Bulan ke-9 Masehi tiba dan umat manusia disuguhi dua pilihan suasana yang diwakili oleh dua soundtrack: "September Ceria"-nya Vina Panduwinata "Wake Me Up When September End" dari Green Day. Optimistis dan pesimistis. Sepertinya setiap September datang, manusia harus menentukan di mana suasana hatinya bakal berpihak.
September 2021 ini kita disuguhi oleh dua pilihan cara pandang. Sekarang memang masih pandemi, tapi kondisi ini bisa dipandang dari dua sudut pandang. Pertama, menurut data Kementerian Kesehatan, di sebagian besar wilayah Indonesia tren penyebaran Covid-19 diklaim menurun.Â
Pemakaian tempat tidur (board occupation rate/BOR) rumah sakit-rumah sakit menurun. Beberapa lokasi isolasi mandiri yang sengaja dibuka untuk menampung ledakan pasien sejak awal Juli lalu sudah mulai diistirahatkan.
Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mulai dilonggarkan di banyak wilayah, termasuk di DKI Jakarta yang selama ini menjadi episentrum penyebaran virus. Kantor-kantor dan tempat usaha sudah mulai diizinkan buka dengan penerapan protokol kesehatan ketat.Â
Orang-orang sudah boleh keluar rumah dan punya kesempatan untuk menghela kesumpekan yang mereka panen selama terkurung di dalam rumah selama dua bulan. Optimisme boleh dikatakan bisa mendapatkan tempat dengan sudut pandang ini. September ini lebih ceria daripada Juli-Agustus. Kira-kira, sih, begitu...
Pandangan kedua, di sisi lain, ada yang berpandangan bahwa kebebasan di bulan September ini adalah kebebasan semu. Ancaman virus masih siap menghadang di mana-mana.Â
Bila pelonggaran PPKM dilakoni secara sembrono, orang-orang lengah seperti masa mudik kemarin, bukannya tidak mungkin akan terjadi ledakan gelombang ketiga. Orang yang berpandangan seperti ini memilih lebih istikamah di rumah dan belum melihat keceriaan September.Â
Mereka memilih tidur dan berharap bakal dibangunkan setelah September berakhir. Wake me up when September end... Dan kalau ternyata sampai September berakhir situasinya masih mereka rasakan sama saja, mungkin saja mereka bakal lanjut tidur.Â
Tahu-tahu pas bangun Guns 'n Roses sudah nembang "November Rain". November sudah datang bersama tangis. Entah itu tangis sedih, entah lebih sedih lagi, atau bahkan ratapan. Wow, suram sekali...!
Orang-orang bijak bilang bahwa hidup ini soal persepsi. Apa yang kamu pikirkan, seperti itulah hidupmu berjalan. Demikian juga kita melihat September ini. Apakah kamu mau menyambutnya sebagai keceriaan atau meninggalkannya tidur selama sebulan, terserah kamu.
Ceria boleh, tetapi harus tetap waspada. Kita sedang dikelilingi musuh yang tak terlihat dan konon sedang giat-giatnya bermutasi demi menjebol tameng vaksin yang sudah banyak disuntikkan ke orang-orang.Â
Si virus, konon, selalu berikhtiar untuk menggagalkan target herd community. Maka, cerialah dengan penuh tanggung jawab. Mungkin begitu lebih pas. Tidak semua orang bisa ceria, maka hargailah orang-orang yang masih kesulitan ceria.Â
Jangan bikin mereka tambah paranoid. Bikin orang lain takut itu katanya dosa lho...
Bercerialah secara baik hati dan tidak sombong. Jangan sampai ceriamu itu ceroboh sehingga berujung bala.
Sementara bagi yang milih tetap khusyuk di rumah, silakan saja. Itu baik untuk mengantisipasi potensi penyebaran virus. Tetapi, cobalah untuk berdamai dengan keadaan. Waspada boleh, paranoid jangan.Â
Berhati-hatilah secukupnya. Manfaatkanlah kelonggaran di bulan September ini untuk mulai menginjeksi semangatmu sedikit-demi-sedikit. Tetaplah berhati-hati.Â
Manfaatkanlah waktu untuk mulai menginstalasi kembali penerangan untuk kehidupanmu yang mungkin suram dua bulan belakangan. Jangan tidur mulu.Â
Hidup cuma sekali, setidaknya jadilah berguna---minimal berguna untuk hidupmu sendiri---meski kebergunaanmu itu minimalis sekali. Biar Tuhan enggak 'nyesel' sudah menciptakan kamu.
Toh, pemerintah juga sudah bersiap-siap mengambil keputusan untuk hidup berdampingan dengan Covid pada 2022 nanti. Maka, mulailah belajar untuk hidup berdampingan bersamanya. Masa' mau mengurung diri selamanya? Awalnya memang sulit. Tetapi lama-lama tambah juga sulit kok.
Eh, terbiasa ding... *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H