Mohon tunggu...
Togi Simanjuntak
Togi Simanjuntak Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Rohaniawan, Aktivis Sosial & Kemasyrakatan serta pengajar skill Pementoran (Mentoring)

Lahir di Bandung, Remaja pindah ke Singapore menyelesaikan S1 di Ilmu Komunikasi USU Medan. Menyelesaikan S2 dibidang Kepemimpinan Kristen Institut Teologia Kalvari Jakarta (MA) Pernah bekerja sebagai penyiar di Radio Roris FM Medan dan outdoor event craetive (1990-1194) Terlibat sebagai relawan dan aktivis sosial dan kemasyrakatan. Penulis buku antara lain "The art Of Mentoring" Sekarang menjadi Rohaniawan Kristiani

Selanjutnya

Tutup

Politik

BANGKIT INDONESIA GEMILANG (Sebuah Pemikiran Untuk kebangkitan Indonesia)

25 Februari 2014   02:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:30 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang tahun 2013, sebanyak 20 pelajar Indonesia tewas sia-sia karena tawuran, dari jumlah tersebut 12 orang adalah kalangan pelajar di Jakarta.
Komnas Perlindungan Anak mencatat sepanjang tahun 2013 terdapat 255 kasus tawuran antar pelajar di Indonesia. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya yang hanya 147 kasus.
Kejahatan yang dilakukan geng motor baik di Bandung dan di Bekasi yang semakin marak setelah ditelusuri dilakukan oleh kalangan pemuda dan remaja. Bahkan baru-baru ini, geng motor pelaku penjambretan dengan memakai senjata tajam dan air keras di Bekasi, setelah ditangkap didapati usia mereka masih 14 sd 18 tahun.
Belum lagi masalah hubungan sex bebas yang marak terjadi dikalangan pemuda dan remaja di Indonesia dan dikhawatirkan akan berdampak pada penyebaran AIDS yang kiat meningkat.
Tahun 2013, tercatat ada sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia yang mengidap HIV/AIDS. Dilihat dari faktor usia bahwa pengidap AIDS paling banyak terjadi pada kelompok produltif yaitu dengan rentang usia 20 hingga 29 tahun, disusul dengan kelompok usia 30 hingga 39 tahun.
Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 01 % di seluruh wilayah Indonesia dengan pengecualiaanProvinsi Papua dimana angka epidemik diperkirakan mencapai 2.4%.

SEBUAH STRATEGI UNTUK JALAN KELUAR

Setelah kita melihat keempat akar kendala yang dihadapi oleh bangsa Indonesia tersebut diatas, maka pertanyaannya apa solusi atau way out yang bisa dilakukan agar Indonesia bisa bangkit menjadi bangsa yang bisa membangun dengan mandiri dan bisa menjadi bangsa yang gemilang? Ada tiga hal pokok atau hal yang utama yang bisa dilakukan sebagai sebuah strategi bagi solusi atas masalah yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia. Nantinya ketiga hal pokok ini jika dilaksanakan dengan baik dan konsisten akan membuat masalah-masalah yang lainnya di bangsa ini dengan sendirinya akan turut terselesaikan.


Tiga hal pokoktersebut disingkat dengan BIG yaitu :
Pertama : Bergotong royong
Kedua : Integritas
Ketiga: Generasi muda

Aplikasi dari ketiga hal pokok tersebut adalah sebagai berikut :

Pertama : Bergotong-royong
Bergotong royong adalah nilai-nilai yang luhur yang ada di bangsa Indonesia sejak dahulu kala, sayangnya nilai-nilai tersebut saat ini jarang didengungkan apalagi dilakukan.
Didalam nilai-nilai gotong-royong terdapat makna : kerjasama, saling membantu, hidup bersatu dan harmonis, kesetiakawanan sosial.
Seluruh lapisan masyarakatIndonesia harus kembali diajak untuk bergotong royong dalam membangun bangsa Indonesia. Tindakan-tindakan nyata dalam bergotong royong sangat sederhana, misalnya ; kerja bakti dilingkungan rumah, menyebrangkan orang tua dijalan, memberikan sedikit kelebihan beras kepada tetangga yang membutuhkan, dsb.

Praktek gotong royong ini sangat lah perlu dilakukan oleh semua lapisan masyarakat terlebih Indonesia berada dalam struktur alam yang setiap waktu bisa ditimpa bencana, seperti : gunung meletus, tsunami, gempa bumi, banjir, longsor, dsb.
Gotong royong harus kembali dikampanyekan atau diiklankan kepada segenap masyarakat Indonesia sehingga segenap masyarakat Indonesia bisa punya rasa saling memiliki satu sama lain yang pada akhirnya akan tercipta Indonesia yang aman, tentram dan damai, dimana setiap suku, agama, ras dan antar golongan akan hidup berdampingan dengan harmonis. Hal tersebut akan menjadi sebuah kekuatan besar untuk membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan bangsa yang besar. Karena salah satu prasyarat mutlak dari sebuah bangsa untuk bisa membangun adalah bangsa tersebut ada dalam keadaan aman baik dalam situasi sosial maupun politik.

Praktek gotong royong yang sangat mengispirasi dan patut diapresiasi oleh seluruh masyarakat Indonesia yakni prakarsa yang dilakukan baru-baru ini oleh ratusan prajurit dari Batalyon Zipur 10 Kostrad yang melakukan penambalan jalan secara darurat di beberapa lokasi jalan rusak di kawasan jalur Pantura, Tuban, Jawa Timur. Kegiatan itu dialkukan pada tanggal 13 pebruari 2013 yang lalu. Kostrad menggelar normalisasi jalan agar tidak membahayakan pengguna jalan. Penambalan darurat itu, dimulai dari jalur Pantura dari Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur dengan melibatkan prajuirt Yonzipur 9 dan Yonzipur 10 Kostrad serta prajurit  TNI AD lainnya. Sebanyak 127  anggota Yonzipur Kostrad dikerahkan untuk menormalisasi jalan di daerah tersebut dengan bersenjata sekop dan cangkul. Ratusan prajurit Zipur Kostrad ini kemudian menutup lubang-lubang jalan menggunakan bongkahan kecil aspal yang dibawa menggunakan Truk.

Kemudian apa yang dilakukan oleh para personel TNI dengan bergotong royong membersihkan jalanan yang penuh debu vulkanik di Kediri juga patut diberikan apresiasi. Ribuan personel TNI dikerahkan untuk membersihkan pasir di jalan-jalan protokol Kota Kediri. Pengerahan pasukan itu juga melibatkan sejumlah alat berat, yang dilakukan pada tanggal 19 Pebruari 2014. Dilibatkannya sekitar 1.600 personel TNI itu untuk mempercepat normalisasi sarana infrastruktur jalan dari timbunan pasir. Belasan dump truk dilibatkan untuk mengangkuti pasir dari pinggir jalan. Jalan-jalan yang sudah dibersihkan kemudian disemprot air sehingga tidak berdebu.

Dengan bergotong royong maka segenap masyarakat dan bangsa Indonesia akan memiliki kesetiakawanan sosial yang menjadi modal besar bagi pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kedua : Integritas

Jika para pejuang dan pahlawan perebut kemerdekaan Indonesia saat ini masih hidup, maka mereka akan merasa bersedih atas apa yang mereka lihat setiap hari di bangsa ini.
Korupsi merajalela, dari mulai desa sampai kota dan pelakunya dari rakyat biasa sampai anggota dewan dan pemimpin-pemimpin aparatur negara. Tak ada satu lembaga pun di Indonesia ini yang bebas dari prilaku korupsi, termasuk lembaga penegak hukum, lembaga tinggi negara yang mengurusi umat beragama dan juga lembaga negara yang mengurusi perundang-undangan serta kasus hukum di Indonesia yang seharusnya mereka semua menjadi teladan dan penjaga terakhir dalam hal integritas itu sendiri (integrity keeper).

Indonesia telah lama kehilangan pemimpin yang berintegritas, tak heran di dalam kehidupan nyata terjadi berbagai penyimpangan menyangkut soal integritas. Tak hanya korupsi seperti penyelewengan anggaran pembangunan baik di pusat maupun daerah, perselingkuhan diantara pemimpin atau pejabat negara pun kerap terjadi, belum lagi soal pornografi di media sosial yang melibatkan semua kalangan, penolakan pasien oleh rumah sakit di berbagai pelosok di Indonesia, buang sampah sembarangan di kali dan sungai, penebangan dan pembakaran hutan, pencurian arus listrik, absennya anggota dewan dalam persidangan baik di sidang pleno maupun komisi, dsb.
Contoh kasus yang menyangkut soal integritas yaitu apa yang menimpa belasan pembantu yang diduga kuat dianiaya oleh istri dari seorang pensiunan pejabat lembaga penegak hukum negara. Kasus ini mencuat setelah diblow up oleh media massa.

Sebuah bangsa bisa membangun bangsanya sendiri dengan berhasil diawali dengan adanya para pemimpin sebagai pembuat dan pengawal dari strategi atau kebijaksanan pembangunan bisa memimpin dengan penuh integritas. Hal itu tentunya harus dibarengi dengan para staf dilapangan baik yang ada di pusat maupun di daerah sebagai pelaksana strategi pembangunan juga memiliki integritas yang kuat, sehingga semua dana-dana anggaran atau proyek tidak akan bocor dan bisa digunakan semaksimal mungkin untuk membangun bangsa.
Selanjutnya prilaku-prilaku integritas para pemimpin pun seharusnya dapat menjadi role model yang nantinya bisa ditularkan kepada semua lapisan masyarakat di Indonesia.
Integritas ibarat keran air, kalau integritas itu terjadi dari sumbernya (para pemimpin) maka seperti aliran air, ia akan mengalir lancar dan deras sampai tujuan yang hendak dituju.
Jika pemimpin diatas bisa menjadi contoh dalam hal integritas maka rakyat dibawah juga akan mudah untuk memiliki budaya hidup ber integritas sehingga budaya tersebut menjadi pondasi yang kokoh bagi pembangunan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun