Terkadang tak jarang saya diperhadapkan dengan situasi, dimana saya harus menjelaskan maksud saya, diri saya, dan niat tulus saya kepada sese atau beberapa orang. Misalnya, saya pernah dicap suka ngebaperin cewek. Padahal saya hanya berusaha bersikap baik sama semua orang.Â
Kenapa? Kalian gak percaya kalo aku pernah bikin banyak cewek baper? Aku kan cakep, kenalin Boris Holland... bakery. Iya ini hanya salah satu contoh, kalau terkadang orang tuh suka salah paham sama saya. Mungkin kalian juga pernah merasakan apa yang saya alami.Â
Persepsi orang yang salah tentang saya, kadang cukup membuat saya gak nyaman.Beberapa kali saya berusaha menjelaskan kalau apa yang mereka labelkan pada saya itu tidak benar. Sempat juga saya berusaha menunjukkan kalau penilaian mereka tentang saya itu salah.Â
Terlepas dari apa kasusnya, yang saya maksud, bukankah demikian? Seberapa sering orang salah menilai kita. Memang sih, orang disekitar kita bukan dukun sehingga tahu maksud terdalam di hati kita.Kebanyakan mereka menilai kita dari perbuatan kita.Â
Tapi soal perbuatan ini, kadangkan kita juga bisa tidak sengaja.Misalnya kasus saya diatas. Waduh, kalau saya ramah sama semua orang terus dituduh suka membaperin, apa saya harus jutek kepada seluruh ciptaan Tuhan?Â
Tapi memang sulit sih karena terkadang maksud hati yang baik tak melulu dibarengi dengan perbuatan yang cocok dalam pandangan orang.Â
Namun bukankah melelahkan juga usaha untuk menyamakan persepsi orang lain agar sesuai dengan yang kita inginkan? Jujur saya agak lelah juga.Abang lelah dek. Adek yang mana bor? Â
Bahkan saya pernah merasa terasing, karena sikap beberapa orang yang saya kenal terasa berbeda. Awalnya saya berusaha mendekati, tapi ujung-ujungnya kelelahan juga. Akhirnya saya tak lagi berusaha menjelaskan siapa saya dan betapa tulusnya setiap tindak tanduk saya.Asiqquee!
Bukan cuman soal dunia kebaperan yang adalah potongan puzzle dunia asmara. Njelimet amat sih kalimat mu bosquee haha. Saya juga pernah dimusuhin dan dijauhin karena memberi nasehat yang baik pada seseorang. Cemonnn, saya tuh bukan bermaksud menggurui, saya mengatakannya karena sudah menganggap dirimu teman. Apa salahnya si memberi masukan?
Ini hanya dua contoh dari sekian banyak isu viral yang menerpa saya. Mulai dari digosipin jadi orang ketiga yang jadi sumber retaknya rumah tangga Dewi Persik dan Nassar.... sampai diisukan membuat seorang Mikha Tambayong patah hati hahaha, udah gila kali kau ya Bor.
Kadang gemes gitu loh. Orang yang mengalami hal begini biasanya sibuk membuat klarifikasi hingga mempublikasikan diri.Kalau dia hanya kacung kampret mungkin klarifikasinya lewat status WhatsApp.
Ada kegelisahan dan kesedihan kenapa diri kita dinilai demikian.Tapi belakangan saya mulai belajar satu hal, bahwa apa yang orang-orang pikirkan tentang kita tidaklah penting. Selama kita benar loh ya.
Saya belajar dari konsep kematian. Banyak orang gusar saat difitnah, membela diri, bahkan marah-marah. Padahal kalau kita sadar, setelah mati kita semua akan telanjang dan dihakimi. Itulah gunanya sabar, kita tekun menanti hari yang akan dihadirkan itu.
Mau difitnah, dituduh, distigmakan negatif, mending diam saja. Jadilah pribadi yang tabah, biasa, juga menyenangkan.Tetaplah sebagaimana mestinya.
Saya percaya ada hal-hal yang hanya bisa dijawab oleh waktu. Sama seperti kesetiaan atau keberhasilan misalnya, mau mulut kita berbusa-busa mengumbar janji sehidup semati, toh waktu juga yang akan membuktikannya. Jangan paksa orang untuk percaya hari ini bahwa kamu adalah orang yang setia.
Demikian juga dengan keberhasilan.Sudah deh gak usah koar-koar soal caramu menggapai mimpi-mimpimu, bekerjalah dalam diam dan biarkan waktu yang membuktikannya.
Begitu jugalah cara saya menyikapi orang lain disekitar saya. Kalau ada yang tak suka sama saya, ya saya biasa aja, waktu yang akan berbicara padanya, masa sih kalau saya terus bersikap manis dia gak merubah penilaiannya. Saya yakin nalurinya akan berbicara.
Makanya, kalau saat ini ada orang yang gak suka sama kita, ya anggap saja mungkin dia masih kurang mengenal kita.Mungkin dia belum mengenal kita dengan baik.
Tugas kita hanya terus bersikap baik.Sikap kita jangan tergantung sikap orang lain.Ada banyak hal yang tak bisa kita paksakan untuk dimengerti orang lain saat ini.Biarkan waktu yang mengikis pandangan jelek mereka tentang kita.
Saya punya pengalaman di kampus.Dulu saat masih semester satu, kelompok kami sempat tidak menyukai seseorang di kelas.Karena dalam penilaian kami kawan tersebut terlalu gaya. Juga dalam beberapa kesempatan sering berseberangan pendapat dengan kami. Yang paling parah, orangnya jarang ikut ngumpul, begitu selesai kuliah dia langsung pergi entah kemana. Mungkin pulang atau kerja, entahlah.
Tapi seiring berjalannya waktu, kawan saya yang paling gak suka dengan tuh orang malah mengakui bahwa pandangannya pada si orang itu berubah. Pelan tapi pasti, grafik rasa sukanya terus meningkat pada kawan yang sempat kami benci itu.Kami melihat bahwa dia sangat apik dalam mengerjakan tugas presentasi, juga bisa diandalkan untuk kerja kelompok.Ternyata anaknya asyik, lucu, dewasa dan ternyata-ternyata lainnya..
Malah yang tadinya kompak, perlahan-lahan mulai bentrok dan grafik rasa suka serta kekompakannya menurun.
Maka saya berkesimpulan, bahwa memang, ada hal yang tak perlu kita simpulkan serta khawatirkan hari ini. Mungkin itu menciderai citra diri kita, tapi biarlah waktu yang bercerita, waktu yang menjawab. Tugas kita hanya sabar dan biasa-biasa saja.Cemiww
Penikmat yang bukan pakar
Boleh setuju boleh tidak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H