Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Perempuan Maju Pilkada : Kalau Terpilih Nanti, Gandeng Kami ya, Bu!

5 September 2024   18:56 Diperbarui: 5 September 2024   18:58 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Shutterstock

Memang selama ini sudah cukup banyak seminar tentang perempuan yang diadakan secara gratis, namun dalam tiap pertemuan pesertanya terbilang cukup banyak, sehingga yang terjadi adalah mayoritas dari peserta hanya mendengarkan pembicara tanpa ada interaksi dua arah yang cukup. 

Sepertinya yang perlu dibuat adalah konseling berkala. Baik konseling pernikahan, konseling psikologi sampai karir. Memang harus dikerahkan banyak konselor untuk merealisasikannya, karena menurut Badan Pusat Statistik pada Februari 2024, tercatat penduduk Indonesia berjenis kelamin perempuan mencapai 136,3 juta orang atau 50% dari total penduduk. 

Konseling ini juga jangan diperuntukkan hanya untuk perempuan yang sudah menikah saja, yang belum menikah bahkan yang masih duduk di bangku sekolah (level SMA) juga dianjurkan untuk turut serta. Hal ini untuk membentengi diri dari kejadian yang tak diharapkan.

Gagasan lainnya mungkin dengan mensosialisasikan keberadaan psikolog dan psikiater, bahwa keberadaan mereka yang tidak hanya diperuntukkan untuk orang yang memiliki gangguan kejiwaan. Stigma negatif yang selama ini beredar itu membuat banyak orang ragu untuk konsultasi. Lantaran malu akhirnya semua disimpan sendiri. Dampaknya jadi tidak bisa berpikir realistis, ketakutan berlebihan, putus asa dan semacamnya.

Ada pula isu lain bahwa ke psikolog atau psikiater itu mahal, padahal ternyata pelayanan psikolog di Puskesmas pun ada, biayanya cukup terjangkau,  mulai dari 7k-30k per sesinya. Bahkan menggunakan BPJS pun bisa asalkan melalui faskes satu dan dengan diagnosis tertentu. Informasi semacam ini memang tidak terserap dengan baik oleh masyarakat awam, terutama yang (maaf) masuk dalam golongan gagap teknologi dan gagap informasi. Iklan layanan masyarakat untuk permasalahan yang satu ini juga terbilang kurang atau bahkan belum ada?

Di sinilah mungkin para perempuan calon wakil pimpinan daerah diharapkan kepekaaannya pada isu-isu yang berhubungan dengan perempuan Indonesia dengan ide-ide yang cemerlang. 

Semoga, perempuan-perempuan hebat yang nanti terpilih, tak hanya cakap dalam sikap dan isi otak namun bisa menyusur ke lapisan masyarakat lebih dalam dengan lebih peka terhadap isu-isu perempuan yang saat ini kian marak terjadi. Kami butuh pemimpin yang tak hanya pandai "deklamasi", tapi juga yang mau menggandeng kami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun