Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Dejavu Megawati, Hancurnya Prediksi Duet Kemenangan Ganjar-Prabowo

6 Desember 2020   11:13 Diperbarui: 6 Desember 2020   11:22 4543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mensos juliari ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi, sumber gambar kompas.com

Dua kejadian secara berdekatan tampaknya akan menghancurkan prediksi mapan yang tak mungkin lagi tergoyahkan tentang Pilpres 2024. 

Prediksi pertama adalah tentang kemenangan Ganjar pranowo, calon dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Prediksi kedua Sudah barang tentu kemenangan Prabowo Subianto dalam pilpres 2024.

Setidaknya ini adalah 2 prediksi yang kebenarannya hampir mendekati 100% jika tidak ada aral melintang. Bagaimana tidak, hasil berbagai lembaga survei menunjukkan bahwa perolehan suara Prabowo dan Ganjar adalah yang teratas.

Skema terbaik masih dicari Apakah Prabowo akan maju melawan kader dari PDIP, atau jika nanti hasilnya buntu ya sudah Prabowo tinggal berduet saja dengan Ganjar yang adalah kader PDIP. Permasalahan dalam komposisi ini adalah menentukan siapa yang jadi presidennya dan siapa yang menjadi wakilnya.

Hasil berbagai lembaga survei masih menempatkan Prabowo di urutan pertama, walaupun Hasil tersebut masih bisa diragukan mengingat hanya mengambil sample yang tidak seberapa dibandingkan jumlah penduduk Indonesia dengan karakteristik daerah pemilihnya.

Tapi siapapun yang jadi calon presiden, entah Prabowo atau Ganjar, dan siapapun yang menjadi calon wakil presiden entah Ganjar atau Prabowo, komposisi ini pasti memenangkan Pilpres tahun 2024. 

Pendukung Jokowi sudah pasti mengalihkan suaranya pada Ganjar, dan pendukung Prabowo pasti akan tetap setia memilih sang ketua umum partai Gerindra yang sekarang jadi Menteri Pertahanan.

Sekali lagi ini adalah komposisi ideal dan sudah pasti menang jika tidak ada aral melintang yang diciptakan oleh kelompok pengusung kedua calon.

Tapi sayang belum apa-apa kedua partai Yang menaungi Ganjar dan Prabowo sudah berulah. Prabowo Subianto dijegal oleh Edhy Prabowo yang menjadi menteri Kelautan dan Perikanan. PDIP dijegal oleh juliari Peter Batubara, menteri sosial yang secara mengejutkan di tangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Sangat miris memang, sang anak buah Megawati itu dengan sangat tega mengkorupsi dana bantuan untuk masyarakat yang yang berada di ujung kematian karena pandemi covid 19. 

Tidak berlebihan jika kita menyebut tindakan juliari Peter sangat biadab. Korupsi sendiri sudah jadi tindakan kriminal luar biasa, apalagi mengkorupsi dana bantuan bagi masyarakat yang sedang mengalami kesulitan ekonomi karena covid 19.

Tentu hal ini membuat publik marah, sungguh sebuah tamparan untuk presiden Jokowi dan sang ketua umum PDIP Megawati. Ditangkapnya 2 Menteri Jokowi walaupun dari partai yang berbeda setidaknya mengingatkan kita pada lenyapnya kejayaan Partai Demokrat yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono.

Saat itu setelah dua periode memimpin Indonesia kader partai Demokrat ditangkap oleh KPK, mulai dari Menteri hingga ketua DPR yang berasal dari Partai Demokrat harus mengenakan rompi merah. Setelah itu bisa kita lihat secara psikologis masyarakat menjadi trauma memilih partai Demokrat. Suara Partai Demokrat anjlok secara nasional dan di berbagai pemilihan daerah kadernya keok.

Bahkan anak Susilo Bambang Yudhoyono sendiri, Agus Harimurti Yudhoyono tidak berkutik dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Sialnya partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tidak belajar dari rivalnya itu. 

10 tahun Megawati memutuskan menjadi oposisi dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono bahkan membawa hubungan yang dingin itu dalam berbagai acara seremonial saat bertemu SBY, partai berlambang kepala banteng itu malah mengcopy paste pola-pola Partai Demokrat dan bukan malah menghindarinya.

Masyarakat Indonesia masih trauma dengan korupsi besar-besaran yang dilakukan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Maka kita bisa melihat Bagaimana masyarakat menghukum partai berlambang Mercy itu dengan kekalahan mutlak yang menjadikan mereka partai papan tengah dari yang semula adalah partai penguasa.

Sampai hari ini Partai Demokrat tidak pernah pulih, sekali mereka hancur karena korupsi, selama sejarah itu masih tercatat dalam ingatan masyarakat maka selama itu pula mereka akan menerima hukuman politis dari perilaku kadernya.

Maka bukan tidak mungkin, dan bisa pemenang Pilpres tahun 2024 adalah sosok yang tidak pernah diperkirakan.

Mengingat masyarakat secara kolektif akan menghukum partai partai yang korup.Bagi masyarakat lebih baik memilih calon yang masyarakat sendiri tidak terlalu familiar daripada memilih calon dari partai yang korup dan hal ini sudah dibuktikan oleh partai Demokrat.

Sayang sekali Megawati sebagai legenda dalam politik tanah air yang harus dihormati tidak bisa menjaga integritas para kadernya agar tidak berlaku korup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun