Mohon tunggu...
Tofik Pram
Tofik Pram Mohon Tunggu... Jurnalis - Warga Negara Biasa

Penulis dan editor konten lepas http://tofikpr.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ah, Anas Enggak Kayak Dulu Deh...

11 Februari 2014   06:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:57 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang lebih mengejutkan lagi, ketika itu muncul pernyataan dari Kepala BPKP Didi Widayadi, bahwa upaya asal terabas itu atas permintaan lisan Presiden. Nah, kalau dua fakta yang tampil terpisah itu dijahit jadi satu, muncullah kesimpulan; “Presiden takut KPK yang superbody dan memerintahkan BPK untuk mengaudit komisi dan mencari-cari kesalahannya. Tujuannya adalah untuk menggembosi pembasmi koruptor itu.” Yah, lagi-lagi beliaunya terpojok.

Ketika itulah Anas Urbaningrum sebagai Ketua DPP Partai Demokrat tampil di depan, gagah berani membela Mr Presiden. Anas buru-buru menggelar klarifikasi soal pernyataan juragannya. Menurut Anas waktu itu, yang disitat banyak media, pernyataan Yudhoyono tentang KPK adalah penegasan betapa pentingnya akuntabilitas penyelenggaraan kewenangan.

“KPK, Yudhoyono, dan kita semua pasti setuju dengan terjaganya kepercayaan publik terhadap institusi terkuat pemberantasan korupsi di Indonesia ini,” katanya.

Bahkan, menurut Anas kala itu, pernyataan Yudhoyono tentang KPK yang superbody itu telah dipolitisasi kompetitornya di Pemilihan Presiden 2009. Padahal, menurut dia, pernyataan SBY itu justru sebagai dukungan terhadap pemberantasan korupsi yang harus menjaga kredibilitas dan akuntabilitas pelaksanaan kewenangannya.

“Jadi, kalau ada yang menganggap Yudhoyono ingin membubarkan KPK, itu adalah anggapan yang berbasis pada logika terbalik,” kata Anas yang masih Ketua DPP.

Hebat. Pasang badan demi Babe. Tapi, ah, yang bener, Nas? Bener si Babe dizalimi? Mungkin, jika pertanyaan ini diajukan pada Anas sekarang, ia bakal menjawab, “Ah, itu kan dulu…”

Ya, dulu lain dari sekarang. Semesta senantiasa bergerak membentuk perubahan-perubahan. Apalagi semesta politik, perubahannya bisa terjadi setiap detik. Dulu membela, kini mencela, itu sudah biasa. Begitu to, Mas Anas?

Mungkin kita juga mahfum, bahwa kemarahan seseorang yang sakit hati itu sangat mungkin berujung pada pembalasan yang berkali lipat. Tak puas hanya bapaknya, anaknya pun disasar. Ibas juga dilibas, berupaya diseretnya menyusul dalam tahanan via isu hambalang.

Tambah rame…

Terlepas dari siapa benar-siapa salah, terlepas dari kepentingan politik apapun itu, dalam memandang pertarungan Anas vs Cikeas itu, sepertinya saya konsisten njago Anas!(*)

[caption id="attachment_294851" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi (Koleksi Pribadi)"]

139207506598820675
139207506598820675
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun