"Nggak, aku mau cerai."
"Jangan ngotot begitu, kamu menyesal sendiri lho, Cinta."
"Menyesal? Apa yang aku sesalkan bercerai dengan kamu? Hari ini kamu minta maaf, tetapi besok menyakiti aku lagi, ada saja cara kamu menyakiti aku. Mulai soal Papa Mama yang nggak bisa mendidik aku, kecongkakan kamu bahwa keluarga kamu lebih kaya, meski kenyataannya kekayaan keluarga kamu nggak ada seujung kuku kekayaan Papaku. Dimas, aku butuh suami yang bisa ngemong aku, bukan seperti sekarang, aku seperti hidup dengan seorang bayi, dan sayangnya bayi itu sudah 40 tahun," teriak Winda. Dimas terdiam.
"Dan, satu hal lagi Dimas yang aku sesalkan dari kamu. Kamu selalu mengungkit masa laluku, sepertinya kamu menyesal menikahi seorang wanita yang tidak bisa mempersembahkan keperawanannya buat kamu. Ungkit saja itu terus, toh keperawananku juga tak pernah kembali. Yang penting sejak awal ketika kamu melamar aku, aku sudah jujur bahwa aku sudah tidak perawan lagi. Waktu itu kamu sok bijak, menerima saja, dan ternyata kamu munafik juga. Memangnya kamu masih perjaka ketika awal menikah? Lihat istrimu yang dulu, akhirnya juga minta cerai karena kamu yang tidak tampan itu ternyata juga doyan selingkuh."
"Aku udah ngantuk Cinta. Aku tidur di kamar sebelah."
***
Trit, trit, triiit.... "Lagi sibuk, Mas Bayu? Aku mau ngomong sebentar aja."
"Mana mau sibuk, kalau yang menelepon Winda yang cantik itu."
"Aku sudah cerai, Mas. Putusannya tadi di Pengadilan Negeri, biasa saja, nggak ada air mata. Dimas juga minta maaf lisan ke aku, setelah hakim mengetokkan palu. Batinku, mestinya aku yang minta maaf ke dia, karena aku yang minta perceraian itu."
"Syukurlah Sayang, satu persoalan dalam hidup kamu sudah tuntas."
"Kapan Mas Bayu ke Jakarta? Saya pikir nggak apa-apa kita mulai membicarakan lebih teknis rencana kita, biar matanglah perencanaannya. Sebelum entar Mas Bayu aku kenalkan dengan Mama dan Papa dan juga keluarga besar."
"Hmm, kapan ya? Kayaknya nggak bisa deh Win..."
"Oh, nggak apa-apa. Aku ngerti kok Mas Bayu sibuk dikejar deadline, nggak usah terburu-buru. Kapan Mas Bayu siap, ke Jakarta dulu baru bareng-bareng ke Mama dan Papa."
"Winda, aku nggak bisa, aku nggak bisa ke Jakarta. Kayaknya juga nggak bisa bertemu orang tua kamu.".
"Maksud Mas gimana, aku nggak ngerti?"
"Winda, jangan marah ya, aku mau jujur sama kamu. Kemarin Pengadilan Agama menolak gugatan ceraiku. Aku... tidak bisa meninggalkan istriku. Toh, kamu tetap pada prinsip kamu tak mau jadi istri kedua ataupun punya suami beristri lebih dari satu, ya mau gimana...."
"Leakkk....!!! Ida Ayu Winda Cantika mengumpat seraya mematikan ponselnya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H