Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Memang Mencintai Dia, atau Cuma Nggak Terima Diputusin?

13 April 2016   18:55 Diperbarui: 15 April 2019   13:33 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Intinya kawan saya itu merasa flat, mungkin hampir mati rasa tapi juga masih sayang terhadap pacarnya. Bingungkan? sama saya juga bingung, ya begitulah cinta itu memang rumit! haha.

Tapi tahukah kalian apa yang terjadi? alih-alih angan-anganya tercapai, ditengah jalan malah pacarnya duluan yang memutuskan hubungan dengan kawan saya itu. Lalu ditengah segala kejenuhan ,flat, sering ribut, sering berantem, serta keraguan soal perasaan yang dia miliki terhadap pacarnya, apakah kawan saya itu santai-santai saja saat diputuskan oleh pacarnya? apakah dia dengan legowo bilang Okeh fix lalu merasa lebih bahagia dengan status single yang  baru disandangnya?

(Sekedar info setelah ditelusuri ternyata pacar kawan saya itu sudah terlebih dulu berselingkuh, hingga akhirnya memilih putus dengan kawan saya.)Tidak sama sekali. Dia malah menangis meraung-raung saat diputuskan, bahkan memohon-mohon untuk balikan dan berjanji akan mengubah semua sikapnya asal tidak putus. Berbulan-bulan dia galau dan mengemis agar mereka tidak putus. Dia juga tidak terima pacarnya itu langsung jalan dengan pria lain.

Saya secara pribadi tidak mengerti ini kesadaran macam apa.Tapi yang jelas memang benar kalau penyesalan itu datangnya terakhir.Tapi saya juga ragu apakah kalau tiba-tiba pacar kawan saya itu mengabulkan permohonan kawan saya untuk tidak putus, lalu mereka balikan maka kawan saya itu akan bahagia.Apakah kawan saya itu cumah takut kesepian dan kehilangan perhatian?apakah dia benar-benar mencintai pacarnya atau cumah nggak terima diputusin?

Hal inilah yang menggelitik saya untuk menuliskan artikel ini, betapa cinta yang sebenarnya absolut dan nyata untuk dirasakan itu pun tak mudah untuk dikenali.Jadi misalnya nih sekarang kalian masih menjalani sebuah hubungan sudah lima tahun lamanya, tapi udah mati rasa, tapi pas dia mendadak minta putus (apalagi karena pihak ketiga) mendadak kalian jadi cinta dan nggak terima. Saya ulang lagi untuk kita renungkan, kita benar-benar, sungguh-sungguh mencintai dia atau cuman nggak terima diputusin?

Wah ini bukan perkara yang mudah, lalu apa yang harus dilakukan jika kasus dan perasaan bercabang ini menimpa kita?

Pertama, berani ambil keputusan. Apakah hal ini mudah?wihh tentu tidak. Tapi masalahnya  sebuah hubungan haruslah bergerak maju dan bukan jalan ditempat apa lagi muter-muter. Adakalanya kita akan memasuki fase yang amat serius seperti pertanyaan yang diajukan pacar kita, "Say kapan kamu mau nikahin aku?" masa iya kita selalu menghindar tiap kali ditanya yang beginian? kasihan kan dia.

Kalau masih ragu, coba selidiki hati kita. Kalau masalahnya biaya, nunggu mapan dan lain sebagainya coba cek lagi deh. Apakah itu cuman jawaban klise dari keraguan kita terhadap pacar kita. Beri waktu terhadap diri sendiri untuk merenungkan dan menjalaninya, tapi jangan mengulur-ngulurnya. Wah masa iya kalau ada seorang pria yang sangat mencintai pacarnya tapi dia malah tak punya angan-angan untuk menikahinya.

Kalau belum berpikir jauh kesana sih wajar, tapi kalau kita dan pacar kita itu sudah cukup berumur dan mapan tapi tidak juga memiliki arah kesana, bahkan hanya untuk membicarakanya pun males, lah itu cinta macam apa?

Kedua, Tegas terhadap diri sendiri. Entah itu pria atau wanita bersikap tegas terhadap diri sendiri itu penting. Jangan terlalu lama berada diarea abu-abu. Karena hubungan itu bersifat jangka panjang, kalau memang ragu dan merasa tidak cinta ya sudah putuskan saja secara baik-baik.Tapi bukan berarti kalau  bosan putus, dan gimana mood nya hati.Ingat loh hubungan itu bukan soal cinta saja, tapi juga komitmen, dan komitmen tidaklah diletakan diatas dasar perasaan, melainkan kesetiaan.

Oleh karena itu bijak-bijaklah untuk mempertimbangkan.Saya sih tidak merekomendasikan putus, karena hal itu dapat mematahkan hati seseorang, dan rasanya itu sakit. Lebih baik dikomunikasikan, siapa tahu malah bisa menghangatkan kembali hubungan yang terlanjur dingin. Diri kalianlah yang tahu mana yang terbaik, tak ada satu resep jitupun tentang bagaimana harus menyikapi hal ini. Karena hubungan itu bukan makanan yang pasti resepnya.Ini soal pertimbangan, karena kita masing-masinglah yang akan menjalaninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun