Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam. Hal itu dibuktikan dengan keberadaan masjid-masjid di berbagai wilayah yang sudah dibangun ratusan tahun lamanya.
Walau bentuk masjid jaman dulu yang terkesan sederhana, namun ada nilai keunggulannya yakni pada sejarah yang melatarbelakanginya.
Kali ini, saya dan beberapa Kompasianer lain diberi kesempatan oleh Komunitas Travelling Kompasiana (KOTeKA) yang bekerjasama dengan Kompasianer Ira Lathief menjejakkan kaki di salah satu masjid tertua di Jakarta yakni, Masjid Al-Alam Marunda.
Masjid ini berlokasi di Jalan Marunda RT.09 / RW.01, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara dan cukup dekat dengan Rumah Si Pitung.
Bentuk bangunan Al-Alam terdiri 4 unsur kebudayan, yaitu Betawi, Cina, Jawa dan Eropa.
Atap bermodel joglo mewakili kebudayaan Jawa, sementara dalam ungkapan Betawi model ini disebut sebagai sisir pisang dan dalam budaya Cina disebut lengkung naga. Sementara unsur budaya Eropa nampak pada tiang-tiang pilar penyangganya yang kokoh.
Sementara untuk ornamen jendela dan pintu mengandung unsur budaya Betawi. Oleh karena itu pula masjid ini disebut dengan masjid 4 budaya.
Masjid Al-Alam dikatakan merupakan salah satu tempat bersembunyi sosok Jawara Betawi Si Pitung dari kejaran para tentara Belanda kala itu. Sehubunggan dengan sejarah tersebut maka bangunan ini juga masuk menjadi bagian dari Cagar Budaya Museum Kebahaharian Jakarta.
Sejarah Masjid Al-Alam
Masuk ke area masjid, kami disambut sebuah gapura bertuliskan huruf Arab yang melafalkan dua kalimat syahadat dan huruf latin bertuliskan Masjid Al-Alam Marunda.