Sudah tiga orang teman dekat saya sesama sales diberhentikan (PHK/terminasi).Bagi kami para sales saat ini PHK benar-benar sudah ada di depan mata.
Meminjam istilah petinggi Sunda Empire, pandemi Covid-19 benar-benar mengubah seluruh tatanan bumi, yang berdampak pada berbagai profesi, termasuk para sales.
Beberapa hari yang lalu saya melihat sebuah video yang menampilkan para buruh yang di-PHK memprotes kebijakan perusahaan karena merumahkan mereka.
Hal ini terdengar sampai ke telinga Presiden Jokowi yang segera membuat imbauan agar para perusahaan tidak merumahkan para karyawannya. Kalau mau dibahas tentu panjang, mustahil tidak dipecat kalau pabrik tidak produksi.
Sebegitu bergejolaknya isu yang berkembang jika para buruh dirumahkan. Apalagi dalam kontraknya mungkin mereka sudah diikat sampai akhir tahun, tapi siapa sangka situasi saat ini membuat perintah dari kontrak itu tak bisa ditunaikan.
Pandemi ini sontak membuat banyak pihak terkaget-kaget karena tiba-tiba penghasilan yang tiap bulan masuk ke saku, raib di bulan-bulan yang akan datang. Ada goncangan dalam hal ekonomi, terlebih lagi secara psikologi.
Tuntutan hidup tak dapat dinanti-nanti, karena makan harus setiap hari. Itulah kehidupan para buruh atau pekerja yang sifatnya operasional atau administratif. Mereka dirumahkan karena tak ada sesuatu yang harus mereka kerjakan.
Namun pada tulisan ini secara khusus saya ingin menceritakan kehidupan orang-orang yang profesinya adalah seorang sales seperti saya, dan bagaimana was-wasnya para sales di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Tiga orang teman saya yang sudah lebih dulu dirumahkan itu adalah korban dari situasi yang sulit ini. Tapi sesungguhnya, tanpa pandemi Covid-19 pun, kami para sales selalu hidup di bawah ancaman pemecatan.
Dahulu kala saat bumi masih asri, gunung es di kutub utara belum mencair, negara api belum menyerang, langit masih biru, Mikha Tambayong masih jadi gadis idolaku, setiap menyambut bulan berikutnya kami memang selalu ditekan dengan ancaman pemecatan kalau tak mencapai target yang ditentukan.Itu dalam kondisi normal loh..
Hanya tenaga penjual yang paham bagaimana rasanya kerja di bawah bayang-bayang PHK setiap harinya. Inilah kondisi psikologis yang kami alami setiap harinya.