Tak sedikit mahasiswa yang bingung saat disuruh membuat latar belakang masalah sekalipun dia sudah menentukan suatu objek untuk diteliti. Saya juga sempat mengalaminya kok. Karena kami disuruh meneliti tentang UMKM saya pun langsung mencari sebuah UMKM yang kira-kira punya sisi menarik untuk diteliti.
Sesampainya di lokasi UMKM yang dimaksud saya pun mewawancarai kepala UMKM nya. Setelah sekian lama dia dengan ramah menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, tiba-tiba dia balik bertanya. ”Memangnya yang mau diteliti apanya? Hipotesanya apa?” Saat ditanya demikian di situlah saya langsung cengengesan. Saya langsung menjawab jujur kalau saya pun bingung yang mau saya teliti itu apanya. ”Kira-kira hipotesanya apa?” Dia kembali bertanya. Saya pun menjawab tidak tahu. Pada titik ini saya sudah menjadi mahasiswa yang tersesat.
Karena saya sendiri tidak tahu ke arah mana sebenarnya hasil wawancara itu akan saya arahkan. Sang kepala UMKM itulah yang malah menjelaskan kepada saya, dia memberikan beberapa pandangan yang bisa saya jadikan garis besar penelitian saya. Kenapa hal ini bisa terjadi pada seorang mahasiswa?
Dihadapan Skripsi Mahasiswa Itu Terlahir Kembali
Dari pengalaman ini saya punya pendapat, tak perduli seberapa tinggi IPK kita pada tiap semester, seberapa banyak pengetahuan yang kita punya, dan seberapa aktif kita di kelas, dihadapan skripsi itu kita seperti bereinkarnasi, kita kembali jadi anak kecil yang polos dan tak tahu apa-apa. Nah itu sebab ---inilah yang sering dilupakan mahasiswa --- kita harus belajar kembali, buka buku kembali. Dalam kasus di mana mahasiswa kebingungan saat harus mencari permasalahan skripsi, hal ini disebabkan mahasiswa miskin secara keilmuan.
Contohnya saat kita sedang memasak sayur, lalu mencucinya dalam baskom. Bagi kita orang awam tentu hal itu bukanlah sebuah masalah. Tapi bagi seorang dokter mungkin hal ini bisa jadi masalah, sebab harusnya sayur dicuci pada air yang mengalir dari kran agar kuman dan lainnya tidak bla bla bla. Nah ini adalah contoh, bahwa sesuatu yang bukan masalah bagi kita ternyata bisa jadi masalah untuk orang lain.
Ini Semua Tentang Sisi Keilmuan Yang Kita Miliki
Prinsipnya tak ada masalah apapun di mata orang awam. Masalah muncul dari perspektif yang kritis. Dan untuk menjadi kritis secara sehat, otak kita butuh di isi dengan ilmu. Tak perduli seberapa banyak peristiwa yang kita lihat dan alami, tanpa memiliki sisi keilmuan kita tak akan dapat melihat masalahnya.
Sisi keilmuan membuat kita dapat melihat permasalahan dalam konteks bagaimana sesuatu itu seharusnya. Dalam konteks membuat skripsi yang menguji teori, mengembangkan, hingga menemukan teori, mustahil kita bisa mengerjakannya hanya dengan intuisi, nebak-nebak, apalagi sekedar nanya sana sini.
Kita harus mau ---walaupun membosankan --- membaca buku-yang berhubungan dengan metedologi penelitian, sekaligus membaca buku-buku yang berhubungan dengan topik skripsi kita. Tak berhenti sampai di sana, kita harus mau membaca skripsi-skripsi sebelumnya yang ada di perpustakaan atau di internet. Hal ini sangatlah membantu. Kita akan mampu menyerap pola pikir mahasiswa tingkat akhir pada skripsi, buku, hingga jurnal-jurnal ilmiah yang kita baca.
Itu sebab jangan datang pada objek yang diteliti dengan kondisi buta secara keilmuan. Nanti kamu bertanya tapi tak tahu akan diapakan pertanyaan-pertanyaan itu. Lagian, kalau kamu sudah pegang sisi keilmuannya, kamu akan mampu bertanya dengan lebih tajam dan pertanyaanmu akan lebih terarah dan detail. Dari semua informasi yang kamu kumpulkan dengan mudah kamu akan menemukan permasalahan-permasalahan yang ada.