Mohon tunggu...
Togar Sianturi
Togar Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - Direktur

SolusiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ukuran Pertumbuhan Anda: Tiga Serangkai Iman, Pengharapan, dan Kasih

7 Maret 2018   09:57 Diperbarui: 7 Maret 2018   10:23 2477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: psychologytoday.com

Apabila kita ingin mengetahui keadaan seseorang secara rohani, sebenarnya cukup dengan hanya memeriksa tiga hal berikut dalam diri mereka: iman, kasih dan pengharapan. Itu adalah tiga hal yang Paulus dan para penulis Perjanjian Baru tekankan kepada setiap jemaat yang mereka sapa, itulah yang mereka banggakan atau tegur atas jemaat-jemaat.

Iman berbicara tentang kepercayaan seseorang kepada Tuhan, pengharapan berbicara tentang seberapa fokus kita kepada masa depan (Sorga), serta kasih adalah bagaimana kita memperlakukan sesama kita dan bagaimana kita menjalani hidup kita.

"Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga.  Kolose 1:3-5."

Demikianlah kita mestinya juga menilai diri kita sendiri, seperti seorang pemimpin, Paulus, memberi nilai akan iman, kasih dan pengharapan jemaat Kolose. Jadi kita perlu tahu seperti apa keadaan iman kita, bagaimana dengan kasih kita serta pengharapan kita sekuat apa. Jika kita bagus dalam ketiganya maka pasti kita dalam keadaan dan pertumbuhan yang bagus.

Saya kerap bingung untuk menggambarkan keadaan saya dan juga membuat penilaian yang menyeluruh namun sederhana atas sesama saya. Tetapi melalui firman Tuhan hari ini, saya rasa sangat jelas apa yang harus saya cari dalam diri saya dan dalam diri orang yang berinteraksi dengan saya.

Bagaimana Allah dalam pemahaman dan pemandangan saya, apakah Allah benar-benar hidup dan turut bekerja dalam segala sesuatu dan sungguhkah saya percaya serta memercayakan seluruh hidup saya padaNya? Lalu bagaimana saya memandang masa depan saya, apa yang berani saya impikan, apa yang paling saya dambakan bagi hidup saya? Serta, bagaimanakah saya memandang sesama saya, sebagai mangsa untuk saya pakai atau majikan untuk saya layani?

1. APAKAH SAYA PERCAYA AKAN HAL-HAL AJAIB ATAU PERCAYA PADA LEVEL KEMAMPUAN SAYA SAJA?

Allah tidak membutuhkan hitung-hitungan dalam mengerjakan segala sesuatu, sebagai manusia yang penuh keterbatasan saya membutuhkan hitungan. Dari sudut ilahi, modal saya hanyalah iman saya, seberapa percaya saya. Tetapi Allah sendiri juga selalu menyediakan human level; bagian kita dalam mengerjakan segala sesuatu.

Tetapi ketika bicara tentang iman, saya tidak melihat pada kompetensi saya, tetapi kompetensi Allah, tidak pada pengetahuan dan pengalaman saya, tidak juga pada track record pribadi saya, tetapi pada track record Allah sendiri.

2. SAYA MAU PENUHI HIDUP SAYA DENGAN PENGHARAPAN SETIAP HARI

Masalah selalu pasti ada sepanjang umur saya, tetapi saya mesti memenuhi hidup saya dengan pengharapan dan pengharapan. Pengharapan nomor satu adalah Sorga, lalu saya juga tahu bahwa Sorga mau saya mengharapkan segala yang terbaik bagi hidup di bumi ini agar menjadi terang dan inspirasi bagi banyak orang.

Saya perlu mengecek setiap hari, apa impian saya untuk kerohanian, pernikahan, parenting, keuangan, pelayanan dan semua aspek hidup saya. Masalah adalah tempat terbaik di mana impian dikandung dan iman saya akan menuntun saya kepada masa di mana impianku menetas.

3. SATU-SATUNYA YANG AKAN MENGGEMA SAMPAI KEKEKALAN ADALAH BAGAIMANA SAYA MENGASIHI

Dari pengalaman saya sangat jelas, ketika bertemu dengan sahabat lama maka yang selalu menjadi cerita kita adalah bagaimana kasih bekerja dalam setiap kebersamaan kita. Seingat saya kita nyaris tidak pernah membicarakan pencapaian dan prestasi kita di masa lalu.

Tetapi kita selalu mengingat dinamika kasih itu, apa yang kita lakukan bersama-sama, ke mana saja kita pergi, apa yang kita makan dan apa yang kita alami. Dan kasih adalah satu-satunya yang masih akan terus hadir hingga kekekalan, iman dan pengharapan sudah pensiun pada masa itu. Maka kasih adalah yang terpenting karena akan bertahan sampai selama-lamanya.

Bapa, Engkau sendiri mengenalkan diriMu sebagai kasih, tidak sebagai iman atau pengharapan, sebab memang kasihlah yang terutama. Tetapi selama di bumi ini maka tiga serangkai itu (iman kasih, dan pengharapan) adalah modal utama saya. Limpahiku dengan ketiganya ya, Bapa. Amen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun