"Kalau TNI turun tangan, berarti negara dan seluruh pendukungnya kalah. sudah tak mampu. Propagandis sampai struktur lumpuh dan diambil alih TNI. Ini new normal. TNI masuk ke wilayah politik diundang Presiden dan pendukungnya."Andi Arief, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat.
Saat Partai Demokrat di Amerika sedang jaya-jayanya karena kemenangan Joe Biden, Partai Demokrat di Indonesia tampaknya semakin terperosok ke dalam lembah kegelapan. Penunjukan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai penerus Susilo Bambang Yudhoyono, tampaknya bukan membuat Partai Demokrat menjadi lebih kuat, melainkan semakin tidak jelas sikapnya.
Dalam banyak kasus, termasuk kasus Habib Rizieq saat ini, bahkan Partai Demokrat tidak mengambil sikap untuk memperjelas posisinya. Hanya Andi Arief yang belakangan memberi komentar seputar pengerahan TNI untuk menurunkan baliho Habib Rizieq.
Andi Arief mewakili suara Partai Demokrat tampak keberatan dengan sikap TNI. Menurut Andi arief pengerahan TNI adalah bukti bahwa negara sudah kalah. Ada dua hal yang menjadi kelemahan sikap Partai Demokrat yang tergambar dalam pernyataan Andi Arief.
Pertama, sama halnya dengan Partai Demokrat di Amerika, Partai Demokrat di Indonesia juga berusaha mencerminkan sikap moderat. Artinya partai yang tidak memainkan isu identitas, agak liberal, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Kalau memang Citra ini yang ingin ditampilkan, seharusnya Partai Demokrat mendukung aksi TNI.
Karena isu yang coba dilawan TNI adalah provokasi yang coba di Perlihatkan oleh Habib Rizieq dan kelompoknya. Tapi nyatanya Partai Demokrat tidak mengambil sikap demikian. Harusnya jika ingin menjadi moderat Partai Demokrat mendukung segala perlawanan terhadap isu agama yang dipolitisasi.
Kedua, sikap Partai Demokrat nanggung karena mereka masuk di tengah jalan.Partai Demokrat tidak mengomentari tentang kerumunan yang diciptakan Habib Rizieq. Padahal turut aktif memberi reaksi pada isu-isu yang sedang hangat adalah peluang bagi Partai Demokrat untuk dinilai oleh rakyat.
Bagaimana pandangan Demokrat? Apakah pandangan-pandangannya adil?Apa pandangan-pandangan Demokrat mewakili rakyat? Sayang hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh partai Demokrat. Sejak keluarnya Ruhut Sitompul dan Ferdinand Hutahaean Partai Demokrat semakin pasif.
Ketua Umum Partai Demokrat saat ini juga tidak berbeda jauh dengan pendahulunya. Sempat melakukan langkah-langkah yang luwes di awal kepemimpinannya, Kini sang suksesor kembali jaim seperti pendahulunya. Padahal Partai Demokrat butuh identitas menjelang tahun 2024.
Semakin Partai Demokrat pasif semakin tenggelam mereka di antara riuhnya suara partai lain. Partai lain masih untung, kalaupun pasif, setidaknya mereka sudah berkoalisi dengan pemerintah. Jadi jatah jabatan sudah ada di tangan.
Oposisi juga untung, seperti PKS contohnya, suara dari pengkritik pemerintah pasti masuk ke mereka. Sementara Demokrat ambigu. Kadang suaranya mendukung pemerintah, kadang mengkritik pemerintah. Partai Demokrat kan bukan LSM yang harus objektif.
Kalau Sikap mereka tidak jelas, lalu mereka mewakili siapa? Penunjukan Agus Harimurti Yudhoyono juga terkesan terlalu cepat. Karena Agus Harimurti Yudhoyono tampak belum matang, sementara seorang pemimpin harus ekstrem menentukan sikapnya Agar pendukungnya militan.
Partai Demokrat boleh saja bersikap moderat, tapi mereka harus memilih ada di pihak oposisi atau ada di dalam koalisi. Sebenarnya kemenangan PDIP dalam dua periode terakhir, sebagian disebabkan faktor keberuntungan.
Selama dua periode kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono PDIP memutuskan tidak berada di dalam pemerintahan, nyaris tidak ada tokoh yang bisa maju dalam konstelasi nasional saat itu. Megawati sudah tidak laku apalagi Puan Maharani.
Beruntung sebelum pemilihan presiden, ada pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Siapa sangka itu menjadi sebuah keberuntungan karena ternyata gaya kampanye Jokowi merangsang keinginan publik untuk menjadikannya presiden.
Kalau sekarang Megawati mengaku bahwa memang Jokowi disiapkan untuk jadi presiden, percayalah semua yang terjadi tidak seterencana itu. Tanpa Jokowi PDIP sekarang tidak akan berkuasa.
Masalahnya Partai Demokrat sampai hari ini tidak memiliki keberuntungan itu sama sekali. Kesimpulannya, Partai Demokrat memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H