Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Jangan Terintimidasi Kesuksesan Teman Anda

11 April 2016   12:12 Diperbarui: 15 April 2019   13:04 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tak akan dianggap seorang opurtunis atau parasit hanya karena meminta bantuanya, apalagi jika hanya sekadar menimba ilmu darinya. Oleh karena itu selagi masih muda tak ada salahnya memperbanyak teman, karena menurut saya koneksi terbaik adalah teman. 

Jangan terlalu mudah membenci dan memusuhi seseorang. Siapa tahu di masa depan mereka dapat kita jadikan mitra bisnis atau pemodal bagi usaha kita. Dengan sikap begini perasaan terintimidasi tak akan menyerang. Karena kita bisa melihat keuntungan dari keberhasilan mereka.

Ketiga, bersikap apa adanya. Bukankah banyak anak muda karena ingin terlihat sukses lalu melakukan banyak pencitraan di media sosial? Contohnya dengan meng-upload foto-foto yang terkesan glamour. 

Misal berfoto dengan mobil BMW milik orang lain lalu mengaku-ngaku milik sendiri. Kalau untuk lucu-lucuan sih tidak apa-apa, lah kalau niatnya memang untuk berbohong biar kelihatan keren kan repot. Begitu juga saat ditanya kerja di mana? Lalu biar terdengar keren ngaku-ngaku kerja di sebuah perusahaan BUMD yang bonafit. 

Percayalah kebohongan seperti ini malah akan mengintimidasi. Kita bakal was-was dan tak tenang. Misal, sebenarnya kita bekerja sebagai kasir di mini market namun karena sudah ngaku kerja di BUMD lalu secara tak sengaja bertemu teman lama yang sedang berbelanja, apa nggak akan malu? Muka mau ditaruh di mana? Oleh karena itu bersikap apa adanya saja, jadi pribadi yang jujur dan lurus-lurus saja. Dengan begitu hati kita pasti tenang.

Keempat, sadarlah tujuan setiap orang itu berbeda. Saya memiliki beberapa orang teman yang sebagian sudah jadi perawat, guru hingga pegawai negeri. 

Namun karena sudah menyadari dan menerapkan langkah-langkah di atas ya saya merasa biasa saja. Toh saya tidak ingin jadi seorang perawat atau pun guru. Nah hal ini pun harus kita sadari agar kalaupun mau melakukan perbandingan dengan teman yang sudah sukses, perbandingan kita tidak membabi buta. 

Oleh karena itu dari pada sibuk melirik pencapaian orang lain lebih baik fokus pada tujuan diri sendiri. Ingat setiap orang punya panggilan hidup nya masing-masing.

Kelima, ingat bisa saja teman kita bohong. Tak semua yang ditampilkan di media sosial itu benar, bisa saja bohong. Oleh karena itu jangan silau dengan apa yang ditampilkan orang lain, bahkan teman kita. 

Apalagi jika yang membuat kita terintimidasi adalah kebendaan hingga profesi yang melekat pada teman kita: name tag di leher dengan tulisan 'direktur', kalung, gelang di tangan hingga sepeda motor yang jadi tunggangan. 

Bukan bermaksud skeptis terhadap pencapaian orang lain, melainkan kalaupun kita melirik kesuksesan mereka perjuangan serta cara untuk menjadi suksesnya lah yang menjadi fokus dan bukan semata hasil nya saja. Beginilah orang dewasa, apalagi kaum intelek berpikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun