Mohon tunggu...
Thomas Jan Bernadus
Thomas Jan Bernadus Mohon Tunggu... Penulis - A Freelance Blogger

blogger free lance

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Berkunjung ke Batan, Citra Negatif Nuklir Kini Luntur

26 September 2018   17:08 Diperbarui: 27 September 2018   01:54 1657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang ada di benak kita terkait dengan nuklir? Mau jujur atau tidak, stigma atau sesuatu yang sudah terpatri dalam benak kita adalah bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Apa lagi? Mungkin kita membayangkan perang nuklir yang akan terjadi antara Rusia dan Amerika Serikat di era perang dingin.

Belakangan ini, Korea Utara juga seperti terus menerus memberikan kode akan meluncurkan senjata nuklir milik mereka. Peristiwa Chernobyl dan juga kejadian Fukushima di Jepang menambah "daftar hitam" soal Nuklir. Belum lagi film hollywood tentang "war head". Makin menjadi-jadi.

Bayangan seperti itu, melekat di saya, dan sejumlah teman-teman blogger yang diajak berkunjung ke Puspitek atau Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Kawasan Serpong. Kami diajak oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir berkunjung ke kawasan ini.

Ngapain?

Kami akan berkunjung ke Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan. Ingat, Batan ya, bukan Batam. Kalau Batam di Singapura. (Halah masih musim main plesetan ya?)

Kami berangkat dari Kantor Bapeten di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat dengan menggunakan bus. Kami berangkat pagi-pagi. Perjalanan menuju ke puspitek membutuhkan waktu satu jam lebih sedikit. Kurang lebih satu seperempat jam. Kami tiba di Batan yang berada di puspitek jam 09.30. Kami masuk ke lobby untuk mendapatkan kartu tamu. Saya mendapatkan nomer favorit. T011 .. ahaay

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
"Selamat datang ke Kawasan Nuklir Serpong"

Begitu kata seorang bapak-bapak yang menyambut kami. Ya ampun. Masuk kawasan Nuklir ternyata. Duh duh duh... 

dokpri
dokpri
Ponsel dan Kamera serta tas kami pun diminta dimasukkan ke Locker. Tidak diperkenankan untuk membawa peralatan ponsel dan kamera. Lah trus kita nggak bisa foto-foto dong di dalam. Ampun deh! Kan buat bahan tulisan. Tapi rupanya dari pihak Batan menyiapkan dokumentasi di dalam.

Kami pun diantar ke aula. Di ruangan aula ini nantinya pihak dari Batan akan memberikan penjelasan. Ya kayak briefing awal gitulah. Kami juga diberikan buku. 

Pak Awwaludin dan Pak Agung Satriyo dari Batan kemudian menjelaskan soal penggunaan teknologi nuklir yang ternyata memang membawa manfaat yang sangat banyak. Misalnya untuk teknologi pertanian. Dengan radiasi, bisa dihasilkan bibit unggul seperti padi yang tahan hama wereng.

Lah wereng saja tidak mau sama padinya, apa nggak bahaya buat manusia? Ternyata, melalui rekayasa dengan radiasi, unsur yang disukai oleh hama wereng dari dalam padi, bisa dihilangkan dengan rekayasa dan menggunakan radiasi. Widih, canggih bener!

Teknologi nuklir juga dimanfaatkan untuk kesehatan. Bahkan, batan sudah berhasil membuat alat yang bisa mendeteksi seberapa besar fungsi ginjal kita. Batan juga memproduksi banyak hal lain dengan teknologi mereka. Misalnya untuk pangan. Bahan pangan bisa dibuat lebih awet dengan iradiator.

Kurang lebih sejam mendapatkan penjelasan, kami diajak ke lokasi reaktor serba guna atau reaktor yang berguna buat riset. Deg ... deg.. deg .. an ... wah mau ke reaktor nuklir? Duh serem nggak ya?

Pak Awwaludin dan Pak Agung sebelumnya sudah menjelaskan bahwa reaktor nuklir untuk pembangkit tenaga listrik dan reaktor nuklir untuk riset ini berbeda. Sangat berbeda. Reaktor nuklir yang berada di kawasan Puspitek ini, dimanfaatkan untuk riset dan hal berguna lainnya seperti untuk membuat isotop.

Kami pun menuju ke Gedung Reaktor Serbaguna G.A Siwabessy. Kok dinamain G.A Siwabessy ini ya? Ternyata, G.A Siwabessy ini merupakan tokoh yang diminta oleh Presiden Pertama RI untuk membangun Batan. Wah baru tahu deh saya. Dasar kudet, apa nggak pernah belajar ya?

Masuk ke ruang reaktor serbaguna ini, suasana menyeramkan soal nuklir mulai hilang. Tapi saya masih saja deg-degan. Pak Purwadi akan menemani rombongan saya untuk melihat reaktor nuklir. Setelah dipecah menjadi tiga rombongan, kami diarahkan ke tempat untuk memakai pakaian khusus. Pakaian ini untuk melindungi kami dari radiasi.

Wadoooooh... makin deg-degan deh saya ini....

Setelah saya dan teman-teman memakai pakaian khusus, kami masuk melalui sebuah pintu. Kami serasa di film-film hollywood karena untuk membuka pintu, pak Purwadi harus meminta dibuka lewat telepon. Semakin kayak di film-film deh.

Setelah melewati pintu pertama, kami diwajibkan untuk mengenakan sepatu khusus. Sepatu khusus ini, seperti sarung untuk sepatu. Jadi kami tinggal memakainya tanpa mencopot sepatu kami. Setelah memakai sepatu ini, perjalanan kami dilanjutkan ke ruangan berikutnya. Kami kembali harus melewati pintu lagi, dan melewati semacam alat scan sebelum akhirnya kami sampai di reaktor nuklir.

Berada di dalam reaktor nuklir ini, rasa menyeramkan soal reaktor nuklir langsung sirna. Yah, begini saja toh? Kirain suasananya mencekam? Ternyata ya biasa saja. Kami diajak pak Purwadi melihat reaktor nuklir. Ada semacam kolam yang ada bahan bakar reaktor di dalamnya.

Kolam ini berisi air yang sudah dimurnikan dan benar-benar hanya mengandung unsur H2O saja dan tidak ada unsur mineral. Airnya cenderung berwarna biru tapi bening. Ketika kami berkunjung, reaktor sedang tidak beroperasi. Reaktor ini berfungsi hanya dari hari jumat sampai hari Selasa saja. Sisanya, shut down atau tidak berfungsi.

Untuk mengoperasikan reaktor ini, butuh persiapan. Untuk melakukan pengecekan saja, pak Purwadi mengatakan membutuhkan berhari-hari. Sebelum beroperasi saja, harus digelar rapat. Ternyata tidak langsung main menyalakan saja.

Setelah melihat-lihat reaktor nuklir, kami kembali ke lobby. Sebelum kembali, kami melewati alat scan untuk memeriksa apakah kami terpapar radiasi. Sampai di sini, saya masih deg-degan. Tapi ternyata, setelah melalui alat scan, saya tidak terpapar. Seusai mengembalikan baju dan sepatu ke petugas, kami kembali ke Lobby. Selesai sudah kunjungan ke Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy.

Reaktor Serba Guna ini, sudah beroperasi selama 31 tahun semenjak 1987. Menurut Kabag Humas dan Protokol Bapeten, Pak Kohar, belum pernah terjadi kejadian luar biasa. Selama ini masih aman-aman saja. Bapeten selaku pengawas, terus melakukan inspeksi. Kehadiran Bapten untuk pengawasan soal nuklir ini tentunya sangat penting. 

Dengan adanya Bapeten, segala sesuatu tentang nuklir diawasi dengan ketat. Bahkan sangat ketat. Kita tidak perlu khawatir. Bapeten berisi orang-orang berkompetensi di bidang ini. Terima kasih Bapeten yang sudah membuka cakrawala saya dan teman-teman, bahwa nuklir ini membawa manfaat yang sangat banyak untuk manusia.

Saya dan teman-teman kemudian bisa berfoto di depan Reaktor Serbaguna. Sudah pasti kami difoto oleh tim dari Bapeten. 

dokpri
dokpri
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun