B: Kau takkan melakukannya, sebaiknya jangan.Â
A: Kenapa? Itu kesempatanku.Â
B: Aku tahu tapi jembatan itu lapuk, tengah keropos, bisa-bisa kau merusaknya.Â
A: Ta-tapi bukankah−?Â
B: Aku tahu itu kesempatanmu, aku hanya bilang sebaiknya jangan itu bukan cara yang benar.
Kenyamanan berbicara tentang seorang yang menyadari bahwa ada orang asing yang berusaha membuatnya nyaman, padahal dia telah memiliki tempat untuk dihuni. Celah berbicara tentang seseorang yang melihat peluang untuk masuk dalam hubungan orang lain. Tapi sebelum masuk dan mencari celah dalam hubungan orang lain dengan bermaksud menggantikan posisi kekasihnya, pikirkan hal-hal ini:
Pertama, Yakin lebih baik atau sekedar ingin mengacau? Coba cek lagi motivasi kita. Sekedar penasaran atau memang menyukai dia? Atau hanya ingin melakukan sebuah pembuktian bahwa kita bisa mendapatkan apa pun yang kita mau. Tentu karena ini bukan persoalan sepele. Bayangkan kalau kita berhasil membuat seorang wanita yang telah memiliki pasangan jatuh hati. Lalu begitu dia memilih kita dan memutuskan hubungan dengan pacarnya, kita malah meninggalkan si wanita itu begitu saja. Nggak fair kan? Artinya, sekali mengacau sebuah hubungan dua orang langsung tersakiti. Parah banget kan? Jahatlah pokoknya hehe.
Mungkin saat itu hubungan mereka sedang dalam masalah, dan masih memiliki potensi untuk baik kembali. Tapi karena ego kita yang menggebu-gebu, kita lihat itu sebagai celah. Salah nggak sih? Saya juga nggak tahu. Masalahnya itu kita serius bisa jadi yang lebih baik buat dia atau sekedar coba-coba di sinilah masalah utamanya.
Kedua, Apa iya kita serendah itu? Apa kau seorang pencuri? Ingat kita semua berpotensi menjadi seorang pencuri. Suatu hari bisa saja dengan tidak sengaja kita menjatuhkan permen seorang anak kecil, lalu anak itu menangis, bisa saja kita mengingini sesuatu punya orang lain, lalu dengan sedikit celah kita berhasil merampasnya. Itulah esensi mencuri; saat kita merusak kebahagiaan, harapan, bahkan sekedar menjatuhkan segelas kopi milik satpam yang berjerih payah menahan kantuknya. Mungkin kita tak mencuri uang, namun bisa saja kita mencuri kebahagiaan dan pasangan hidup orang lain.
Ketiga, Ingatlah karma. Saya sih kurang suka menggunakan kata ini. Saya lebih suka konsep tabur tuai, jadi apa yang kita tanam itulah yang kita petik. Sekarang kita berhasil merampasnya, tak menutup kemungkinan dia akan dirampas orang lain. Kalau dia meninggalkan pasangannya apa iya kita juga tak akan ditinggalkan. Tapi ya tergantung juga sih, kalau pacarnya arogan, kasar, dan tak serius maka ya wajar kalau si doi beralih ke kita yang lebih serius hehe. Makanya lihat kasusnya juga. Intinya jangan sampai terjadi affair, itu berbahaya.
Keempat, Pikirkan risikonya. Bayangkan kalau ditolak, pertemanan yang tadi baik bisa kacau-balau. Yang tadinya luwes dalam bercengkerama malah jadi canggung. Yang lebih parah? Kredibilitas kita hancur di matanya. Sudah tau dia punya pacar kok malah nyatain perasaan. Kecuali setelah itu kita mau pindah ke Amerika sih nggak apa-apa, setidaknya dia tahu, toh nggak akan ketemu lagi. Lagian siapa tahu diterima kan ya hahha. Intinya jangan gegabah, amati saja dulu kalau gagal ya sudah berarti bukan itu teman hidup kita yang sejati.
Kelima, secara etika rasanya kurang tepat kalau kita mencari celah dalam hubungan orang lain. Beda halnya kalau kita tidak tahu dia sudah memiliki pasangan. Akhirnya ini hanya beberapa masukan, saya tidak menggurui, tidak mengajari. Biar saja dulu dia clear dengan hubunganya yang lama, setelah itu baru kita masuk untuk memperjuangkan perasaan kita. Selamat beraktivitas semua....Â