Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dimensi Kekal Amarah Jokowi, Kefanaan Visi Rizieq Shihab dalam Ambruknya FPI

31 Desember 2020   13:22 Diperbarui: 31 Desember 2020   14:08 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi memahami hal itu dengan sangat baik, maka di tangan Jokowi hukum tidak hanya menjadi pedang tetapi menjadi perisai yang melindungi penegak hukum itu sendiri, dan rakyat yang menjadi di objek yang dilindungi. Juga di tangan Jokowi pedang hukum menjadi tajam karena tak takut pada jumlah atau pada popularitas.

Saat ini siapa pun yang berusaha mengganggu keharmonisan masyarakat Indonesia aparat penegak hukum sudah menemukan simbol keberaniannya, yaitu Instruksi Presiden Jokowi. Di sisi lain Rizieq Shihab terlalu menganggap enteng kepemimpinan Jokowi. Dalam beberapa video tersebar Bagaimana Rizieq mengolok-olok presiden dengan cara yang tidak pantas.

Bahkan saat kembali ke Indonesia Rizieq menawarkan rekonsiliasi yang tidak sehat serta tuntutan tidak wajar. Bagaimana mungkin Rizieq Shihab meminta para terpidana yang dimaksudkannya untuk dibebaskan Padahal mereka murni dihukum karena tindakannya. Rizieq siap lupa bahwa semua orang sama di hadapan hukum bahkan sekalipun itu ulama.

Spirit daripada Rizieq Shihab dan kelompoknya harusnya membantu pemerintah dan masyarakat. Percayalah tidak ada ada pemerintahan yang sempurna, di semua negara juga seperti itu. Masyarakatlah yang menyempurnakan roda pemerintahan yang dijalankan presidennya.

Tidak perlu menciptakan gaya perjuangan baru seolah-olah kita sedang berperang. Kita semua saudara saling membutuhkan, saling ketergantungan, dan yang paling penting kita semua saling melengkapi. Dalam hal itu kita tidak melihat agama ataupun sukunya. Karena bagaimanapun rupanya, bagaimanapun warna kulitnya, apapun keyakinannya kita semua harus saling merangkul bukan menghakimi.

Perlu diingat, harusnya semakin orang kental dalam beragama semakin dia melihat dosanya sendiri dan bukan dosa orang lain. Apalagi saat merasa orang lain berdosa dia merasa Tuhan yang layak menghukum mereka di dunia. Maka kita harus mendukung langkah yang diambil presiden Jokowi dalam membubarkan FPI, bagaimanapun kemarahan Jokowi Adalah dimensi kekal yang sudah ada Jauh sebelum negara ini lahir.

Bahwa Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika. Kita berbeda-beda tetapi kita semua saudara. Bahwa rakyat Indonesia tidak akan saling melukai karena urusan moral pribadi. Semua sudah ada perangkatnya, menangkap mereka yang melanggar hukum sudah ada polisi, menyampaikan kritik saran dan opini juga ada ruangnya.

Kalau kita mau berpikir positif negara kita ini sudah bagus bukan dilihat dari kondisi hari ini melainkan dari progresnya dari hari ke hari. Maka Marilah kita saling merangkul dan saling mendukung dalam semangat untuk Indonesia yang lebih baik dalam keragamannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun