Mohon tunggu...
AchmadSayuti M
AchmadSayuti M Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Resensi Film | Kaabil dan Gigitan Cinta

1 Juni 2017   17:14 Diperbarui: 1 Juni 2017   18:11 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di sebuah kafe, duduk dua orang pemuda-pemudi yang bercerita tentang gigitan cinta yang ranum kemerah-merahan, sambil tersenyum malu-malu, keduanya adalah Rohan dan Supriya.

Cerita nakal adalah hal yang sering terjadi di kalangan anak muda, tentunya merupakan momok bagi orangtua di zaman sekarang. Rohan dan Supriya bukan mengajarkan kita tentang gigitan cinta yang ranum itu namun mengajarkan kita bagaimana seorang tuna wisma pun bisa menikmati warna-warni dunia, setidaknya mata mereka tak bisa melihat namun mereka memilliki pikiran dan mata hati yang mampu mengambar warna.

Cerita tentang gigitan cinta pada paragraf pertama di atas adalah salah satu sceen dalam film garapan Sanjay Gupta yang dibintangi oleh Hrithik Roshan sebagai Rohan dan Yami Gautam sebagai Supriya pada film yang berjudul Kaabil yang dirilis pada 25 januari 2017.

Rohan dan Supriya adalah penderita tuna netra yang saling jatuh hati dan memutuskan untuk hidup bersama dan berumah tangga. Rohan bekerja sebagi pengisi suara pada sebuah stasiun yang menyiarkan film kartun, sementara Supriya bekerja di sebuah LSM.

Ketika seorang telah bebicara tentang pasangan, hidup yang sesungguhnya tengah dimulai. Menghidupi istri, anak dan memikirkan masa depan keluarga, juga kehidupan hari tua. Hal ini lumrah terjadi pada kebanyakan orang namun beda hal jika terjadi pada penderita tuna netra, tentunya harus memiliki keberanian yang tak sedikit.

Kehidupan mereka bagai bunga-bunga yang berwarna-warni, namun semuanya berubah ketika dua orang preman lokal Amit Shellar dan Wasim datang memperkosa Supriya. Amit Shellar adalah adik dari Madhavrao Shellar, seorang politisi terkenal.

Rohan dan Supriya berniat melapor pada polisi ketika dalam perjalanan ke Rumah Sakit untuk melakukan visum, mereka dicegat oleh anak buah Madhavrao Shellar lalu disekap, dipaksa mengurungkan niat untuk menempuh jalur hukum karena akan menganggu citra dari Madhavrao Shellar, kemudian mereka dibuang di pinggiran kota, namun ketika mereka melakukan visum dan melapor kasus ini pada kepolisian hasil visum itu tak lagi positif.

Polisi menolak laporan mereka, rumah tangga mereka terancam diujung tanduk. Membuat bunga-bunga dalam kehidupan rumah tangga Rohan dan Supriya layu dan semua warna-warna memudar. Namun, sebagai manusia biasa kejatuhan adalah hal mutlak. Ketika Rohan bangkit dan hendak memperbaiki kembali rumah tangganya, Supriya sudah tak bernyawa, menggantung diri.

Supriya meninggalkan surat yang menceritakan kronogis kematiannya karena diperkosa kali kedua oleh Amit dan Wasim, Rohan tak memiliki daya sebab polisi setempat adalah kaki tangan dari Madhavrao Shellar.

Rohan mencoba sekuat tenaga untuk menuntut keadilan, akankah ia temukan? Ataukah dia akan melakukan balas dendam, dan apakah bisa, seorang tuna netra bisa membalas dendam? Sebelum masuk pada ending film ini kita bahas beberapa hal berikut:

Hal seperti ini bukan hanya di dunia fiksi, namun terjadi di dunia nyata antara polisi dan politisi yang berselingkuh dan mengorbankan rakyat kecil, akhirnya keadilan hanya berlaku pada yang berkuasa dan menindas yang kecil.

Tak jarang pelanggaran yang dilakukan oleh para politisi tak terjerat hukum. Mungkin gambaran dalam film ini adalah keadaan di India, namun juga terjadi di Indonesia. Para petani miskin ditindas untuk dirampas tanahnya, untuk dijadikan daerah tambang, perkebunan, dan fasilitas lainnya.

Perselingkuhan ini tentunya memiliki imbalan atau hadiah, kadang berujung di meja kafe remang-remang, berpesta dan mencari gigitan cinta bukan dari istri mereka namun pada wanita-wanita bayaran.

Kembali lagi pada ending film ini, sedikit bocoran, Rohan merancang balas dendam pada pembunuh istrinya dan bagaimana ceritanya? Tentunya, saya tak dapat menulisnya di sini, sebab ini bukan cerita film, silakan nonton saja filmnya. Selamat menikmati. (*)

Pernah dimuat di Jalamalut.com 22 februari 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun