Seketika kaki Maya seakan tak punya kekuatan untuk berdiri. Jika Haidir tak segera menahan tubuhnya, mungkin Maya sudah jatuh terduduk di aspal.
"Dir, loe tahu cerita kejadian malam itu, kan? Harus berapa kali gue bilang, kalau gara-gara alkohol itu gue jadi nggak sadar. Sampai gue nggak tahu siapa bapaknya Boni!" Nada suara Maya meninggi. Kali ini tangisnya benar-benar pecah. "Harusnya yang baik sama Boni itu ya bapaknya, orang yang sudah hamilin gue. Bukan loe!"
Maya melempar uang yang diberikan Haidir ke atas gerobaknya. Bahkan, sekoteng pesanan Boni pun tak jadi ia bawa. Maya pergi dengan amarah yang memuncak tanpa diduga.
Haidir tak bisa menahan kepergian Maya. Ada sesak yang teramat sangat di dadanya. Ia merasa payah menjadi seorang laki-laki. Harusnya ia bisa berkata jujur, jika malam itu tak ada pria lain yang meniduri Maya, hanya dia, dan Boni adalah anak mereka.
Bekasi,
28 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H