Dampaknya tentu pada Kompasiana sendiri, selain akan semakin banyak pengunjungnya pembacanya akan semakin beraneka ragam. Selama ini tentu banyak keluhan tentang jumlah pembaca yang sedikit mengenai topik-topik tertentu, tapi kalau tulisan bertema politik jumlah pembacanya banyak banget, dan dishare sampai ribuan kali. Bisa jadi karena politik adalah topik yang selalu hangat dan seksi di mata pembaca, tapi jangan sampai Kompasiana lebih dikenal dengan blog politik, hehe.
Saya kan hanya penikmat dan observator picisan, jadi tentang bagaimana kah cara menulis konten yang market oriented, saya belum layak menjelaskanya. Tapi dari media seperti Hipwee, dan penulis-penulis kawakan di Kompasiana saya rasa kita dapat mempelajarinya secara otodidak.
2. Benarkah Tema Cinta-cintaan Bukan Topik yang Berkualitas?
Tentu di antara kita ada yang mempertanyakan kenapa sih topik tentang jomblo saja jadi headline? Urgentnya dimana sampai topik begituan sampai harus headline. Pertama saya ingin berpendapat bahwa topik tak dapat di nilai dengan ukuran kualitas. Sama seperti seni tak dapat diukur dengan validitas. Ukuran untuk menilai seni adalah keindahan dan validitas digunakan untuk mengukur ke akuratan sebuah data.
Jadi topik adalah sesuatu yang bebas nilai, sebab apa yang penting untuk saya belum tentu penting untuk kamu. Artinya cara penulisan dan bagaimana topik itu disampaikan lah yang menentukan kualitas topik tersebut. Selanjutnya kenapa Kompasiana masih membutuhkan topik-topik lope-lopean? Sebab memang ada ruang untuk itu, yaitu kanal muda, yang bisa diartikan sebagai kanalnya tulisan yang bertema anak-anak muda.
Kalau penyajianya oke dan menawarkan sudut pandang yang fresh saya rasa tulisan begitu masih selalu dibutuhkan. Coba lihat bagaimana Kompasiana dengan begitu aktif men-share tulisan-tulisan kompasianer, tujuanya tentu bukan sekedar untuk menambah jumlah pembaca. Melainkan agar juga dapat menjaring pembaca. Siapa tahu dengan begitu akan semakin banyak anak muda yang tertarik untuk menulis di Kompasiana.Â
Mengangkat topik-topik seputar galau-menggalau, putus cinta, patah hati, selingkuh itu indah, dan berbagai persoalan anak muda ke permukaan juga adalah sebuah langkah yang market oriented, yang menyasar kawula muda. Dengan begitu Semua kanal di Kompasiana bukan hanya di isi dengan tulisan berkualitas, tapi juga di isi dengan tulisan yang mampu menjaring banyak pembaca.
3. Semua Bisa Diawali dengan Menulis Secara Terencana
Menulis memang membutuhkan inspirasi. Namun dengan merencanakan diri untuk menulis, kita secara tak langsung telah memaksa inspirasi itu untuk menghampiri kita. Ini adalah langkah awal untuk menuliskan sesuatu yang ada di luar diri kita. Jika memang sudah berencana menulis hari ini, maka mata kita akan mencari-cari topik apa yang kira-kira akan kita tulis hari ini. Dengan begitu, pasti kita melakukan pengamatan hingga observasi kecil-kecilan.
Kadang ide yang kita pikir sederhana, yang berhasil kita temukan dari lapangan, bisa menjadi sebuah keresahan yang ternyata mewakili banyak orang. Dengan begitu kita tetap dapat menjadi diri sendiri, menuliskan apapun tanpa kehilangan sentuhan yang market oriented. Setidaknya itulah yang saya temukan dalam artikel-artikel Hipwee. Kebanyakan, bahkan hampir semua artikelnya berasal dari keresahan, pertanyaan-pertanyaan, mitos-mitos, yang kemudian coba di jelaskan dengan perkembangan terbaru (up to date).
Walaupun artikel di Kompasiana saya yakin sudah sangat menjual, karena kualitasnya, tapi tak ada salahnya merencanakan atau membuat tulisan yang market oriented dengan terencana. Selain akan dibaca banyak orang, tulisan begitu juga mungkin akan membantu banyak orang dalam menghadapi persoalanya.