Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sedikit Berbeda Lebih Baik daripada Sedikit Lebih Baik

25 Januari 2019   23:51 Diperbarui: 26 Januari 2019   11:09 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul tulisan ini saya kutip dari ucapan Pandji Pragiwaksono, saat membawakan salah satu materi tour stand up comedy-nya.Pandji memang dikenal dengan materi stand up yang berbobot, saat itu dia mencontohkan kasus ipod.

Kala itu Ipod adalah pemutar musik revolusioner milik Apple, perusahaan yang didirikan mendiang Steve Jobs itu mampu merubah cara orang mendengarkan musik.

Pada masa itu walkman adalah alat populer untuk memutar musik.Tapi bukan ipod yang kala itu membuat produk legendaris Apple ini terlihat mencolok.

Earphone sebagai alat bantu untuk mendengarkan musik kala itu umumnya berwarna hitam, namun Apple memutuskan untuk membuat earphone berwarna putih dari ujung ke ujung.

Earphone yang digunakan ipod bukan yang terbaik pada masanya.Kualitasnya tak jauh beda, dan relatif masih bisa diadu dengan produk sejenis.

Namun masalahnya, semua pabrikan kala itu memproduksi earphone dengan warna yang sama, hitam, kaku dan monoton.

Itu sebabnya Pandji berseloroh, bahwa banyak anak muda yang menggunakan earphone berwarna putih ditelinganya, padahal dikantongnya tak ada apa-apa.ipod dia tak punya, cuman buat bergaya saja.

Bisa kita lihat bahwa perbedaan yang ditawarkan Apple masih menjadi keunggulan mereka saat ini.Dulu Steve Jobs kerap dikritik karena sifat "posesifnya" pada produk Apple.

Bahkan dia ditertawakan karena hanya untuk urusan mengganti baterai saja konsumen harus datang ke toko milik Apple.

Demikian juga dengan sistem operasi IOS yang tertutup, banyak kalangan mendesak Steve Jobs agar melepasnya kepasaran, namun Steve Jobs tetap yakin bahwa produk yang dapat mereka kontrol dari perangkat keras hingga lunaknya akan jadi produk terbaik.

Dulu hal itu ditertawakan, siapa sih yang mau membeli produk yang sangat kaku begitu dengan harga selangit?

 Namun sekarang bisa kita lihat hasilnya, hanya Apple yang bisa menjual produknya dengan harga selangit tapi tetap laku.

Karena produk mereka berbeda, Apple menjadi simbol eksklusivitas.Bukan hanya itu, kompetitornya yang dulu menertawakan produk Apple malah mulai menirunya.

Seperti Samsung misalnya yang mulai membuat sistem operasi sendiri yang dinamakan Tizen.Oppo, Xiaomi, dan berbagai merek lainnya berusaha membuat sistem operasi sendiri, tapi tak satupun yang berhasil karena ekosistem android sudah sangat maju.

Mari kita lihat contoh lain untuk menguji premis, apakah sedikit berbeda lebih baik daripada sedikit lebih baik.

Dalam memotret bunga umumnya kita akan melakukan penataan dengan cermat, memberi pencahayaan yang indah, dan menyemprotkan embun.

Foto ini mungkin akan indah, tapi hanya sampai titik tertentu karena kita telah melihat ribuan foto yang cantik sebelumnya.

dokumentasi pribadi (diambil dari buku whatever you think think the opposite karangan paul arden)
dokumentasi pribadi (diambil dari buku whatever you think think the opposite karangan paul arden)
Pada tahun 1930-an, saat fotografer mengabadikan rupa bunga nan indah dan segar, Andre Kertesz memotret sekuntum tulip yang layu.

Demikian juga dengan seorang fotografer bernama Adrian Flowers yang mengabadikan sebuah vas bunga, bukan bunganya.Dua foto ini sulit dilupakan diantara foto bunga yang lainnya.

Foto mereka dirasa lebih bernyawa karena punya cita rasa yang berbeda.Saat kita melihatnya ada begitu banyak intepretasi muncul dalam benak kita.

Berbicara apa sebenarnya foto ini, kesedihan, kemuraman, kesepian atau apa.

Masalahnya tak mudah menjadi beda.Kita takut dicap aneh jika mempunyai opini sendiri, kita cemas jika dianggap sok pintar jika punya cara sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah.Dan ketakutan-ketakutan lainya...

Seperti yang dikatakan Oscar Wilde,"Sebagian besar orang adalah orang lain.Pikiran mereka adalah pendapat orang lain."

Itu kenapa terlepas dari benar atau salahnya, dan juga masalah politisnya, saya menyukai cara orang seperti Fahri Hamzah, Fadli Zon, Ahok, hingga Rocky Gerung dalam mengekspresikan pikirannya.

Yang perlu ditiru adalah mereka tidak takut untuk tampil beda.Coba perhatikan, orang yang takut dicap berbeda biasanya selalu mengutarakan pernyataan-pernyataan normatif.

Itu kenapa kalau kita perhatikan, pernyataan orang-orang yang saya sebut sebelumnya selalu diburu dan punya nilai berita yang ditunggu-tunggu.

Bukan karena mereka pintar, itu karena mereka tikus kecil yang bergerak diantara kawanan domba yang tertidur.Sekalipun kecil,menarik perhatian sang gembala yang tengah berjaga di dalam kandang.

Kata pakar marketing, jika tak bisa menjadi yang terbaik jadilah yang berbeda.

Kurt Cobain, Pemusik, penyanyi dan gitaris Nirvana dari Amerika Serikat memiliki ungkapan yang cukup terkenal, dia berkata"Mereka menertawakan aku karena aku berbeda. Aku menertawakan mereka karena mereka semua sama."

Lalu bagaimana cara menjadi berbeda? Jujur saya gak tahu sih haha.Tapi menurut saya, cara paling mudah untuk beda adalah dengan mengikuti dorongan hati.

Melakukan apa yang disuka, dengan cara yang paling pribadi.Artinya gak sekedar ikut-ikut orang lain, juga gak latah pada apa yang lagi booming.

Melatih sikap kritis juga bisa menjadikan kita berbeda.Ibarat dalam dunia fotografi, kita punya angle yang lain dari pada yang lain.

Sehingga menawarkan sesuatu yang baru dan menyegarkan.Tentu semua itu tak bisa dibuat-buat, karena setiap orang punya kemampuan serta kapasitas yang berbeda-beda.

Penikmat yang bukan pakar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun