Saya temukan banyak tulisan sahabat Kompasiana membahas dan bercerita tentang polusi. Disadari atau tidak, subjek dari permasalahan itu tidak banyak dibahas.
Entah siapapun subjek atau pelaku penyumbang penurunan kualitas hidup, seharusnya menjadi bahasan dalam pemberdayaan, saya pikir masyarakat pun cukup cerdas untuk bisa menentukan opsi mana yang optimal untuk dilakukan. Selaku bagian dari masyakarat, saya pun sadar masih banyak cara yang bisa dilakukan dengan lebih baik.
Melihat, membaca, dan mendengar upaya menangani kondisi kekeringan beberapa wilayah di tanah air dan permasalahan sosial lingkungan hidup lainnya belum mencapai kegiatan yang optimal baik di pihak aparat, pelaku usaha dan masyarakat. Perlu adanya pemberdayaan dalam integrasi, baik disektor sumber daya air, lingkungan hidup, dan perencanaan nasional atau daerah dan tidak hanya terfokus pada pembangunan infrastruktur saja.
Yang patut kita pahami sekarang ini salah satu penyebab kelembaban tinggi dan peningkatan suhu panas, adalah produksi polusi asap tidak terkendali. Belum lagi dampak penurunan kualitas hidup yang terjadi.
Bagi sebagian orang (termasuk sebagian sahabat Kompasiana) belum merasakan secara langsung dampak-dampak yang mulai timbul. Â Sederhananya, ada kontribusi kita terhadap polusi apapun itu yang harusnya patut kita pahami dampaknya bagi orang lain.
Musim kemarau masih berlanjut, yang paling nyata dihadapan kita adalah tumpukan sampah di saluran-saluran air (drainase), serta sisa arang hitam sampah hasil pembakaran bisa kita jumpai dengan mudah sepertinya menjadi problematika tak berkesudahan di kala musim hujan tiba.
Referensi:Â www.bmkg.go.id; nationalgeographic.co.id; sains.kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H