Kalau hanya sekedar membaca tulisan "Menjernihkan Danau Toba dalam Jangka Panjang", dan mencermati tulisan lainnya "Inspirasi dari Sungai Murasaki untuk Memulihkan Air Danau Toba", beberapa orang mungkin menganggap pengalaman Kota Kitakyushu terlalu muluk untuk dijadikan referensi bagi pemulihan kualitas air Danau Toba. Anggapan seperti itu saya nilai keliru. Pengalaman Kota Kitakyushu itu bisa diadopsi dan diadaptasi untuk Danau Toba. Banyak hal yang bisa dijadikan contoh yang bisa ditiru dari Kitakyushu untuk diimplementasikan di Danau Toba. Yang terutama adalah semangat dan kemauan,
Kalau dianggap Kota Kitakyushu terlalu ideal, maka pengalaman Kota Surabaya mungkin bisa lebih mendekati. Kalau melihat kebersihan dan kenyamanan kota Surabaya sekarang ini, orang mungkin tidak percaya kalau Kota Surabaya itu dulunya kotor, jorok, gersang dan tidak nyaman. Lho, kenapa sekarang ini kelihatan bersih, nyaman, dan indah. Kalau mau tau bagaimana Surabaya berkembang dari kota yang kumuh menjadi nyaman, harus dilihat dari kondisi sekitar 15 tahun lalu. Tapi salah satu yang pasti, Kota Surabaya banyak mendapat inspirasi dan bantuan dari Kota Kitakyushu, Jepang.
Supaya tidak dinilai asal ngomong kalau dulu Surabaya itu pernah kotor dan gersang, saya tampilkan beberapa foto Surabaya tahun 2004 lalu. Sekedar "mengenang" tempo dulu sekitar 10 - 15 tahun lalu, berikut ini bisa dilihat bagaimana keadaan kota Surabaya saat itu.
Saya masih punya puluhan foto Kota Surabaya yang bisa memperlihatkan kondisi Surabaya sampai tahun 2004. Foto-foto itu membuktikan bahwa ada perubahan yang signifikan di Surabaya, sama halnya ada perubahan besar di Kota Kitakyushu Jepang 30 - 40 tahun lalu.
Bagaimana Surabaya bisa berubah? Apakah perubahan Surabaya hanya karena pekerjaan Pemerintah Kota saja? Apakah karena hasil kerja seorang walikota semata?
Sama halnya dengan apa yang terjadi di Kota Kitakyushu, perubahan di Surabaya dilakukan secara bersama-sama oleh banyak pihak. Terlalu naif, kalau ada pihak yang mengklaim kalau perubahan di Surabaya adalah hasil karya satu pihak saja.Â
Perubahan signifikan yang terjadi di Surabaya, ceritanya dimulai sekitar 15 tahun lalu. Pada tahun 2001, tepatnya tanggal 13 Oktober 2001, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang berlokasi di Keputih, bagian Timur Surabaya ditutup secara paksa oleh sejumlah orang. Sekelompok orang yang mengatasnamakan warga Keputih menutup jalan masuk ke TPA. Mereka beralasan sudah tidak tahan dengan bau amis dan asap dari TPA Keputih yang setiap hari mereka rasakan selama ini. Siang malam warga Keputih menderita karena bau dan asap dari tumpukan sampah yang terbakar.