Mohon tunggu...
Agustinus Sipayung
Agustinus Sipayung Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang konsultan di bidang pertanian

Blog ini saya khususnya untuk menceritakan orang-orang yang sangat menginspirasi saya oleh karena perannya terhadap masyarakat dan kemajuan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketika CEO Perusahaan Menjadi Pejabat dan Mereka Menangis?

20 Mei 2018   08:40 Diperbarui: 20 Mei 2018   09:12 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Itu sebabnya seorang leader di pemerintahan bukan saja seorang pemimpin yang kuat tapi juga harus seorang ahli strategi dan pakar watak manusia. Karena ia harus memimpin orang-orang yang tidak serta merta terikat dengan otoritasnya.

Ia harus menjadi penggoda yang ahli. Ia harus bisa menggoda pejabat dibawahnya, stafnya, para instansi terkait, bupati, walikota bahkan DPR. Bukan menggoda dengan hal-hal yang negatif namun menggoda dengan kepentingan. Ibarat seorang wanita yang menyingkapkan sedikit roknya untuk mendorong seorang bos mendatangani kontrak. Toh ia tidak harus tidur dengan sang prospek. Just memberikan sedikit harapan yang menggairahkan.

Sebuah bahasa metafora yang pas adalah membuat tikus berlari dengan menampilkan makanan di depan matanya sehingga ia bergerak. Padahal tiang pengikat makanan menempel ke tubuh sang tikus itu sendiri. Sehingga secepat apapun ia berlaku umpan tidak akan pernah bisa dijangkau.

Maka tidak heran Niccol di Bernardo dei Machiavelli, pemikir abad ke 15 harus menulis buku The Prince yang menjelaskan cara-cara para pemimpin mempertahankan kekuasaannya dengan mengindahkan moralitas. Karena politik maupun pemerintahan adalah kumpulan dari kepentingan (sum of interest). Ia menyarankan seni siasat, tipu daya, jika perlu habisi orang-orang yang tidak sependapat dengan Anda dengan cara yang kejam. 

Namun saya percaya ada banyak orang di Indonesia yang mampu menjadi pemimpin yang hebat, dengan taktik cerdas layaknya Kasparov, bisa memainkan kepentingan, layaknya seorang gadis perayu yang menyingkapkan roknya. Tanpa harus menjadi seorang penjahat atau anti moral. Buktinya ada banyak pemimpin yang sukses menggerakan aparatur dibawahnya dengan senyuman, dengan cara-cara yang santun namun ia adalah sang sutradara. Tapi tidak ada yang menyadari. Semua orang happy, ia dicap pemimpin yang baik dan tujuannya tercapai.

Pemimpin di birokrat tidak mesti lagi harus terlihat gagah, tegas, keras dan terlalu serius. Namun mereka harus cukup  cerdas untuk bisa membuat sekawanan  tikus tetap bisa berlari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun