Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ruhut-Ferdinand Keluar, SBY-AHY Semakin Lemah, Demokrat Harus Lebih Cerewet

21 November 2020   15:44 Diperbarui: 21 November 2020   15:49 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oposisi juga untung, seperti PKS contohnya, suara dari pengkritik pemerintah pasti masuk ke mereka. Sementara Demokrat ambigu. Kadang suaranya mendukung pemerintah, kadang mengkritik pemerintah. Partai Demokrat kan bukan LSM yang harus objektif.

Kalau Sikap mereka tidak jelas, lalu mereka mewakili siapa? Penunjukan Agus Harimurti Yudhoyono juga terkesan terlalu cepat. Karena Agus Harimurti Yudhoyono tampak belum matang, sementara seorang pemimpin harus ekstrem menentukan sikapnya Agar pendukungnya militan.

Partai Demokrat boleh saja bersikap moderat, tapi mereka harus memilih ada di pihak oposisi atau ada di dalam koalisi. Sebenarnya kemenangan PDIP dalam dua periode terakhir, sebagian disebabkan faktor keberuntungan.

Selama dua periode kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono PDIP memutuskan tidak berada di dalam pemerintahan, nyaris tidak ada tokoh yang bisa maju dalam konstelasi nasional saat itu. Megawati sudah tidak laku apalagi Puan Maharani.

Beruntung sebelum pemilihan presiden, ada pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Siapa sangka itu menjadi sebuah keberuntungan karena ternyata gaya kampanye Jokowi merangsang keinginan publik untuk menjadikannya presiden.

Kalau sekarang Megawati mengaku bahwa memang Jokowi disiapkan untuk jadi presiden, percayalah semua yang terjadi tidak seterencana itu. Tanpa Jokowi PDIP sekarang tidak akan berkuasa.

Masalahnya Partai Demokrat sampai hari ini tidak memiliki keberuntungan itu sama sekali. Kesimpulannya, Partai Demokrat memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun