Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Siapakah Kamu Ketika Sedang Marah?

1 Oktober 2016   10:08 Diperbarui: 15 April 2019   14:19 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar (weknowyourdreams.com)

Ada lagi pengalaman waktu saya masih SMP, saat itu seorang guru menyetrap dan menyuruh dua orang kawan saya yang cabut saat upacara. Begitu ketahuan kedua anak itu di panggil dan di depan seluruh peserta upacara, kaki nya di pukul pakai penggaris kayu sampai tuh penggaris patah. Tapi tahu apa yang terjadi kemudian? Guru saya itu memanggil kedua muridnya itu keruangannya lalu dengan tanganya sendiri mengoleskan balsem dan meminta maaf telah melakukan hal tersebut.

Jadi ada pemakluman bagi kita manusia untuk tak sakit hati dengan ungkapan marah seseorang. Tentu nggak gampang, ini butuh latihan. Tapi kita bukan tengah berusaha memahami amarahnya, kita sedang berusaha memahami sisi kemanusiaannya, yang mungkin suatu saat juga kita lakukan saat sedang marah.

Apalagi kalau dia orangnya kaku dan gengsian, walaupun sudah menyesal pasti akan sulit buat dia untuk minta maaf. Kadang-kadang kita lah yang harus membaca dari gerak-geriknya, kalau dia sudah menyesal.

3. Tegur Sapanya Sebenarnya Adalah Permintaan Maaf

Memang sih kita dilatih untuk selalu meminta maaf, entah saat kita salah atau  kagak. Tapi tulisan ini bukan bermain di ranah motivasi, tulisan ini lebih kepada observasi sehari-hari yang saya lihat, bahwa pahamilah kalau dia sudah menyapa kita lebih dulu artinya dia menyesal dan mau baikan.Kalaupun maaf belum terucap dari mulutnya, setidaknya janganlah menganggap dia masih mengecap kita seperti saat dia sedang marah.

Asli bukan ngajarin  saya juga lagi belajar nerapin ini, tapi kita harus yakin saat dia negur kita sebenarnya dia sedang menarik semua ucapan yang keluar dari amarahnya.Karena terkadang rasa marah dan perdebatan bukanlah konflik, melainkan sebuah ekspresi untuk melepaskan segala unek-unek di dalam diri.Asal , agak ribet juga sih, jangan sampai main fisik.

Walaupun kadang amarah yang di ekspresikan dengan tindakan memukul (main fisik) tetap harus di maklumi sebagai ekspresi marah yang telah di luar kontrol. Lalu sampai mana batasan memakluminya? Lihat intensitasnya, kalau tiap marah mukul ya itu bisa di polisikan. Itu namanya penganiayaan.

Memaklumkan bukan berarti membenarkan, kita hanya berusaha tak terlalu mengambil hati semua tindakanya saat dia sedang marah. Tentu semua memiliki batasan tertentu, itu sebab tulisan ini nggak bisa digeneralisir, ini hanya pandangan saya pribadi saja kok.

4. Dia itu Manusia Mana Bisa Dengar Suara Hati

Sekalipun ada usaha untuk memaklumkan dan berlapang dada, bukan berarti setiap orang bisa marah dan mencaci maki se-enak udel nya sendiri.Karena seperti yang sering kita baca di quotes-quotes populer, omongan kita itu kayak paku di hati orang lain, kalaupun nanti paku itu di cabut kan bekas nya tetap ada di sana.

Jadi ya hati-hati saja. Kalaupun dia sakit hatinya cuman dua hari karena kita, tapi sebenarnya itu waktu yang berharga banget buat dia. Dua hari yang mungkin sudah kita hancurkan mood nya. Lagian amarah kita bisa jadi hal yang membuat renggang hubungan kita dengan orang lain. Selain itu, amarah yang meluap-luap bisa jadi bikin orang tidak nyaman dengan diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun