Mohon tunggu...
Tomi Lebang
Tomi Lebang Mohon Tunggu... -

Lelaki pencinta ikan koi dan hobi menulis serta membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi-JK : Semenjak Program 1000 Menara

22 Mei 2014   17:42 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:14 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1400730086577613281

PADA mulanya adalah Program 1.000 Menara. Pada tahun 2007, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengumumkan, Indonesia akan membangun seribu bangunan apartemen untuk warga berpenghasilan rendah yang tinggal di daerah kumuh dan pinggir kali di kota besar seperti Jakarta. Jusuf Kalla ingin mereka tinggal di rumah yang layak. Program ini direncanakan selesai tahun 2011.

Tahun 2009, Jusuf Kalla meninggalkan istana. Ia menitipkan gagasannya itu untuk tetap  dilanjutkan, terutama oleh Gubernur Jakarta, Fauzi Bowo. Namun, tahun 2011 baru sekitar 100 menara yang telah dibangun, kebanyakan berada di Jakarta. Unit-unit tersebut dibeli oleh penghuni yang lebih mampu karena rakyat miskin memiliki kesulitan meminjam dari bank, dan pemerintah enggan menjamin pinjaman mereka.

Jusuf Kalla kecewa berat kepada Fauzi Bowo.  Ia membawa pergi kekecewaannya itu dengan legawa. Ia punya ladang baru bernama Palang Merah Indonesia.

* * * * *

SUATU petang selepas maghrib di penghujung tahun 2011. Di ruang keluarga rumah bernomor enam di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Jusuf Kalla bersama istri Ny. Mufidah dan beberapa kerabat sedang berbincang aneka topik. Di tengah perbincangan, layar televisi tengah memberitakan seorang kepala daerah yang lagi tenar-tenarnya: Walikota Surakarta Joko Widodo.

Di layar televisi itu, Jokowi sedang berpayung hitam menembus hujan mengunjungi sebuah kawasan di Solo. JK terlihat mengernyitkan kening dan menatap layar televisi dengan serius. Ia mengucapkan selarik kalimat dalam bahasa Bugis, ”makanja’-kanja’ too iye walikota”(Walikota ini kelihatannya bagus juga).

Selepas tayangan itu, JK dan kerabat berbincang soal Jokowi. Untuk pertama kalinya pula, JK mengenal istilah “blusukan” – istilah yang kelak jadi kosa-kata yang melekat pada Jokowi. Perbincangan usai, tamu-tamu pulang, tapi JK telah menyimpan sebuah agenda sendiri.

* * * * *

Beberapa pekan kemudian, JK datang ke Semarang, Jawa Tengah. Di sana, ia berencana untuk bertemu Jokowi. Maka ia pun mengajak serta Tjahyo Kumolo, orang Solo yang juga Sekjen PDI Perjuangan. JK datang didampingi kerabatnya, Prof. Hamid Awaludin, bekas Menteri Hukum dan HAM. Di sela acara itulah, JK memanggil Jokowi yang lalu mendekat dengan sungkan pada sang mantan wakil presiden.

Singkat, JK menyampaikan kepadanya, agenda yang telah ia putuskan seusai perbincangan selepas maghrib di kediamannya itu. ”Eh, Pak Jokowi, siap-siap ya maju di Pilkada DKI.”

Jokowi seperti tersengat kala. Ia agak gagap. Ia orang Jawa yang tak terbiasa dengan todongan seperti itu. “Bagaimana caranya, Pak?” tanyanya. Mimiknya menunjukkan, ia tak percaya. Ia melirik sang petinggi partainya, Tjahyo Kumolo yang duduk tak jauh dari JK.

“Tenang saja, Pak Tjahyo nanti yang sampaikan ke ibu (Megawati Soekarnoputri),” kata JK.

Jokowi masih berusaha tenang dan mengelak. “Tapi saya tidak punya uang, Pak,” katanya.

JK menepiskan tangannya. “Ah, menjadi pemimpin itu bukan soal uang semata-mata. Itu bukan urusanmu,” kata JK.

Seusai pertemuan itu, kaki Jokowi masih tetap menapak ke bumi, sebagaimana sering diungkapkannya: ia tak pernah berpikir untuk meninggalkan kota Solo.

* * * * *

Suasana menjelang pemilihan gubernur di Jakarta mulai menghangat. Para tokoh digadang-gadang. Gubernur DKI Fauzi Bowo jauh-jauh hari telah memantapkan rencana untuk turun gelanggang. Dan, JK, sang penggagas Program 1000 Menara yang kecewa kepadanya, bertekad menghadirkan seorang penantang baru, penantang dari Solo: Joko Widodo.

Awal tahun 2012, JK mengutus sahabatnya Sofyan Wanandi menemui Megawati di Jalan Teuku Umar, dan menyampaikan secara resmi usulan JK agar PDI Perjuangan mengusung kadernya, Jokowi menjadi calon gubernur. Tapi usulan yang dibawa Sofyan mental. Megawati menolak. Pasalnya sederhana: Taufik Kiemas rupanya telah setuju mendukung Fauzi Bowo mempertahankan jabatannya. Ada aroma mahar terendus dalam dukungan ini yang tak terjawab sampai Taufik Kiemas meninggal dunia pada 8 Juni 2013.

Sofyan Wanandi meninggalkan kediaman Megawati dengan harapan yang nyaris pupus. Sang taipan melaporkan ihwal penolakan ini ke JK di Brawijaya. Bukannya menyerah, JK menyatakan hendak berbicara langsung ke Megawati.

Begitulah. Pada malam hari seusai syukuran ulang tahun Megawati ke-67, pada Rabu 23 Januari 2013, Jusuf Kalla dan Sofyan Wanandi bertandang ke Jalan Teuku Umar. Kali ini, JK berusaha meyakinkan Megawati tentang Joko Widodo. Dengan hitung-hitungannya yang khas, JK berhasil meraih restu Mega untuk Jokowi. Taufik Kiemas mengiyakan.

* * * * *

Singkat cerita, Joko Widodo maju ke palagan Pilkada DKI bersama Basuki Tjahya Purnama, mantan Bupati Belitung yang saat itu masih anggota DPR RI dari Partai Golkar. Basuki digandeng Partai Gerindra untuk berpasangan dengannya.

Jokowi-Ahok sukses memenangi Pemilihan Gubernur DKI putaran pertama pada 11 Juli 2012, dan putaran kedua 20 September 2012. Mereka menjungkalkan gubernur petahana, Fauzi Bowo yang berpasangan dengan tokoh Betawi, Jenderal Nachrowi Romli yang juga Ketua Partai Demokrat DKI.

Siang hari Kamis 20 September 2012, seusai menyaksikan pengumuman hitung cepat Pilkada DKI putaran kedua yang menempatkannya sebagai pemenang, Joko Widodo menyusuri lengangnya jalan Jakarta Selatan menuju kediaman Jusuf Kalla di Jalan Brawijaya. Ia diikuti puluhan wartawan media cetak dan elektronika.

Jusuf Kalla dan istri menyambutnya di depan pintu. Senyum keduanya mengembang. Lelaki kerempeng yang datang kepadanya inilah yang ia harapkan mengawal gagasannya: Program 1000 Menara untuk orang miskin di Jakarta, program yang mentah di tangan Foke.

* * * * *

Kini, Jokowi dan JK berpasangan menuju gelanggang baru, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI. Mereka telah satu gagasan semenjak awalnya….

Sumber foto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun