Mohon tunggu...
Tomi Nur Diyana
Tomi Nur Diyana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa, Freelance Shopkeeper

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politik sebagai Struktur: Mengurai Dinamika Kekuasaan dan Konflik di Masyarakat, Menuju Pemilu Berkualitas

19 November 2023   15:40 Diperbarui: 19 November 2023   15:42 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Vocasia.id

Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka adalah pasangan calon yang diusung oleh partai-partai oposisi, yaitu Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Berkarya, dan Partai Garuda. Pasangan ini memiliki kekuatan di bidang militer, bisnis, dan popularitas. Prabowo Subianto adalah mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat dan Ketua Umum Gerindra yang dikenal sebagai tokoh militer dan politik yang berpengalaman dan berwibawa. Gibran Rakabuming Raka adalah Wali Kota Solo dan putra sulung Presiden Joko Widodo yang dikenal sebagai pengusaha muda dan figur baru yang menarik perhatian publik. Pasangan ini memiliki visi untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian.

Dari ketiga pasangan calon tersebut, kita dapat melihat adanya dinamika kekuasaan dan konflik yang terjadi dalam masyarakat. Kekuasaan dapat dilihat dari sumber-sumber kekuasaan yang dimiliki oleh masing-masing pasangan, seperti hukum, tradisi, karisma, keahlian, sumber daya, atau kekerasan. Misalnya, pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD memiliki kekuasaan hukum yang didukung oleh konstitusi dan undang-undang yang mengatur tentang pemilihan umum. Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memiliki kekuasaan tradisi yang didukung oleh garis keturunan dan hubungan keluarga dengan Presiden Joko Widodo. Pasangan Anies Baswedan-Iskandar Muhaimin memiliki kekuasaan karisma yang didukung oleh popularitas dan pengaruh mereka di kalangan masyarakat.

Konflik dapat dilihat dari jenis, intensitas, dan dampak konflik yang terjadi antara atau di dalam pasangan calon, maupun antara pasangan calon dengan pihak-pihak lain. Misalnya, konflik horizontal yang terjadi antara pasangan calon adalah konflik yang bersifat kompetitif, yaitu konflik yang muncul karena adanya persaingan untuk memperebutkan suara pemilih. Konflik vertikal yang terjadi antara pasangan calon dengan pemerintah adalah konflik yang bersifat antagonis, yaitu konflik yang muncul karena adanya ketidakpuasan atau ketidakpercayaan terhadap kinerja atau kebijakan pemerintah. Konflik yang terjadi di dalam pasangan calon adalah konflik yang bersifat kooperatif, yaitu konflik yang muncul karena adanya perbedaan atau pertukaran pendapat atau gagasan untuk mencapai tujuan bersama.

Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa politik sebagai struktur adalah suatu cara untuk mengurai dinamika kekuasaan dan konflik yang terjadi dalam masyarakat. Dengan memahami struktur politik, kita dapat mengetahui bagaimana kekuasaan dan konflik mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik yang berdampak pada kepentingan bersama. Dengan mengetahui kekuasaan dan konflik, kita dapat menilai kinerja dan kredibilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan bertarung dalam Pilpres 2024. Dengan menilai pasangan calon, kita dapat menentukan pilihan politik kita yang sesuai dengan nilai, aspirasi, dan harapan kita sebagai warga negara Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun