Mohon tunggu...
Tomi Pradjie
Tomi Pradjie Mohon Tunggu... Freelancer - Banyak Bacanya, Banyak Melamunnya, Sedikit Bicaranya

Hanya Pelajar di suatu PTS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Keluh

4 Juni 2020   07:00 Diperbarui: 4 Juni 2020   07:07 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi angin sepoi-sepoi adalah anugerah
Teralis besi dan tali tambang tak akan mencekik
Melankolis dunia tak akan sanggup meraba
Dibutuhkan, tak membutuhkan

Tak perlu bersungut-sungut menjadi manusia
Memiliki hati, tapi menilai hanya dengan mata
Banyak kepalsuannya, muak sudah aku
Aku lelah, merasa kesepian ketika sedang bersama

Aku bukanlah penyair bijak dari negeri para dewa
Bukan makhluk suci yang dilindungi para dewa
Aku sama kotornya dengan dirimu
Tangan berlumur darah, tumit meretakkan rusuk

Kalau boleh, aku tak ingin nanti terlahir sebagai manusia kembali
Lebih baik aku menjadi hewan di hutan
Menjadi buruan rasa-rasanya lebih melegakan
Daripada berakal tapi menanggung kehidupan yang hina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun