Mohon tunggu...
Agustinus Sipayung
Agustinus Sipayung Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang konsultan di bidang pertanian

Blog ini saya khususnya untuk menceritakan orang-orang yang sangat menginspirasi saya oleh karena perannya terhadap masyarakat dan kemajuan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Suami Anda Selingkuh?

6 Juni 2016   23:00 Diperbarui: 6 Juni 2016   23:28 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali ini adalah pertanyaan klasik, hanya saja jawabannya seringkali mengambarkan dangkalnya pemahaman kita tentang perselingkuhan. Seorang wanita mengatakan bahwa suaminya selingkuh karena ia memang “bajingan”, sehingga wajar ia memutuskan untuk bercerai. Atau, seorang suami selingkuh karena ia jatuh cinta dengan wanita lain yang berarti ia tidak setia.

Namun jika kita melihat lebih dalam maka kita akan mendapatkan jawaban yang lebih kompleks. Apakah pria yang selingkuh adalah seorang bajingan. Belum tentu. Apakah ia tidak setia. Bisa ya bisa tidak. Jika menilik kesetiaan seorang pria diukur bagaimana ia menempatkan istri dan anak-anaknya menjadi fokusnya, barangkali ada banyak pria yang selingkuh sesungguhnya sangat mencintai keluarganya.

Lalu mengapa perselingkuhan itu terjadi?

Mari kita lihat beberapa kasus yang pernah terjadi. Seorang pria bisa menjalin hubungan terlarang dengan banyak wanita, khususnya para pekerja seksual. Namun tidak jarang pria menjalin ikatan emosional dengan seorang wanita yang bisa saja adalah mantan kekasihnya.

Lalu mana yang paling kronis?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita melirik ke dunia pria. Seperti apakah wanita di mata para pria saat mereka bergabung dalam komunitasnya? Maka mereka membedakan wanita sebagai subjek dengan wanita sebagai objek. Istri, putri, saudara perempuan dalam dunia pembicaraan lelaki adalah subjek. Mereka dihargai sebagai pribadi dengan segala kompleksitas. Mereka akan bicara wanita itu sebagai sosok yang baik, perhatian, dewasa, penyayang, judes tapi care.

Namun di lain waktu mereka membahas wanita sebagai sebuah objek. Ini terjadi ketika pria membicarakan seorang gadis ABG cantik yang sering berkeliaran di kawasan Kota dan kabarnya bisa diajak tidur. Atau saat membahas seorang karyawati baru yang punya wajah cantik dan tubuh yang sintal. Maka  hal yang dibicarakan seputar hal-hal terkait  fisik. Cantik, montok, menggoda, seksi dsb.

Nah, dalam dunia pria membahas wanita sebagai objek bukan hal terlarang. Ini kesenangan. Memberikan kegembiraan, menampilkan sisi iseng seorang pria. Namun wanita tersebut seringkali diperbincangkan layaknya barang yang tak berjiwa. Kalaupun akhirnya berujung pada upaya untuk meraihnya maka tujuannya jelas, hanya sekedar untuk kesenangan. Atau, layaknya barang mewah, ini juga sebagai prestise. Seorang pria akan dengan bangga menceritakan bahwa ia telah tidur dengan seorang model. Para pria ini tidak akan membahas sang wanita dalam kedalaman perasaannya, apakah ia pernah merasa sedih, apakah ia baik hati, apakah ia bisa memberikan cinta.

Dalam banyak situasi, membahas wanita objek hanya sebagai lelucon pria namun hanya sekedar menjadi perbincangan semata. Namun tidak jarang komunitas ini bergerak lebih jauh dan berakhir pada aksi. Ajang persaingan. Ajang uji coba. Ajang gagah-gagahan. Ajang senang-senang. Sehingga pada akhirnya seorang pria yang sangat menyayangi istri dan keluarganya, tanpa sadar, oleh sebuah tuntuntan komunitas, melakukan perselingkuhan bukan karena kurang setia. Toh, bagi mereka, wanita yang menjadi target bukanlah subjek tapi objek. Tidak ada anggota komunitas pria ini yang menganggap lucu ketika salah satu anggota mengambil istri anggota lain. Namun tidak ada yang mempermasalah ketika rekannya merangkul seorang pemandu karoke yang seksi lalu pada akhirnya membawanya  ke kamar hotel.

Hanya saja perselingkuhan yang paling kronis terjadi adalah ketika seorang wanita yang tadinya hanya menjadi objek seketika menjadi subjek. Ini terjadi saat seorang pria menganggap sang wanita lain sebagai sosok yang baik, perhatian, mampu mengisi kekosongan. Ketika seorang pria melakukan perselingkungan model ini maka komunitas pria tidak lagi menganggap ini sebagai sebuah lelucon. Ini adalah sesuatu yang dicibir. Sesuatu yang tidak layak.

Lalu mengapa ini terjadi? Mengapa seorang pria bisa melakukan sebuah kebodohan tanpa adanya dukungan dari komunitas para lelakinya?

Kondisi demikian biasanya berakar dari hubungan rumah tangga sang pria yang suam-suam kuku. Dalam kondisi yang paling parah adalah ketika suami dan istri tidak akur dan sering konflik. Namun dalam banyak kasus perselingkuhan model ini terjadi ketika suami dan istri lupa untuk membangun komunikasi dan relasi penuh cinta kasih. Masing-masing dengan aktivitasnya.

Jadi tidak heran ketika seorang pria mendadak membangun hubungan dengan mantan kekasihnya 20 tahun yang lalu yang notabene tidak lagi cantik dan menarik, karena ia mengisi kekosongan yang mengganga dan gagal tertutupi melalui relasi dengan sang istri.

Mengikuti penjelasan yang panjang tersebut, maka apakah yang menyebabkan seorang pria berselingkuh?

Seorang pria yang memang sudah terbiasa main perempuan atau punya kebutuhan seks secara berlebihan mungkin akan lebih masuk akal berselingkuh. Namun ketika seorang pria baik-baik melakukan perselingkuhan maka yang sesungguhnya terjadi adalah ia berada dalam lingkungan pergaulan yang salah atau berada dalam kondisi psikologis yang rapuh.

Jadi kita tidak bisa menilai secara fatalistik bahwa perselingkuhan itu terjadi karena seorang pria itu nakal. Tapi bisa jadi karena ia berada pada lingkungan yang salah dengan kondisi yang rentan. Sementara ia tidak cukup dewasa untuk mengendus hal tersebut dan mengendalikan dirinya. Tapi apakah ini berarti seorang pria tidak patut dipersalahkan atas kelalaiannya? Tidak juga. Karena setiap orang dewasa wajib mempertanggungjawabnya perbuatannya yang keliru, khususnya hal yang bisa ia hindari dengan sadar.

Penulis: Hendra Sipayung  

www.konsultasimenulisbuku.com

Phone: 085395459624

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun