yaitu tim dokter di RS. Family begitu care dengan perkembangan hasil penyuntikan obat2 hormon untuk IVF ini. 5 hari pertama, istri saya menyuntikan sendiri dirumah, setelah 5 hari, penyuntikan selanjutnya di lakukan di RS, hal ini dikarenakan tim dokter memantau perkembangan hasil penyuntikannya secara detail dengan USG day by day. Bilamana di USG terlihat telurnya kurang terstimulasi dengan obat2 hormon, maka dosisnya akan ditambah, bila dirasa sudah cukup, dosisnya akan dikurangi. Terus terang saya salut dengan yang bagian ini, karena di Taiwan sewaktu proses penyuntikan Gonal F dan lain-lainnya, istri saya lakukan sendiri straight tanpa datang ke dokter karena memang dokter menyarankan seperti itu, balik ke RS langsung OPU.

Hasil akhir dari penyuntikan, dosis yang diberikan melebihi standar dosis yang ada di paket, alhasil kami harus menambah biaya sebesar +/- 15jt, yang jadi menambah beban berat saya. Tapi yah karena memang harus dibayar yah kami tetap bayar dengan harapan apa yang kami sudah keluarkan tidak menjadi sia2.

Tiba saatnya untuk OPU, istri saya masuk ruangan untuk pengambilan telur dan saya proses pengeluaran sperma setelah itu saya menunggu diluar. Saya berharap2 cemas karena USG terakhir sebelum OPU, dokter memperkirakan hanya 3 telur yang bisa diambil, maksimal 4. Teringat waktu kami IVF pertama kali di Taiwan, hanya 4 telur yang berhasil di ambil dan hanya 1 embrio yang bisa masuk. Tapi saya pasrahkan saja dengan yang Diatas. Kurang lebih 20 menit, suster keluar untuk memberitahukan bahwa ada 5 telur yang berhasil di ambil dan saya sudah bersyukur mendengarnya, karena estimasi hanya max 4 telur yang bisa diambil. Tidak lama kurang lebih 5 menit kemudian susternya keluar lagi dan memberitahu bahwa akhirnya ada 6 telur yang bisa diambil. Saya makin senang karena menurut pemikiran saya, kesempatannya jadi lebih besar lagi dan saya sangat berterima kasih kepada tim dokter terutama Dr. Malvin Emeraldi (Dokter yang satu ini, ramahnya kebangetan alias ramah banget, friendly dan suka bercanda) yang sudah bersusah payah dan mengusahakan yang maksimal untuk kami berdua. Dan ternyata Dr. Malvin ini anaknya Dr. Muchsin Djaffar, ketua tim IVF RS. Family, jadi kualitas proses IVF di RS. Family Pluit, semakin memantapkan saya untuk terus melangkah, melanjutkan proses bayi tabung.

Pada hari ketiga setelah OPU, kami kembali ke RS untuk proses ET. Oh yah sehari setelah OPU dan menjelang ET, kami diberitahu oleh teman untuk berdoa di wihara yang ada Dewi Kwan Im, rencananya kami ingin sembahyang di wihara ancol tapi karena lokasinya yang jauh, akhirnya kami berdoa di wihara pasar lama, Tangerang. Bagian ini penting karena biar bagaimanapun, dokter dan manusia hanya bisa berusaha tapi tetap di Atas yang menentukan dan Dewi Kwan Im ini hanya perantara bagi kita untuk menyampaikannya ke Tuhan Yang Maha Esa ( ini berdasarkan kepercayaan saya dan istri ). Untuk yang beragama lain, intinya kita meminta kepada Tuhan atas usaha kita untuk mempunyai anak. Seperti anak yang ingin meminta sesuatu kepada orang tuanya, kalo anaknya ga pernah ngomong dan minta, orang tuanya juga tidak tahu kan keinginan anak, begitupula hubungan kita dengan Tuhan. Jadi banyak-banyak doa memang salah satu faktor keberhasilan bayi tabung. Terus terang selama ini saya tidak pernah berdoa di wihara, karena saya pun tidak pernah beribadah kemana-mana.
Kembali ke ET, sebelum pelaksanaan embrio, kami bertemu dan di briefing oleh Dr. Muchsin Djaffar selaku ketua tim IVF RS. Family Pluit mengenai perkembangan embrio dalam 3 hari terakhir. Dari 6 sel embrio di Hari pertama, semua berbentuk menajadi embrio, di hari kedua, 2 embrio rusak dan 4 masih membela menjadi beberapa sel dan hari ketiga, 2 embrio masih berkembang dan membelah lagi menjadi beberapa sel dan 2 stuck alias kondisinya sama dengan hari kedua. Dokter menanyakan kepada kami, berapa embrio yang kami inginkan untuk ditransfer dan kami berdua langsung menyebut angka empat, karena menurut pemikiran awam kami, makin banyak makin besar peluangnya. Dan dokter pun setuju untuk memasukan 4 embrio tersebut dan di estimasi kemungkinan untuk 4 embrionya jadi janin hanya 1 persen dan kami pun gak masalah, yang penting ada yang bisa jadi janin kami sudah sangat bersyukur.

Sesudah proses ET, kami berencana agar istri saya untuk bedrest total dan memutuskan untuk stay di RS. Family untuk beberapa hari, ini demi menjaga proses transfer dan penempelannya berlangsung sesuai harapan kami. Dokter sih menyarankan tidak perlu karena memang secara medis tidak terbukti hal ini bisa membantu. Tapi kami ikutin aja suara hati dan kamipun memutuskan untuk tetap stay selama beberapa hari di RS. Setelah stay 3 hari 2 malam di RS, kami pun kembali ke rumah dan istri saya benar-benar bed rest total. Hanya ditempat tidur dah tidak kemana2 bahkan mandi pun hanya pakai handuk basah. Kembali kepada dunia medis, Dokter memberitahu kami bahwa bed rest tidak secara medis terbukti dapat menambah prosentase keberhasilan bayi tabung tapi menurut pengalaman kami dan saran dari teman-teman, bedrest ini penting juga dan terbukti menjadi salah satu faktor keberhasilan bayi tabung.

Selama bedrest, berikan perhatian lebih kepada istri dan ini tugas suami, supaya istri relax dan tidak penuh tekanan, berikan pijatan2 atau peluk dengan penuh kasih saying, jangan biarkan istri turun dari tempat tidur sedikitpun, kecuali untuk buang air dan itu pun harus berjalan dengan sangat hati2. Beruntung saya memiliki waktu banyak untuk menemani istri saya, karena saya ingin all out kali ini dan mengajukan cuti yang sangat panjang, balik lagi pada prinsip saya “uang bisa dicari, tapi umur ga bisa dibeli dengan uang”. Bagi yang tidak bisa cuti, bisa panggil saudara atau pembantu untuk melayani kebutuhan istri selama bed rest.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun