Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Berdebat Panjang Lebar, Eh Ternyata Maksudnya Sama

10 September 2016   09:20 Diperbarui: 15 April 2019   14:12 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi begitu ada yang bicara, dia langsung bertanya setajam-tajamnya, misalnya soal data. Setelah ceramah panjang lebar, si anak buah nyahut, ”Lah kan datanya sudah saya email ke bapak kemarin.” Aduh mampus dah.

Walau masih sebatas observasi belaka, tapi saya menemukan kesimpulan, ternyata mengatur-ngatur ekspresi dapat menghambat pola pikir kita. Tak sampai di sana, berusaha mengatur ekspresi sedemikian rupa dapat membuat kita menjadi orang yang lebih gegabah. 

Jangan menyetir respons natural dan sikap spontan dengan gaya untuk mencitrakan gelar yang disandang. 

Dari yang saya lihat, orang kayak gini malah sering keliru dalam berinteraksi saat diskusi. Dia hanya fokus pada style sorot mata dalam mendengarkan (biar kelihatan keren), tapi pikirannya terbagi antara mendengarkan dan memikirkan dirinya.

Mungkin hanya ini dari saya, kalau ada yang lain silakan ditambahkan.

Boleh setuju boleh tidak

Penikmat yang bukan pakar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun