"Jika hujan berjalan dengan intensitas tinggi, daun bunga mawar bakal berguguran. Diluar itu, kecerahan dari warnanya juga pupus, lantaran akar, batang, serta daunnya tidak dapat terima debet air yang begitu banyak," tuturnya lagi.
Serta, itu lanjut Rika, diperparah lagi dengan meningkatnya serangan hama pada bunga mawar disaat musim hujan datang. Bahkan juga, untuk penanggulangannya begitu susah. Beragam type obat telah dicobanya supaya bentuk aslinya bisa bertahan. Namun akhirnya senantiasa tidak berhasil, daun tetap harus rontok.
Tetapi Rika memiliki pendapat, hal semacam itu berlangsung karena mawar memanglah suka pada iklim yang memiliki nuansa panas, daripada basah. "Mawar sukanya panas, bila juga hujan sedikit saja, atau bila butuh air, cukup disiram air seperlunya saja," terangnya.
Dari segi ekonomi, Rika mengakui, bila musim hujan, penjualannya jadi alami penurunan mencolok. Bahkan juga dapat meraih 60-70 % dibanding dengan cuaca atau musim kering.
"Di musim hujan ini konsumen sesungguhnya tetaplah banyak, namun lantaran mawar tak bagus jadinya konsumen juga menyusut. Bila cantik, berapakah banyak juga tentu di ambil sama konsumen," katanya.
Bila demikian, lanjut dia, pihaknya cuma bisa memercayakan bunga mawar yang nilai jualnya rendah, seperti mawar type baby, mawar medan, maupun mawar kampung. Sesaat untuk mawar yang harga nya tinggi seperti mawar holand sekalipun tidak tersentuh konsumen.
"Bila yang mahal hancur penjualannya, lantaran konsumen takut keluarkan cost tinggi. Tidak sama dengan yang murah, walau sedikit namun penjualan tetap masih dapat berjalan," ucapnya.
Tingginya selisih harga pada bunga mawar itu menurut Rika karena tingkat kesusahan budidayanya jauh tidak sama. Seperti penyetekan, untuk mawar yang termasuk murah, hal itu begitu gampang untuk dikerjakan.
"Namun yang disukai tetaplah mawar type yang mahal, lantaran memanglah memiliki bentuk lebih cantik, di samping bunganya tak gampang rontok. Bahkan juga hal semacam itu dapat berjalan sampai warnanya memudar," ujarnya
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H