Padahal menurut seorang expert dalam peryoutube-ban, kalau kita membuat konten yang jujur dan ada nilainya, rezeki akan datang dari tempat lain. Kebetulan beliau ini channelnya tentang tips dan trik dunia youtube, beliau menyadari channel dengan konten tips dan trik tak akan trending, gak kayak video prank dan semacamnya. Sehingga view nya tak akan langsung meledak.
Tapi beliau tetap konsisten main di ceruk tips dan trik seputar youtube. Akhirnya apa? Lambat laun subscribernya bertambah, dan karena konsistensinya dia diundang ke Inggris serta diakui dan diberi sertifikat sebagai expert oleh youtube.
Sekarang kerjanya mengisi seminar tentang youtube kemana-mana. Imbasnya, dia mendirikan kafe yang dipromosikan di channel youtubenya, di kafe itu dia membuka sharing session seputar youtube. Dia mengajak semua youtuber yang mau untuk mampir, cukup beli kopinya saja, ilmunya gratis.
Benarlah ucapannya, bahwa membuat channel youtube itu dapat membuka pintu rezeki kalau membuat konten yang jujur dan berguna untuk orang lain. Masalahnya banyak orang berpikir sempit, dikiranya dapat duit dari youtube hanya lewat adsense saja. Makanya kerjanya kalau tidak nyuri konten orang lain, ya bikin konten yang tidak jelas.
Kebanyakan orang ingin instan sehingga melewatkan bagian terpentingnya, yaitu belajar hal baru. Di youtube memang kita membuat video. Tapi sepengalaman saya, membuat video tidak hanya berhenti pada soal rekam dan edit.
Pada tahap membuat video paling sederhana seperti yang saya lakukan pun, yaitu berbicara monolog di depan kamera, saya harus belajar membuat script.Â
Membuat script untuk dibicarakan tentu beda dengan membuat tulisan untuk artikel. Otomatis, selain harus belajar membuat tulisan yang cocok untuk disampaikan secara monolog, saya juga harus belajar bagaimana menyampaikan pesan agar enak untuk dilihat dan didengar.
Berbicara dengan scirpt tentu tidak mudah, kita harus menghafal dan bisa mengimprovisasi beberapa bagian agar tak terlihat kaku. Sekalipun ada script nya, kita harus berbicara senatural mungkin, agak mirip orang akting.
Karena mengerjakannya sendiri, maka saya juga mau tak mau harus belajar pengambilan gambar yang pas. Tak terlalu terang dan juga gelap. Belum lagi saya harus belajar tentang jenis-jenis alat yang bisa memperbagus audio kita.
Akhirnya saya mencari tahu dan menonton review-review seputar clip on dan mic. Lalu saya juga harus belajar bagaimana cara memasukkan audio dari clip on atau mic ke smartphone, maka saya harus mempelajari aplikasi apa saja yang dibutuhkan untuk memadukan audio dan gambarnya agar hasilnya memuaskan.
Mengerjakan ini semua tentu butuh waktu, tenaga, niat, dan uang. Beli alat dan pakai internet tentu perlu uang. Tapi jika prosesnya dinikmati maka kenikmatan itu yang akan memberi kita energi untuk konsisten melakukan apa yang kita kerjakan.