Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Perempuan Maju Pilkada : Kalau Terpilih Nanti, Gandeng Kami ya, Bu!

5 September 2024   18:56 Diperbarui: 5 September 2024   18:58 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Shutterstock

Sedang ramai dibicarakan tentang kemunculan sejumlah sosok calon pimpinan daerah yang berjenis kelamin perempuan pada Pilkada yang rencananya akan diselenggarakan 27 November 2024 nanti. Hal itu tentunya memunculkan aksi pro dan kontra terutama di kalangan masyarakat terutama yang sudah memiliki hak sebagai pemilih. Euforia ini tentu saja menambah warna-warni dalam pesta demokrasi ini.

Sesungguhnya, sejak dulu banyak sekali perempuan yang ingin maju menjadi pimpinan daerah. Hanya saja tidak imbang dengan kemunculan banyaknya calon berjenis kelamin laki-laki yang terlihat lebih mantap dan menyakinkan untuk maju. Di samping itu, di Indonesia sendiri masih kencang dengan stigma bahwa pemimpin harusnya adalah seorang laki-laki. Walaupun tak bisa dipungkiri, kita pernah memiliki pemimpin negara berjenis kelamin perempuan.

Setiap 5 tahun sekali, bisa dilihat, selalu muncul nama-nama calon baru yang ingin menjadi wakil rakyat untuk mengurus daerahnya masing-masing. Hal itu tentunya bukan hanya sekadar bermodalkan niat dan keberanian, melainkan latar belakang pendidikan dan sederet pengalaman yang bisa menjadi bekal untuk maju bersaing dengan para calon berjenis kelamin laki-laki.

Indonesia masih menganut pemahaman bahwa yang berpendidikan tinggi adalah yang layak untuk dipilih, bisa dilihat dari sejumlah nama perempuan yang berhasil mendapatkan suara untuk duduk di kursi pemerintahan mayoritas memiliki gelar yang tak hanya sekadar Sarjana Strata 1.

Bisa dibayangkan betapa besar usaha para calon pemimpin perempuan untuk bisa dilirik dan dipercaya oleh masyarakat untuk dipilih.

Akan tetapi, di saat kita tengah menikmati "membaca" profil para perempuan yang mencalonkan diri menjadi pimpinan daerah, kita dipertemukan juga dengan fakta lain yang sangat berbanding terbalik. Dari sisi yang memperlihatkan kemajuan perempuan Indonesia, menjadi sisi yang menunjukkan bahwa perempuan Indonesia ternyata masih terlihat lemah. Yakni, isu-isu seputar perempuan yang masih terus terjadi dan sangat meresahkan.

Beberapa diantaranya adalah aksi pelecehan, rudapaksa, tindakan KDRT, perdagangan perempuan dan masih banyak lagi, yang masih terus menjadi momok mengerikan.

Perempuan di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Ungkapan itu benar adanya, karena dari sejumah kasus kriminal yang mengorbankan perempuan, masih banyak yang belum mendapat tindakan adil. Krisis kepercayaan makin lama makin besar.

Salah satu berita paling baru yang terjadi terkait isu perempuan, yakni KDRT yang dialami oleh seorang mantan Atlet Anggar Berprestasi berinisial CIN. Aksi kekerasan yang dilakukan oleh suaminya yang terekam melalui kamera CCTV ruang tidur mereka sengaja diunggah oleh CIN dan kemudian tersebar di media sosial. Sejumlah netizen ramai-ramai mengomentari rekaman tersebut dengan umpatan pada pelaku. Dari berita yang beredar, motif utama penyebab KDRT itu adalah pelaku ketahuan menonton video porno, mungkin ybs malu akhirnya muncul kejadian mengerikan tersebut. Tak hanya melakukan KDRT, menurut pengakuan sang istri, suaminya itu juga kerap berselingkuh sepanjang perjalanan rumah tangga mereka. Yang memilukan di sini adalah, keluarga pelaku sudah lama mengetahui bahwa rumah tangga pasutri ini seringkali diwarnai dengan adegan KDRT bahkan keluarga itu meminta CIN menarik laporannya di Kepolisian.

Muncul pertanyaan dari netizen mengapa CIN selama ini menutupi ulah suaminya dan tetap bertahan dengan rumah tangga yang tidak sehat? Alasan dari perempuan muda itu karena dirinya masih berharap sang suami akan berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun