Sedari awal keberangkatan saya berpetualang ke Sumatera, teman yang mengajak saya, Hariadhi sudah mengatakan kepada saya bahwa kami akan bertemu dengan Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi.
Saya yang gemar berpetualang semasa menjadi mahasiswa tentunya so excited. Saya sudah pasti ingin bertemu dengan suku yang cukup terisolir seperti mereka.
Pertemuan saya dengan Suku Anak Dalam ini, terjadi setelah perjalanan ke Lampung, Palembang dan Kota Jambi.Â
Dari Kota Jambi, dengan menggunakan mobil kecil LGCG kami menuju ke Kabupaten Serolangun, Kecamatan Air Hitam. Di sinilah kami akan mendatangi Rumah Jenang Jalaludin. Jenang ini semacam Kepala Suku. Nanti akan saya ceritakan di blog yang lain.
Berangkat dari Kota Jambi sekitar jam 13 WIB, kami tiba di Serolangun sudah jam 19.00 wib. Dari Serolangun inilah perjalanan akan dilanjutkan ke Kecamatan Air Hitam. Perjalanan inilah yang saya sebut di judul dengan Cukup Menegangkan.Â
Kenapa? Jalan yang kami lalui lebih dari 50 persen tidak beraspal dan melewati Hutan dan Perkebunan Sawit. Oh My God!Â
Lepas dari jalan utama, kami mulai melintasi lintasan tanah berbatu. Perjalanan ini kurang lebih satu jam. Bayangkan satu jam melewati jalan seperti ini.
Jalan tanah berbatu ini, bukan tidak rata saja, tapi sempit. Pas dua mobil kecil. Bayangkan saja, kalau bertemu truk. Untunglah tidak.
Sejam melintasi jalan tanah ini, akhirnya ketemu jalan beraspal. Aspal cukup mulus. Tapi banyak tantangannya juga.
Ada banyak rumah warga yang kami temui. Tapi tetap saja ketakutan masih melanda saya. Lah daerah asing, signal ponsel datang dan pergi. Kalau ada apa-apa, saya sudah pasrah saja.
Setelah kurang lebih 2 jam offroad, kami tiba di rumah Jenang Jalaludin. Karena sudah mengabari lewat ponsel, Jenang sudah mengumpulkan puluhan warga Suku Anak Dalam yang sebagian besarnya adalah anak-anak.
Kami bertemu dengan Suku Anak Dalam ini, untuk membawa alat bantu pendidikan, dan juga sebuah laptop sumbangan yang kami beli dari Kota Jambi.
Kami juga membawa makanan berupa ikan kaleng dan makanan berupa ikan lele yang kami beli dalam perjalanan. Ada tahu tempe juga. Kami ingin mengajak mereka makan yang agak berbeda.
Kami juga makan bersama. Suasana sangat asik di tengah hutan apalagi suasana malam itu hujan. Kurang lebih dua jam kami berada di rumah Jenang Jalaludin.Â
Setelah dua jam, kami harus melanjutkan perjalanan ke Sumatra Barat. Tengah malam sehabis hujan kami menuju ke Serolangun. Saya kembali diselimuti suasana tegang karena kembali melewati jalan yang sama tapi sehabis hujan.Â
Kebayang kalau selip atau pecah ban. Tidak ada signal. Kalau minta bantuan, warga sudah tidur. Hampir setiap saat saya mengucap doa dalam hati. Dan kami pun sampai di jalan utama. Thanks God.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H