Surat Pengunduran Diri saya yang saya serahkan hari ini ke DPP Partai Demokrat..!! Terimakasih Partai Demokrat, Terimakasih Pak SBY, Mas AHY, Mas Ibas dan seluruh kader. Mohon maaf bila sy punya salah. Dan kepada Kader seluruh Indonesia, pesanku Cintai Indonesia dgn hati.! Ferdinan Hutahaean.
Judul tulisan ini adalah perumpamaan yang saya buat tentang hubungan Ferdinand dengan Partai Demokrat. Partai Demokrat bagai kapal karam yang tak lama lagi akan tenggelam.Â
Perumpamaan ini jauh lebih menghormati Partai Demokrat daripada menyebutnya sebagai partai gurem seperti yang diucapkan Ruhut Sitompul.
Bagaimanapun Partai Demokrat adalah partai yang pernah besar dan mengantarkan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden Republik Indonesia dua kali berturut-turut.
Tapi Kharisma Partai Demokrat memang sudah hancur lebur nyaris karena satu kesalahan fatal: korupsi besar-besaran oleh kader intinya sendiri. Susilo Bambang Yudhoyono sendiri tidak kuasa untuk menyelamatkan Partai Demokrat.
Dalam hal ini Partai Demokrat tidak punya penerus yang kharismanya sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Saya tidak tahu Apakah jika Susilo Bambang Yudhoyono boleh mencalonkan kembali, Partai Demokrat akan meraih banyak suara? Tapi menurut tebakan saya sih tidak.
Maka langkah Ferdinand meninggalkan Partai Demokrat banyak dipuji netizen. Ferdinand mengutarakan alasan pengunduran dirinya dari Partai Demokrat adalah karena perbedaan prinsip antara dia dan banyak kader Demokrat.
Ferdinand pun mendoakan agar selepas kepergian nya Partai Demokrat semakin maju dan berjaya di masa depan. Saya sudah Menulis artikel yang menyarankan PDIP menjadikan Ferdinand sebagai kadernya.
Tujuannya untuk menambah Lini depan PDIP dalam melawan musuh-musuh Jokowi. Ferdinand bisa dimainkan di Garda terdepan bersama Adian Napitupulu, Ali Mochtar ngabalin dan Ruhut Sitompul.
Karena sebenarnya lawan politik Jokowi saat ini lebih banyak berada di luar pemerintahan. Lawan politik di dalam pemerintahan yang sangat keras paling hanya PKS saja.Maksudnya di dalam pemerintahan adalah di legislatif.
Lawan-lawan yang berada di luar pemerintahan adalah Amien Rais, Gatot Nurmantyo, Fadli Zon yang posisinya buram, dan tokoh-tokoh agama yang dengan giat terus mengkritik Jokowi.
Entah apa arti Ferdinand bagi Demokrat sekalipun Dia memiliki jabatan di Demokrat. Tapi yang jelas posisi Ferdinand di Demokrat tidak seperti Ruhut Sitompul dulu. Kalau Ruhut memang selama 10 tahun terus menjadi benteng untuk Susilo Bambang Yudhoyono.
Jadi kehilangan satu Ferdinand sebenarnya tidak terlalu berarti bagi Partai Demokrat.Hanya saja memang Partai Demokrat butuh sosok-sosok populer dan frontal untuk maju dalam perdebatan publik.
Kekosongan sosok populer yang dianggap mahir dalam politik inilah yang dialami Partai Amanat Nasional. Mungkin yang mahir banyak tapi nyaris tidak banyak yang populer dan dicintai publik.
Akhirnya PAN, menjaring artis-artis untuk bertarung dalam pemilu legislatif. Tentu cara ini dilakukan agar PAN dapat menempatkan banyak kadernya di DPR dan DPRD.
Jika sudah terjerembab terlalu dalam bisa jadi partai Demokrat akan melakukan cara yang sama. Sebab tanpa elektabilitas dan popularitas mustahil sebuah pertarungan politik dapat dimenangkan.
Maka pertanyaannya sekarang Sejauh manakah Partai Demokrat sudah karam? dan tenggelam? Yang jelas matahari Demokrat belum akan berhenti sampai tahun 2024.
Saya pribadi berharap Agus Harimurti Yudhoyono memiliki kesempatan ambil bagian dalam pemerintahan. Tapi posisi itu mungkin bukan presiden.Mulailah dari jabatan Menteri. Dari posisi ini jugalah Susilo Bambang Yudhoyono memulai karir kenegaraannya.
Maka mengingat tahun 2024 kemungkinan besar yang masih menang adalah PDIP Saya menyarankan Demokrat mendekatkan diri pada partai penguasa. Agar kelak ada peluang bagi Agus Harimurti Yudhoyono mengisi posisi penting di negara ini.
Hal ini juga lah yang dilakukan Prabowo. Beliau realistis bahwa tanpa merapatkan diri pada partai penguasa, kecil sekali peluang Gerindra untuk eksis sebelum tahun 2004.
Maka langkah Prabowo terbukti jitu, elektabilitasnya sampai sekarang masih yang tertinggi. Maka doa-doa Ferdinand agar Partai Demokrat semakin maju hendaknya mencerahkan pemikiran Agus Harimurti Yudhoyono untuk lebih realistis.
Demokrat harus sadar bahwa kejayaan mereka sudah berakhir. Maka yang dibutuhkan adalah mempertahankan posisi Demokrat minimal di papan tengah klasemen.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H