Tahun 2015, saya pernah bekerja di salah satu institusi pemerintah. Di institusi tersebut, saya melakukan monitoring media.
Monitoring media ini, untuk tracking isu nasional dan dilaporkan ke atasan saya.
Salah satu yang saya monitor, adalah ketika bencana asap di Sumatera dam Kalimantan. Bencana asap ini, terjadi hampir dua bulan akibat kebakaran atau pembakaran hutan.
Setelah tiga tahun, sebuah ajakan untuk Roadtrip atau perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi. Lewat jalur darat. Sebuah kesempatan yang tidak bisa saya tolak.
Setelah menyebrang dari Pelabuhan Merak, H-1 lebaran saya sudah tiba di kota Metro Lampung. Menginap semalam, saya dan teman saya melanjutkan perjalanan ke Kota Palembang.
Apa pemandangan yang saya lihat? Langit biru! Iya langit biru bebas asap. Walaupun harus bermalam di rest area hingga saya tidur di mobil dan melanjutkan perjalanan pada pagi harinya, langit masih biru.
Bebas asap!!
Perjalanan pun kami lanjutkan. Sekitar jam 9 pagi, saya dan teman menyempatkan diri untuk mampir di Jembatan Tanjung Senai, Kabupaten Ogan Ilir.
Usai foto-foto dan saya unggah di instagram, perjalanan kembali berlanjut. Tidak lama kemudian saya sudah tiba di ruas tol Indralaya Palembang.
Akhirnya saya tiba juga di Kota Palembang. Kota yang saya idam-idamkan untuk didatangi.
Kota pempek ini tiga tahun lalu yang saya terus pantau juga masalah kebakaran hutan karena terdampak asap. Tapi apa yang saya lihat benar-benar berbeda. Langit biru. Saya bahkan memfoto sebuah jembatan yang keren yang melintasi sungai musi.
Langit begitu indah menjadi latar belakang foto ini.
Puas berkeliling di Jakabaring, saya dan teman ingin ke Jambi. Tujuan kami berikutnya. Dari Jakabaring kami melewati jembatan legendaris kota Palembang. Jembatan Ampera!
Langit yang indah nan biru masih saja terlihat. Ah Indahnya mengambil gambar Jembatan Ampera dengan langit yang biru.
Saatnya berpindah kota! Perjalanan ke Jambi dimulai. Perjalanan Palembang ke Jambi cukup jauh. Kami menempuhnya kurang lebih delapan jam.Â
Kebun karet dan kebun sawit menjadi pemandangan kami. Dalam perjalanan, saya menemukan rumah khas Sumatera Selatan. Rumah Panggung! Foto? Pasti dong.Â
Langit cerah dipadu dengan rumah khas daerah, tak mungkin dilewatkan.
Saatnya kami menginap di hotel. Menempuh perjalanan delapan jam sudah pasti capek dong. Kami harus beristirahat karena perjalanan masih akan terus berlanjut.
Bangun pagi keesokan harinya, saya mencoba jalan-jalan di sekitar hotel. Pemandangan kota lama membuat saya speechless. Langit pagi biru cerah membuat saya harus mengambil foto.
Tunggu tulisan saya yang lain yaa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H