"Pernyataan di menit ke 34 detik ke 30 membuat saya cukup terganggu ketika Erick Thohir mengatakan presiden juga titip Komisaris."Adian Napitupulu
Babak baru perseteruan Anggota Komisi VII DPR RI Adian Napitulu dan menteri BUMN Erick Thohir dimulai.Setelah sempat reda beberapa saat, kini, dengan isu yang sama perseteruan Erick Thohir dan Adian Napitupulu dimulai kembali. Isu komisaris titipan di tubuh BUMN masih menjadi topik perdebatan.
Babak baru ini dimulai saat Adian menanggapi ucapan bekas bos Inter Milan itu saat diwawancarai oleh wartawan senior Karni Ilyas yang tayang di kanal YouTube Karni Ilyas Club.
Diketahui, dalam wawancara tersebut, Erick menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi menitipkan orang untuk menjabat sebagai komisaris di perusahaan pelat merah itu.
Adian merasa perlu meluruskan karena makna kata "menitip" dan "memerintahkan" sangat berbeda. Menurut Adian, kata menitip menempatkan presiden sebagai pemohon dan Erick Thohir sebagai penentu.
“Erick Thohir menempatkan dirinya seolah berada di atas presiden atau dengan kata lain, presiden yang menjadi pembantu dan Erick yang menjadi presiden," Adian Napitupulu.
Jika dulu permasalahannya adalah Erick Thohir tidak mengakomodasi komisaris yang sudah dititipkan Adian pada Jokowi, dan malah memilih komisaris yang tidak jelas asal-usulnya (begitulah menurut Adian Napitupulu) kini yang dipermasalahkan Adian adalah ucapan Erick Thohir.
Jika dulu yang dipermasalahkan adalah tindakan Erick Thohir sekarang adalah ucapannya. Saya pribadi sudah lama mengkritik sepak terjang Erick Thohir di tubuh Badan Usaha Milik Negara.
Penggantian komisaris tanpa diiringi strategi bisnis saya pikir hanya pencitraan dan gebrakan yang bikin sensasi Semata. Kita tahu bahwa Erick Thohir hobi mengganti komisaris dan jajaran direksi BUMN.
Tapi mengganti para komisaris di tangan Jalan tanpa alasan yang spesifik juga membingungkan karena komisaris tersebut adalah pilihan menteri BUMN sebelumnya.
Membuat gebrakan bersih-bersih dengan mengganti komisaris seolah menunjukkan bahwa semua pilihan komisaris yang dilakukan menteri sebelumnya adalah salah.
Masalahnya presiden sebelumnya masih sama dengan presiden saat ini yaitu bapak Joko Widodo. Kalau komisaris sebelumnya dianggap bermasalah berarti kepemimpinan Jokowi melalui menteri yang dipilihnya waktu itu salah juga.
Memang timbul kecurigaan bahwa Erick Thohir memiliki agenda untuk masuk dalam tokoh populer dalam pemilihan presiden tahun 2024.Walaupun dalam hasil berbagai lembaga survei Erick Thohir belum memungkinkan untuk menjadi capres pada tahun 2024.
Dalam hal sebagai Menteri saya pribadi lebih suka gaya Prabowo Subianto dalam memimpin lembaga Kementeriannya. Prabowo Subianto lebih banyak bekerja dalam diam jauh dari hiruk pikuk kamera media.
Misalnya saja tentang petugas kereta api Indonesia yang waktu itu menemukan sejumlah uang dalam tas. Petugas kereta api ini mengembalikan uang tersebut dan mendapat berbagai apresiasi dari banyak pihak termasuk dari perusahaannya.
Entah Kenapa dalam momen seperti ini pun Erick Thohir harus turut ambil bagian di Lini depan. Hemat saya cukuplah direkturnya saja yang maju tidak perlu menteri BUMN sampai harus panjat sosial dalam momen tersebut.
Sebenarnya tidak apa-apa juga sih asal diimbangi dengan kerja belakang meja yang full strategic. Tapi hal itu nampaknya tidak ada, bisa kita lihat Bagaimana PT Pos Indonesia tidak mengalami kemajuan yang pesat di bawah Erick Thohir.
Harusnya di bawah Erick Thohir Lini bisnis yang meningkatkan profit perusahaan menjadi Fokus utama. Karena dimana-mana yang namanya Pemimpin sebuah lembaga profit, bisnis adalah ujung tombak yang harus ditingkatkan.
Tentu dalam hal meningkatkan profit ini harus diimbangi dengan pembangunan sistem yang prudent agar BUMN benar-benar bersih dari korupsi kolusi dan nepotisme.
Karena jika Lini bisnis melejit tapi tidak diimbangi dengan bersihnya perilaku para pejabatnya pasti sebuah perusahaan akan hancur juga. Maka saya berharap isu pergantian komisaris ini menjadi isu yang tidak berdiri sendiri.
Sebaiknya isu pergantian komisaris hanyalah salah satu elemen dalam Proyek besar memajukan dan membersihkan BUMN. Maka ada baiknya Erick Thohir lebih banyak bekerja dalam diam daripada banyak muncul di depan media.
Karena bagaimanapun Erick Thohir adalah CEO seluruh BUMN di Indonesia maka Erick Thohir harus bertangan besi untuk memajukan bisnis dan meningkatkan keuntungan perusahaan yang dipimpinnya.
Sebab itu saya heran Bagaimana mungkin Erick Thohir sibuk tampil di media dengan isu yang itu-itu lagi. Di satu sisi Adian Napitupulu ada benarnya, kalau presiden "menitip" berarti Erick Thohir lebih tinggi dari Presiden, apa yang dikatakan presiden harusnya diartikan sebagai perintah bukan sebuah permohonan.
Selama ini banyak pihak menganggap bahwa Luhut binsar Panjaitanlah yang seolah-olah menjadi presiden. Sebab Luhut banyak dipercayakan Jokowi proyek-proyek besar. Sehingga banyak yang menyebut Luhut adalah menteri segala urusan.
Tapi kalau kita lihat pola kerja yang ditunjukkan Luhut, semua bergerak dari Instruksi Presiden. Tidak terlihat inisiatif inisiatif pribadi di luar komando presiden, dia masih membawa karakter militer dalam dirinya yang harus tunduk kepada atasan.
Berbeda dengan Erick Thohir, sekalipun belum bisa dikatakan membangkang kepada Presiden tapi setidaknya ada gerakan-gerakan yang dilakukan atas inisiatifnya sendiri.
Mungkin karena memang Erick Thohir berlatar belakang pengusaha sedangkan Luhut Binsar Panjaitan berlatar belakang militer. Sehingga keduanya memunculkan gaya kepemimpinan yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H