Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tak Ada Bawahan Bodoh, yang Ada Hanyalah Pemimpin yang...

19 Maret 2022   07:10 Diperbarui: 19 Maret 2022   08:27 2372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Republika

Saya tidak tahu apakah judul tulisan ini terlalu kasar dan melanggar peraturan konten di Kompasiana. Tapi memang itulah kalimat yang dilontarkan oleh Nasional Sales Manager (NSM) kami pada beberapa orang di kantor, termasuk kepada saya. Di kantor saya ada tiga orang supervisor, setiap supervisor membawahi tiga orang marketing. Saat datang ke cabang kami, NSM kami ini suka mengetes pengetahuan para marketing yang kami bawahi. Mulai dari masalah produk, skema insentif, memo-memo terbaru, sampai apa saja yang kami lakukan kalau morning session.

Suatu kali kami pernah dibagikan secarik kertas, lalu diminta untuk duduk dengan menjaga jarak. Lalu antara supervisor dan bawahannya diminta untuk menuliskan costumer barunya di bulan tersebut. Naasnya, tiga orang supervisor yang ada tidak bisa menjawab dengan tepat siapa saja costumer baru bawahannya. Dari situ saja NSM kami itu bisa menilai bahwa kami tidak melakukan morning session. Kalaupun morning session yang dibahas blass gak jelas.

NSM kami itu sangat ekstrim. Pernah ada anak baru,  kerja masih tiga bulan lalu ditanya sudah hafal produk atau belum dan dijawab "baru hafal sedikit-sedikit" oleh si anak baru itu, NSM kami itu balik bertanya, "Kalau gajimu dibayar sedikit dan gak full mau atau tidak?" Anak baru itu pun pucat. Hal yang sama pernah saya alami saat baru bekerja dua bulan.

Para senior sudah mengingatkan agar saya belajar, tapi saya anggap remeh waktu itu. Akhirnya saat NSM kami itu datang dan bertanya apakah saya sudah baca modul dan belajar lalu saya jawab belum baca, dia pun murka. Dia langsung meminta manager kami dicabang yang adalah bawahannya untuk memecat saya. Tapi karena manager kami menjaminkan diri dan meyakinkan bahwa saya akan berubah saya tak jadi dipecat. Hahaha...horor banget deh waktu itu kalau diingat-ingat.

Lalu NSM kami itupun memarahi para supervisor dan manager cabang karena para marketing ternyata bodoh dan tak tahu apa-apa. Bagi NSM kami itu, tugas pegawai baru itu cuman satu, yaitu belajar ! Toh kalau dituntut mengejar sales belum bisa apa-apa. Makanya dia sangat marah kalau di cabang bertemu karyawan baru yang malas belajar. Nah untuk para marketing yang sudah lama bekerja barulah dia menuntut sales. Karena menurut NSM kami itu, belajar bukan hal yang sulit. Sedangkan mencari sales itu sulit. Jika untuk hal yang mudah saja kami tidak mau melakukan, bagaimana kami mau melakukan hal yang sulit.

Namun NSM kami itu tidak pernah menuntut angka secara membabi buta. Dia juga sadar yang namanya jualan pasti ada naik turunnya. Yang dia bedah saat presentasi adalah proses kerja kami. Ke mana saja kami setiap hari, berapa kali kami mengunjungi costumer potensial kami, dan proses kerja lainnya. Kalau proses kerja jelek pasti dia akan sangat marah. Barulah dia berkata, "pantes salesnya jelek, karena kerjanya memang jelek."

Kalau sudah begitu yang kena marah adalah supervisor dan manager di cabang. Kami dianggap tidak mengajari para marketing di bawah. Lalu dia akan berkata, bahwa alasannya mengangkat kami menjadi leader adalah untuk duduk dan membantu para marketing menganalisa areanya. Artinya jika para marketing 10 persen di kantor dan 90 persen di lapangan, kami sebagai supervisor harus 30 persen di kantor dan 70 persen di lapangan, lalu manager kami 50 persen di kantor dan 50 persen di lapangan. Jangan sama semua.

Semakin tinggi jabatan, semakin proporsional juga kerjanya antara di kantor dan di lapangan. Lalu biasanya NSM kami itu akan menunjukkan data-data dan bertanya, "Pernah nggak kalian buka data dan bahas sampai mendetail begini?" Kami biasanya jawab "tidak," atau "sedikit dan belum maksimal pembahasannya pak." Kalau jawab sudah bisa dicecar habis haha. Jangan coba-coba bohong deh sama atasan kami yang satu ini. Tapi saya sangat setuju dengan cara NSM kami itu. Dengan begitu, karena yang ditegur adalah pimpinannya, maka yang di atas pun akan mengawasi bawahannya. Karena jadi terbeban dan takut ditegur.

Maka dia sering berkata, "Nggak ada bawahan yang bodoh, yang ada hanyalah pemimpin yang goblok." Maksudnya adalah atasan harus mengajari bawahannya, tentang ini tentang itu dan sebagainya. Dengan begitu si atasan harus belajar sebelum mengajar, akhirnya antara atasan dan bawahan jadi sama-sama pintar. Tentu bukan dengan cara menggurui, tapi diskusi. Karena NSM kami itu juga menekankan bahwa atasan tidak boleh sombong, karena atasan butuh bawahan demikian juga sebaliknya.

Insentif atau bonus atasan terbentuk dari pencapaian bawahannya secara akumulatif. Maka NSM kami itu juga menekankan pentingnya kekompakan tim. Tapi tetap semua harus pada tempatnya. Bawahan yang tidak bisa dibina, lebih baik dibinasakan. NSM kami itu menganalogikannya dengan sebuah mobil. Jika ada satu ban mobil yang tidak bisa lagi ditambal bukankah lebih baik diganti, sebab jika dipaksakan akan menjadi penghalang untuk lajunya mobil.

Maka jika ada karyawan yang punya kekurangan harus memperbaiki diri, kalau tidak mau dan tidak bisa memperbaiki diri sebaiknya diganti karena akan menghambat pencapaian tim. Maka disini teamwork dan otoritas bersinergi. Lagipula kesuksesan bawahan adalah kesuksesan atasan. Misalnya begini, di kantor kami ada orang yang diberi kesempatan untuk menjadi supervisor percobaan. Jika bagus selama enam bulan akan diangkat jadi supervisor tetap.

Tugas atasan dari supervisor itulah untuk membantu agar supervisor percobaan itu bisa bagus dan lulus. Jika berhasil maka sang pimpinan bisa disebut sukses karena mampu mengkaderisasi orang untuk jadi pemimpin di masa depan. Inilah sedikit sharing dari saya seputar relasi di dunia kerja beserta seluk beluknya. Semoga bermanfaat untuk semuanya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun