Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Penyebab dan Cara Atasi Zoning Out Ketika Membaca Buku, Bisa Jadi hanya Sesederhana Ini

1 November 2024   09:52 Diperbarui: 1 November 2024   11:30 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca buku adalah sebuah aktivitas yang menyenangkan. Selain bisa menambah wawasan, membaca buku juga bisa menjadi treatment otak agar bisa menjalankan fungsinya dengan optimal.

Setelah menyadari bahwa saya sangat menyukai dunia kepenulisan, saya mewajibkan diri untuk rajin membaca banyak buku. Jika dulu saya hanya menyukai buku-buku fiksi, kini saya mulai merambah membaca karya-karya non fiksi.

Sebagai blogger pasti ada harapan jika tulisan kita akan banyak dibaca dan bermanfaat untuk banyak orang. Oleh karena itu, kemampuan untuk menyusun kata-kata dalam kalimat, penggunaan tanda baca, pemilihan diksi, juga ide dan gagasan dalam tulisan perlu diperhatikan. Dan hal itu tentunya tak hanya muncul begitu saja tanpa usaha. Dengan membaca kita bisa melatih itu semua.

Namun, ada kalanya saya merasa tidak pernah bisa benar-benar fokus membaca buku yang sedang saya buka. Padahal untuk membaca buku saya memang perlu mengkhususkan waktunya, karena saya harus membagi waktu antara menjadi pekerja dan ibu rumah tangga. Saya juga bukan orang yang bisa dengan mudah langsung fokus pada buku yang sesungguhnya sedang ingin saya baca.

Kadang untuk 1-2 paragraf pertama harus saya membacanya berulang-ulang agar saya paham apa maksud dari tulisan tersebut.

Ternyata ini terjadi tak hanya pada saya pribadi, hal Ini juga dirasakan oleh banyak orang. Jika dulu saya meyebut keadaan ini dengan gagal fokus alias galfok, ternyata ada istilah yang lebih gaul dan relevan untuk menggambarkannya, yakni Zoning Out.

Menurut collinsdictionary.com, istilah Zoning Out (Zone Out) adalah sebuah kondisi ketika kita berhenti menyadari apa yang terjadi di sekeliling, entah karena kita sedang santai atau karena Anda bosan. 

Jika dikaitkan dengan aktivitas membaca buku, bisa diasumsikan bahwa Zoning Out adalah kondisi di mana kita tak lagi bisa fokus pada apa yang sedang kita baca karena berbagai alasan yang cukup mempengaruhi konsentrasi.

Bagi saya pribadi masalah-masalah yang umumnya menjadi pemicu kondisi zoning out ini terjadi yakni:

Otak sedang lelah

Sebagai seorang yang bekerja, pastilah ada hal-hal dalam pekerjaan yang kerap membuat otak lelah. Beban pekerjaan yang menggunung, suasana kantor yang hiruk pikuk, interaksi dengan atasan dan rekan kerja selama 8 jam bahkan lebih sangat memungkinkan membuat otak kita lelah.

Belum lagi jika ada masalah yang belum selesai dalam pekerjaan, itu sudah pasti menambah beban otak untuk berpikir. Sementara dalam membaca (jika ingin dapat faedahnya) kita perlu fokus pada apa yang kita baca. Membaca itu membuat otak kita diminta untuk bekerja sedikit ekstra ketika mencerna kalimat per kalimat yang ada di dalamnya.

Tubuh lelah

Tak hanya otak, tubuh pastinya juga lelah dengan segala aktivitas harian yang harus dijalani. Apalagi jika sudah bekerja juga masih harus mengurus rumah. Jangankan membaca, tubuh rasanya hanya ingin berbaring di kasur empuk lalu memejamkan mata.

Lingkungan tempat membaca tidak memungkinkan

Ada orang yang sedikit pemilih untuk lokasi membaca buku. Ada yang suka ditempat hening seperti perpustakaan atau kamar pribadi, namun ada pula yang justru bisa membaca buku di tempat ramai, bahkan sambil mendengarkan musik yang disukai dengan memakai earphone.

Jenis bacaan tidak menarik

Saya adalah orang yang suka membeli buku. Apalagi buku diskonan. Terkadang saya suka iseng membeli buku yang sebenarnya saya tidak tahu kapan ingin saya baca.

Namun jiwa ibu-ibu saya paling nggak bisa lihat diskonan, saya suka kalap untuk membelinya. Akan tetapi, tidak semua penulis buku bisa menarik pembacanya untuk konsisten membaca bukunya sampai akhir.

Sekalipun ada editor yang bisa mengemas buku itu dengan menarik namun tetap gaya bahasa menjadi ciri khas masing-masing penulis buku.

Sayangnya, tidak semua buku nyaman dibaca, eh tapi tergantung apa dulu kebutuhannya, ya.

Dari beberapa pengalaman itu, saya mulai menyadari bahwa saya harus punya trik khusus untuk mencegah masalah-masalah itu menganggu kesempatan saya (yang tidak banyak) untuk membaca buku.

Minum air putih

Ingat iklan air mineral di mana sang bintang iklan dalam kondisi kurang fokus?

Ya, benar. Itu bukan hanya sekadar gimmick belaka. Kurang asupan air mineral tak hanya bisa mengakibatkan dehidrasi, namun bisa juga menyebabkan gangguan konsentrasi.

Gangguan konsentrasi disebabkan kurangnya oksigen dalam otak, dan airlah yang membantu membuat sirkulasi darah lancar sehingga bisa mengantarkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh sampai ke otak.

Jadi, untuk yang konsentrasinya sering terpecah padahal tidak ada masalah, coba cek kebiasaan minum air putihnya.

Tidak memaksakan diri

Ketika saya dalam kondisi yang sangat lelah, saya upayakan untuk beristirahat lebih dulu sebelum membaca. Biar bagaimanapun, otak dan tubuh kita punya hak untuk "me time".

Mereka perlu bersinergi untuk menjalankan rencana hidup kita. Jangan egois pada diri sendiri. Karena tanpa otak dan tubuh yang sehat, kita akan sulit melakukan hal-hal yang bermanfaat. Mengistirahatkan diri itu tak cuma tidur, kadang saya hanya berbaring sambil mendengarkan musik atau mandi air hangat.

Cari tempat membaca yang nyaman versi kita

Di sini, kita harus menyadari betul, tempat seperti apa yang bisa mendukung mood membaca kita. Jangan malu dengan tempat membaca yang "agak lain" dari kebanyakan orang.

Misal, ada yang suka membaca di toilet, seperti beberapa orang di keluarga saya. Atau ada yang suka membaca ketika dalam perjalanan ketika naik kendaraan umum.

Nggak usah malu kalau sampai disebut kutu buku, mungkin mereka belum tahu nikmatnya membaca buku versi kita. Kalau saya pribadi lebih suka membaca di kamar tidur. Tak perlu banyak waktu, paling lama hanya 60 menit. Yang terpenting adalah saya bisa menikmati buku yang saya baca dan saya mendapatkan intisarinya.

Jangan cepat bosan

Banyak orang yang merasa ingin menyudahi membaca hanya karena di paragraph awal isinya kurang menarik. Hal itu sangat lumrah terjadi, karena memang sudah tugas sang penulis untuk bisa menarik pembaca bahkan sejak halaman pembukaan.

Namun, sebagai pembaca hendaknya kita juga memiliki kesabaran. Beri kesempatan dulu pada buku itu untuk menunjukkan keistimewaannya.

Saya meyakini, tidak ada buku yang sama sekali tak menambah ilmu. Walaupun hanya sekadar EYD-nya yang rapi, atau diksinya yang menarik. Berpikir positiflah pada buku yang kita baca.

Cari buku yang sesuai minat

Tak punya banyak waktu untuk membaca membuat saya berusaha memilih buku yang saya minati. Biasanya diawali dengan minat yang sesuai maka kita akan jauh lebih cepat fokus karena tertarik dengan temanya.

Boleh saja membaca buku yang di luar kebiasaan kita, namun hal itu mungkin membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama untuk mencernanya.

Biasakan membaca blurb-nya dulu sebelum membeli buku. Para editor biasanya sangat piawai menampilkan blurb agar pembaca menjadi lebih penasaran.

Kalau bosan dengan buku fisik, mungkin bisa menggunakan e-book yang saat ini sedang banyak dilirik pembaca. Selain tak perlu menumpuk banyak buku di rumah (jika tak punya space khusus untuk koleksi buku), juga bisa mudah dibaca di mana pun dan kapan pun sesuai kesempatannya. 

Membaca buku memang mudah, namun ini bukan tentang membaca saja, melainkan ada hal yang bisa dipetik dari apa yng tertulis di dalamnya.

Sebelum kita memutuskan untuk membaca sebuah buku, persiapkan dulu diri kita agar bisa menampung apa yang terkandung di dalamnya dan bagaimana menyiasati diri kita agar buku itu bisa sampai selesai dibaca.

Zoning Out ketika membaca buku sebenarnya bisa diatasi dengan mudah, bisa jadi hanya butuh kenali diri kita lebih baik dari sebelumnya.

Ada sebuah quotes yang menarik yang pernah saya baca.

"Ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya." - Joseph Brodsky

Semoga bermanfaat.

Salam sayang,

Ajeng Leodita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun