Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Sulitnya Menjiwai Pekerjaan dengan Prinsip "yang Penting Kerjaan Beres"

15 Maret 2017   14:32 Diperbarui: 15 April 2019   14:38 1621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Liputan6 Bisnis

Pentingnya menjiwai pekerjaan bukanlah agar perusahaan untung karena memiliki karyawan yang bahagia. Toh ada ribuan orang kok yang mengantre untuk mengisi posisi kerja kita saat ini. Menjiwai pekerjaan itu pentingnya adalah untuk diri kita sendiri.

Sebab ada banyak orang yang tak punya sisa waktu untuk melakukan hal lain. Setelah seharian bekerja badan sudah capek, mau piknik pun sudah tak selera, mending tidur dan istirahat. Bangun-bangun eh sudah pagi, kerja lagi, kerja, kerja, kerja, ah cukuplah Pak Jokowi yang begitu. 

Kita mah kerja, kerja, pacaran, gitu aja. Itu sebab terkadang kita tak cukup memiliki tenaga untuk membagi waktu untuk hal lain di luar jam-jam kerja kita. Oleh karena itulah penting bagi kita untuk membuat sembilan jam kerja kita menjadi sebuah rentang waktu yang bersifat paket.

Jadi dalam jam kerja, kita tidak suntuk dan hanya ingin menyelesaikan pekerjaan lalu pulang. Kalau kita “terjebak” pekerjaan yang kita tidak suka ya sudahlah. Sudah nasib. Kalau mau mengubah nasib dalam dunia kerja, artikel ini rasanya tidak tepat. 

Coba cek di tempat lain. Coba temukan tantangan, hiburan, kesenangan, ilmu baru dan keseruan dari pekerjaan kita itu. Kalau perlu sampai kerjaan rasa piknik, kerjaan rasa sekolah, kerjaan rasa pacaran, dan kerjaan rasa bermain. Ini yang saya maksud membuat waktu bersifat paket: saat kita memasukkan semua unsur kebahagiaan yang kita butuhkan dalam sebuah pekerjaan.

Saya percaya bahwa seni untuk menikmati pekerjaan yang tak kita suka itu bukan dengan cara mengalihkan perhatian dengan cara chatting-an sama gebetan dan stalking-in mantan karena si gebetan tak membalas. Justru, cara menikmati pekerjaan yang tak kita suka adalah dengan cara berkonsentrasi dengan pekerjaan kita. Saya sudah buktikan bahwa ada kenikmatan dalam konsentrasi. 

Sebab saat kita terjebak sebuah pekerjaan, yang kita suka atau tidak, yang penting kerjaan beres ini memang sudah seperti motivasi tunggal dan bawaan alami setiap karyawan --- bahasamulah.

Tapi saya punya keyakinan bahwa motivasi bukanlah satu-satunya motor penggerak dalam diri manusia. Konsentrasi juga dapat menjadi penggerak yang membuat hasil kerja kita berkualitas dan layak diapresiasi. Dengan konsentrasi muncul sikap antusias, dan konsentrasi membuat tubuh dan kesadaran kita bergerak sesuai dengan fokusnya. Percaya atau tidak, saat kita berkonsentrasi melakukan sebuah pekerjaan itu akan terasa nikmat. Dan saat melihat hasilnya akan muncul kepuasan pribadi untuk kita nikmati.

Bekerja juga soal sensasi. Kalau kita hanya berpikir yang penting kerjaan beres rasa-rasanya dangkal sekali. Mungkin prinsip ini jugalah yang menghambat kita dalam berkarier. Prinsip ini juga menghambat peluang. 

Contohnya seperti perkataan rekan kerja saya yang sudah sepuh di atas. Bayangkan kalau kita menjadi security dengan pengetahuan seorang manajer penjualan. Saat perusahaan membutuhkan tenaga di bidang penjualan, bukan tidak mungkin kita akan ditarik ke posisi itu. 

Kenapa harus cari orang luar kalau ada orang dalam yang mumpuni dan sudah jelas rekam jejaknya. Jadi inilah teori baru saya --- tak tahulah kalau sebenarnya sudah pernah tertulis atau ada yang mengucapkan --- teorinya begini: prinsip itu memengaruhi peluang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun